15 May 2013

NU Sidoarjo (Problematika & Solusinya)


REALITA PROBLEMATIKA
DALAM ORGANISASI NAHDLOTUL ‘ULAMA CABANG SIDOARJO & SOLUSINYA
Masalah I :
1.  Kebijakan pendanaan operasional Universitas Nahdlotul ‘Ulama (UNU) dan promosinya.
Dalam kaitannya dengan kualitas bangsa Indonesia, seluruh elemen bangsa diwajibkan untuk mendukung sepenuhnya 3 pilar bangsa yakni Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan. Hal ini menjadikan NU sebagai salah satu organisasi masyarakat Islam Indonesia yang bersifat religi juga turut berpartisipasi aktif mendukung pilar tersebut. Salah satu buktinya adalah pendirian UNU di Kabupaten Sidoarjo sebagai manifestasi dukungannya terhadap kebijakan pemerintah, serta pengabdiannya kepada masyarakat Islam Indonesia, terutama bagi generasi NU di masa mendatang. Permasalahan yang muncul cukup signifikan mengenai pendirian UNU tersebut adalah cara penggalian dana yang dibebankan kepada masyarakat Jam’iyah NU sendiri maupun bagi para warga simpatisan dalam bentuk Kartu Nominal sebagai penjamin discount. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk cara yang kurang profesional. Mengapa demikian ? sebab orang akan merasakan dirinya terbebani dengan adanya kartu tersebut yang dampaknya dapat menurunkan rasa ikut memiliki (Sense Of Belonging) sehingga memunculkan image negative pada NU sendiri yakni rasa keterpaksaan diri, terutama bagi kader NU dan para pengurus yang ditugaskan untuk mengedarkan kartu tersebut. Perlu di ingat, bahwa tidak semua pengurus NU memahami tentang urusan perkampusan.
*   Solusinya :
Jika UNU memang dibuka dengan berbagai fakultas/ jurusan umum, maka cara pendanaan dan promosinya yang tepat dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas milik NU sendiri atau yang lainnya seperti melalui iklan di TV9/ JTV/ SBO/ Arek TV atau bahkan melalui TV nasional, surat kabar nasional dan warta-warta NU. Mengapa demikian ? sebab masyarakat Indonesia dominan berani membayar mahal segala bentuk pendidikan umum bagi anaknya. Contoh : bimbel Pri****** yang hanya merupakan lembaga pendidikan informal mampu menyedot perhatian dan minat masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan mereka berani berinfo dengan skala besar. Memang, harus diakui mutlak bahwa untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan impian dibutuhkan segala kemampuan yang totalitas. Kira-kiranya, kita berani enggak ya..?
Masalah II :
2.    Membentengi warga NU beserta generasinya dari bahaya laten firqoh non NU
Kita harus menyadari secara mendalam bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah NU diambang kepunahan. Hal ini terbukti bahwa saat ini warga Jam’iyah NU beserta generasinya sudah banyak yang meninggalkan tradisi Jam’iyahnya. Seiring dengan laju perjalanan zaman, telah muncul pula puluhan firqoh Islam yang tidak sejalan dengan haluan NU alias kelompok-kelompok Islam baru yang membawa serta mengajarkan pemahaman Islam yang baru pula. Dampaknya, Jam’iyah NU yang pada zaman dahulu sebagai organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, kini harus rela menerima kenyataan sebagai salah satu bagian kecil dari organisasi masyarakat Islam di Indonesia. Semua firqoh yang ada di Indonesia berusaha menyedot habis kekuatan Jam’iyah NU hingga nanti. Jika pembentengan ini dibebankan hanya kepada para pengurus ranting untuk membentengi warga Jam’iyah NU ditingkat rantingnya masing-masing, maka dampaknya yang terburuk adalah tidak akan ada regenerasi Kepengurusan Jam’iyah NU, sebab tugas ini sangat berat dan juga sangat jarang pengurus NU yang memiliki jabatan serta otoritas penuh dimasyarakatnya. Perlu di ingat, bahwa saat ini Jam’iyah NU bukan satu-satunya firqoh/ ormas besar di Indonesia, sebab menurut catatan data pemerintah Kementerian Agama RI, saat ini sudah ada lebih dari 35 firqoh/ ormas Islam yang berbeda-beda dan menyebar di seluruh pelosok tanah air kita.
*   Solusinya :
Harus diadakan forum ‘ulama siaga yang dimulai dari tingkat MWC hingga PC bahkan hingga tingkat PW dan PB. Forum ini beranggotakan para pengurus NU, pejabat setempat, Banom serta para ‘Ulama (Kyai Khos dan sesepuh NU, pimpinan pondok pesantren yang ada) untuk membahas strategi bersama menjaga kawasan tetap kondusif dan memblokir segala aspek yang berbau firqoh non NU, terutama firqoh sesat maupun yang berhaluan merah. Hal ini, dapat meningkatkan stabilitas keorganisasian, membawa rasa aman dan tenteram bagi warga NU dan lainnya sehingga menarik perhatian para simpatisan NU yang lainnya. Adapun siaga bersama, dapat menggunakan personil Banser, Banom yang dibantu para santri pondok pesantren setempat beserta pihak aparat dan pejabat setempat.
Masalah III :
3.    Pengetahuan dan pembelajaran ASWAJA beserta kurikulumnya
Keperihatinan kita sudah selayaknya juga ditujukan pada poros dasar Jam’iyah NU, yakni kurikulum Aswaja (kurikulum Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) yang sudah luntur, bahkan nyaris hilang. Mengapa demikian ? sebab banyak sekolah berlembagakan Ma’arif yang kehilangan pedoman ke-NU-annya. Pembelajaran Aswaja yang hanya sepintas lalu, tidak mendalam bahkan banyak buku-buku serta LKS Aswaja yang muatan materi Aswaja-nya sangat kurang. Mulai dari sejarahnya, tokoh-tokoh salafnya hingga doktrin ajarannya yang kian lama banyak yang hilang. Jika menginginkan kualitas generasi NU yang kaya pengetahuan, fanatik terhadap Jam’iyah NU serta mampu diandalkan untuk membawa Jam’iyah NU di masa mendatang lebih baik, kurikulum Aswaja harus dikembalikan kepada khittah awalnya.
*   Solusinya :
1. Mengubah kurikulum Aswaja global saat ini menjadi kurikulum Aswaja tertstandart Khittah NU. Beberkan secara gamblang Jam’iyah NU beserta doktrin ajarannya secara berkala, terstruktur.
2. Memfungsikan pengawas kurikulum dari Ma’arif yang tahu dan faham betul tentang Aswaja.
3. Mengawasi buku paket belajar dan LKS Aswaja yang beredar di sekolah/ madrasah yang berbasis NU, antara yang layak dan yang kurang layak muatan materi Aswaja-nya.
4.    Mengadakan diklat pembelajaran berbasis Aswaja secara intensif dan berkala bagi guru bidang studi Aswaja dan agama di kalangan madrasah/ sekolah berbasis NU.
5.  Mengamalkan segala tradisi Jam’iyah NU di semua lembaga pendidikan yang berbasis NU.
6.  Membuat laporan berkala tentang kemajuan proses pembelajaran Aswaja ke Ma’arif untuk dievaluasi tim pembina dan pengembang kurikulum Aswaja.
7. Ingat ...! Aliran perusak NU sudah di depan mata...Jangan tunggu mereka membantai aqidah anak, cucu dan generasi pemuda kita...!!!