PENDAHULUAN
Atlantis,
sebuah peradaban purba yang pertama
kali dicetuskan oleh filosof Plato (427 - 347 SM), di dalam bukunya “Critias-Timaeus”.
Plato adalah salah satu dari sekian banyak filosof besar Yunani kuno yang hidup
di abad 4 SM. Dalam buku Critias-nya ia menyebutkan bahwa, Critias dan adik
sepupunya juga mengisahkan Atlantis. Critias adalah murid Filosof Socrates,
tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialognya. Kisah tentang
Atlantis ini awalnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki
Critias, sedangkan Joepe mendengarnya dari seorang penyair Yunani Kuno bernama
Solon (639-559 SM). Solon adalah orang paling bijaksana di antara 7 maha bijak
Yunani Kuno.
Dikisahkan
bahwa, suatu hari Solon berkeliling Mesir hingga sampai di tempat pemujaan
makam leluhur. Disitulah Solon bertemu pendeta dari Sais, yang sedang menerjemahkan sejarah kerajaan
Athena kuno dan kerajaan Atlantis, yang tertulis pada papiri di heiroglif Mesir
kuno, menjadi bahasa Yunani. Maka, saat itulah Solon mengetahui adanya kerajaan
Atlantis.
Atas
dasar itu, penulis menyuguhkan gambar relief berikut yang terdapat pada salah
satu sudut Kuil Abydos
di dekat istana Fir’aun. Kuil Abydos ini merupakan sebuah kuil megah di kota besar Abydos
(Abdjw, bahasa kuno, red), yang dibangun pada periode pra-dinasti
(4000 tahun SM), sebagai embrio sejarah Mesir purba turun-temurun. Kota
Abydos merupakan sebuah tempat kuburan para raja agung pra-dinasti Mesir kuno,
sehingga menjadikan wilayah tersebut cepat berkembang untuk kepentingan ritual
suci agama seperti pusat pemujaan untuk Osiris.
Gambar - bentuk-bentuk relief disalah satu
sudut kuil Abydos (gambar dari sumber Google Gambar)
Jika
kita amati dengan teliti bentuk-bentuk relief diatas, maka kita akan mudah
menemukan beberapa relief yang menggambarkan bentuk-bentuk kendaraan modern
seperti helikopter, kapal selam, bahkan pesawat terbang yang menyerupai jet dan
UFO. Bagaimana cara menjelaskan semua ini? Benarkah Mesir purba telah memiliki
teknologi penerbangan secanggih itu ? Apakah ada hubungannya dengan Atlantis?
Sebuah
papirus kuno mencatat kunjungan benda terbang aneh di dekat istana Firaun. Hal ini nampak pertama kali di lokasi makam
Dinasti Raja Pertama Djer, yang teridentifikasi sebagai “tempat pemujaan
Osiris”. Sudah menjadi mitos bahwa raja adalah Tuhan bagi masyarakat Mesir pada
masa pra-dinasti (merujuk seperti “Osirieon”). Perhatian terhadap Osiris
amat besar, karena kota
besar ini adalah tempat ziarah utama. Sebenarnya, fungsi utama kota
Abydos adalah tempat
pemakaman khusus para raja pra-dinasti Mesir purba serta lokasi pembangunan
tugu peringatan/ monumen untuk menghormati kematian seorang raja yang jenazahnya
berada ditempat lain (Makam Petilasan Raja, red).
Perayaan
besar untuk para Fir’aun yang dinobatkan sebagai titisan Dewa Osiris, baik yang
masih hidup maupun yang telah mati diselenggarakan disini sejak Dinasti ke-12
(1985-1795 SM) sampai dengan zaman Masehi. Salah satu dari monumen yang paling
penting di wilayah tersebut adalah Candi/ Piramida Seti I, yang dibangun untuk
menghormati Dewa Osiris. Pada piramida Seti I ini terdapat tulisan yang
menjelaskan bahwa Seti adalah satu-satunya arsitek/ perencana pembangunan piramida
klasik Mesir yang paling akurat dan handal. Tetapi, ketika terjadi pergantian
pemimpin – yang tepatnya ketika membangun pondasinya – telah terjadi
kecelakaan sehingga harus membongkar tempat dimana terdapat Tugu Djer tersebut.
Rumah Seti I dan Ramses II diperluas dan ditinggikan dari tempat Osirion,
kemudian cara memuja Osiris dihubungkan dengan piramida Seti I.
Pada
bulan Februari 1988, di informasikan bahwa relief tersebut hanya dianggap
sebagai teka-teki kuno semata (enigma). Alasannya, karena tulisan hieroglip
diatas terdapat gambar yang menyerupai teknologi masa kini. Berita ini telah
dipublikasikan hampir dua tahun lamanya di Perancis. Beberapa orang
mengemukakan pendapatnya tentang skema relief tersebut dengan logis yang menjelaskan
kehadiran “helikopter” diantara tulisan hieroglip. Mereka menyatakan bahwa
“relief tersebut nampak jelas tidak melukiskan hanya satu helikopter, tetapi
lebih dari satu atau dua pesawat, kapal selam dan bahkan sebuah UFO “.
Menurut
Mike Dyall Smith dari Universitas Melbourne, bahwa gambar tersebut makin
terkenal karena di promosikan oleh kalangan “New Age/ UFO Buffs”. Para ahli Mesir umumnya mengakui bahwa gambar pesawat
asing yang terlihat jelas pada relief diatas, hanyalah sebuah ilusi di karenakan
erosi permukaan batu (melihat kerusakan diatas area langit-langit) serta
proses pemahatan ulang batu untuk menambal/ menggantikan beberapa hieroglip
yang telah rusak. Ketika proses penambalan berlangsung, tambalan jatuh keluar
sedikit demi sedikit dari glip yang lama sehingga glip yang baru dapat menutupi
dan membentuk “jejak-jejak yang aneh”. Teknik ini disebut dengan “Palimpsest”.
Setiap
orang dapat melihat sajak dalam prasasti Mesir kuno ini, yang menjelaskan
adanya tumpukan pemahatan ulang dari prasasti hancur di masa Mesir kuno. Inilah
kebiasaan para raja Mesir kuno yang berusaha keras untuk mencari dan memperoleh
Pharaoh (Spirit Agung yang suci) dari para raja sebelumnya serta untuk mendiskreditkan
mereka.
Namun
sebenarnya, penjelasan ini tidak memuaskan. Benarkah Kuil Abydos merupakan
prasasti yang benar-benar menggambarkan adanya teknologi luar angkasa dan kapal
selam pada zaman Mesir Kuno? Yang pasti, meski berbeda masanya, namun faktanya di
Mesir ada suatu papirus yang menceritakan tentang kehadiran benda terbang aneh.
Catatan
purbakala lain yang menjelaskan kehidupan di langit, bersumber dari buku catatan
harian Thutmosis III di abad 15 SM. Thutmosis III adalah Fir’aun Mesir kuno
dinasti ke-18, 1504-1450 SM. Laporan itu ditulis dalam papirus (tulisan
kuno) yang ditemukan oleh Alberto Siliotti, berbunyi demikian :
o
Dalam
tahun dua puluh dua, bulan ketiga musim dingin, pada jam ke-enam hari itu, para
penulis dari Rumah Kehidupan melihat adanya sebuah lingkaran api yang muncul di
angkasa. Dia tidak memiliki kepala dan nafasnya berbau busuk. Panjangnya 1 rod,
lebarnya 1 rod (5 m) dan dia tidak bersuara. Karena kebingungan mereka
bertiarap...
o
Mereka
menghadap Firaun untuk melaporkan apa yang telah mereka lihat. Baginda Raja
merenungkan dan memikirkan persoalan itu.
o
Beberapa
hari kemudian, benda-benda itu bertambah banyak di angkasa. Angkatan perang
Firaun terus mengawasi benda-benda itu tatkala Baginda Raja berada di tengah-tengah
mereka. Waktu itu adalah waktu setelah makan malam. Lingkaran-lingkaran api itu
kemudian tambah naik lebih tinggi di angkasa, menuju ke selatan. Ikan dan itik
berjatuhan dari udara. Dan Firaun menyuruh mengambil kemenyan, kemudian
dibakarnya untuk mendapatkan keamanan dan ketenteraman dalam kehidupan
rakyatnya...”.
Selain
itu, masih banyak penemuan artefak kuno yang aneh, seakan menunjukkan bahwa di
masa lalu, nenek moyang kita telah berinteraksi dengan makhluk dari luar
angkasa. Ada
juga yang mengkaitkan dengan sisa bangsa Atlantis.
Maka, penulis berasumsi bahwa maksud kalimat “Solon berkeliling
Mesir hingga sampai di tempat pemujaan makam leluhur” diatas adalah Kuil Abidos
ini. Berikut ini penulis cantumkan sedikit cuplikan dialog dalam buku “Critias-Timaeus”:
Timaeus sedikit menyinggung soal Atlantis, sedangkan Critias
lebih banyak mendeskripsikan Atlantis. Namun, Critias sepertinya belum
diselesaikan oleh Plato sehingga kita hanya mendapat sepenggal kisah Atlantis.
Tapi, cukuplah kiranya bagi kita untuk mengambil pelajaran dari bangsa yang
luar biasa ini.
·
Lokasi
Atlantis
"Kekuatan ini datang dari samudera Atlantik. Pada waktu
itu, samudera Atlantik dapat dilayari dan ada sebuah pulau yang terletak di
hadapan selat yang engkau sebut pilar-pilar Herkules. Pulau itu lebih luas
dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia dan pilar-pilar ini juga merupakan
pintu masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau
dapat sampai ke seluruh benua yang menjadi pembatas laut Atlantik. Laut yang
ada di dalam pilar-pilar Herkules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang
memiliki pintu masuk sempit. Namun laut yang di luarnya adalah laut yang
sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas.
Di wilayah Atlantis ini, ada sebuah kerajaan besar yang memerintah keseluruhan
pulau dan pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya"
- dalam Timaeus
·
Asal
mula bangsa Atlantis
"Sebelumnya aku telah berbicara mengenai pembagian wilayah
yang diadakan bagi para dewa dan bagaimana mereka tersebar ke seluruh dunia
dalam proporsi yang berbeda-beda. Dan Poseidon, menerima bagiannya, yaitu pulau
Atlantis."
"Di tengah-tengah pulau itu ada sebuah dataran yang
dianggap terbaik dan memiliki tanah yang subur. Di situ ada sebuah gunung yang
tidak terlalu tinggi di masing sisi-sisinya. Di gunung itu tinggal seorang pria
fana bernama Evenor yang memiliki seorang istri bernama Leucippe. Mereka
memiliki satu anak perempuan bernama Cleito. Ketika Cleito telah dewasa, ayah
dan ibunya meninggal dunia. Poseidon jatuh cinta dan bersetubuh dengannya”-
dalam Critias
·
Karakteristik
Tanah Atlantis
"Poseidon lalu memecahkan tanah di sekitar bukit tempat
tinggal Cleito sehingga bukit itu terpisah dari dataran lain. Bukit itu
sekarang dikelilingi oleh laut yang berbentuk lingkaran. Poseidon membuat dua
bagian daratan seperti ini sehingga jumlahnya menjadi dua daratan yang
dikelilingi tiga wilayah perairan."
"Masing-masing daratan memiliki sirkumferen yang berjarak
sama dari tengah pulau tersebut. Jadi tidak ada satu orang dan satu kapalpun
yang dapat mencapai pulau itu. Poseidon lalu membuat dua mata air di
tengah-tengah pulau, satu air hangat dan satu lagi air dingin. ia juga membuat
berbagai macam makanan muncul dari tanah yang subur." – dalam Critias
·
Nenek
Moyang bangsa Atlantis
"Poseidon dan Cleito memiliki lima pasang anak kembar laki-laki. Ia lalu
membagi pulau Atlantis menjadi sepuluh bagian. Ia memberikan kepada anak tertua
dari pasangan kembar pertama tempat kediaman ibu mereka dan wilayah yang
mengelilinginya yang merupakan tanah terluas dan terbaik. Ia juga menjadikannya
raja atas saudara-saudaranya. Poseidon memberi nama anak itu Atlas. Dan karenanya
seluruh pulau dan samudera itu disebut Atlantik." – dalam Critias
·
Kemakmuran
Bangsa Atlantis
"Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia dan
karenanya mampu menampung pasukan dalam jumlah besar."
"Tanah itu juga mendapatkan keuntungan dari curah hujan
tahunan, memiliki persediaan yang melimpah di semua tempat."
"Orichalcum bisa digali di banyak wilayah di pulau itu.
Pada masa itu Orichalcum lebih berharga dibanding benda berharga apapun,
kecuali emas. Di pulau itu juga banyak terdapat kayu untuk pekerjaan para
tukang kayu dan cukup banyak persediaan untuk hewan-hewan ternak ataupun hewan
liar, yang hidup di sungai ataupun darat, yang hidup di gunung ataupun dataran.
Bahkan di pulau itu juga terdapat banyak gajah" – dalam Critias
·
Struktur
Masyarakat Atlantis
"Pada masa itu, wilayah Atlantis didiami oleh berbagai
kelas masyarakat. Ada
tukang batu, tukang kayu, ada suami-suami dan para prajurit. Bagi para
prajurit, mereka mendapat wilayah sendiri dan semua keperluan untuk kehidupan
dan pendidikan disediakan dengan berlimpah. Mereka tidak pernah menganggap
bahwa kepunyaan mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka menganggapnya
sebagai kepunyaan bersama. Mereka juga tidak pernah menuntut makanan lebih
banyak dari yang dibutuhkan."
"Para prajurit ini
tinggal di sekitar kuil Athena dan Hephaestus di puncak bukit. Di tempat itu
mereka kemudian membuat pagar untuk melindungi tempat itu. Di sebelah utara,
mereka membangun ruangan untuk makan di musim dingin dan membuat
bangunan-bangunan yang dapat digunakan untuk kebutuhan bersama."
"Mereka tidak memuja emas dan perak karena bagi mereka,
semua itu tidak ada gunanya. mereka juga membangun rumah sederhana dimana
anak-anak mereka dapat bertumbuh."
“Inilah cara mereka hidup, mereka menjadi penjaga kaum mereka
sendiri dan menjadi pemimpin bagi seluruh kaum Helenis yang dengan sukarela
menjadi pengikut mereka. Lalu mereka juga menjaga jumlah perempuan dan
laki-laki dalam jumlah yang sama untuk berjaga-jaga bila terjadi perang. Dengan
cara inilah mereka mengelola wilayah mereka dan seluruh wilayah Hellas dengan adil. Atlantis menjadi sangat termashyur di
seluruh Eropa dan Asia karena ketampanan dan
kebaikan hati para penduduknya." – dalam Critias
·
Teknologi
Atlantis
"Mereka membangun kuil, istana dan pelabuhan-pelabuhan.
Mereka juga mengatur seluruh wilayah dengan susunan sebagai berikut : pertama
mereka membangun jembatan untuk menghubungkan wilayah air dengan daratan yang
mengelilingi kota
kuno. Lalu membuat jalan dari dan ke arah istana. Mereka membangun istana di
tempat kediaman dewa-dewa dan nenek moyang mereka yang terus dipelihara oleh
generasi berikutnya. Setiap raja menurunkan kemampuannya yang luar biasa kepada
raja berikutnya hingga mereka mampu membangun bangunan yang luar biasa besar
dan indah."
"Dan mereka membangun sebuah kanal selebar 300 kaki dengan
kedalaman 100 kaki dan panjang 50 stadia (9 km). Mereka juga membuat jalan
masuk yang cukup besar untuk dilewati bahkan oleh kapal terbesar sekalipun dapat
melewati kanal ini untuk dapat berlayar menuju zona terluar." – dalam Critias
·
Kehancuran
Pulau Atlantis
"9.000 tahun adalah jumlah tahun yang telah berlangsung
sejak perang yang terjadi antara mereka yang berdiam di luar pilar-pilar
Herkules dengan mereka yang berdiam di dalamnya. Perang inilah yang akan aku
deskripsikan."
"Pasukan yang satu dipimpin oleh kota-kota Athena. Di
pihak lain, pasukannya dipimpin langsung oleh raja-raja dari Atlantis, yaitu
seperti yang telah aku jelaskan, sebuah pulau yang lebih besar dibanding
gabungan Libya dan Asia, yang kemudian dihancurkan oleh sebuah gempa bumi dan
menjadi tumpukan lumpur yang menjadi penghalang bagi para penjelajah yang
berlayar ke bagian samudera yang lain."
"Banyak air bah yang telah terjadi selama 9.000 tahun,
yaitu jumlah tahun yang telah terjadi ketika aku berbicara. Dan selama waktu
itu juga telah terjadi banyak perubahan. Tidak pernah terjadi dalam sejarah
begitu banyak akumulasi tanah yang jatuh dari pegunungan di satu wilayah. Namun
tanah telah berjatuhan dan menimbun wilayah Atlantis dan menutupinya dari
pandangan mata."
"Karena hanya dalam semalam, hujan yang luar biasa lebat
menyapu bumi dan pada saat yang bersamaan terjadi gempa bumi. Lalu muncul air
bah yang menggenangi seluruh wilayah." – dalam Critias
"Namun sesudah itu, muncul gempa bumi dan banjir yang
dashyat. Dan kurang dari satu hari satu malam, semua penduduknya tenggelam ke
dalam perut bumi dan pulau Atlantis lenyap ke dalam samudera luas. Dan karena
alasan inilah, bagian samudera disana menjadi tidak dapat dilewati dan dijelajahi
karena ada tumpukan lumpur yang diakibatkan oleh kehancuran pulau
tesebut." – dalam Timaeus
·
Penutup
- Pelajaran dari Atlantis
"Selama banyak generasi, karakter yang mulia hidup di
dalam diri mereka, mereka patuh kepada hukum dan memiliki ketertarikan yang
kuat kepada dewa. Mereka memiliki jalan hidup yang baik, menggabungkan kelemah-lembutan
dengan kebijaksanaan di dalam berbagai aspek kehidupan dan dalam hubungannya
dengan sesama."
"Mereka tidak mau mengangkat senjata melawan sesamanya,
dan mereka akan segera bergegas menolong rajanya ketika ada yang berusaha untuk
menggulingkannya. Mereka menolak segala kejahatan dan hanya melakukan kebaikan.
Mereka hanya menaruh sedikit perhatian untuk kehidupan mereka sendiri. Mereka
menganggap remeh harta benda emas dan perak yang sepertinya hanya menjadi beban
bagi mereka."
"Bahkan ketika mereka berkelimpahan di dalam kemewahan,
mata hati mereka tidak dibutakan olehnya. Mereka sadar bahwa kekayaan mereka
akan bertambah oleh perbuatan baik dan persahabatan antara satu dengan yang
lain yang juga disertai dengan penghormatan antara sesama. Karakter-karakter
semacam itu terus bertumbuh di antara mereka."
"Namun, karakter-karakter mulia tersebut mulai memudar dan
menjadi terlalu sering dikompromikan. Mereka bercampur dengan sifat-sifat
duniawi, lalu sifat itu kemudian menjadi pengendali. Karena itu mereka tidak
mampu lagi menanggung kekayaan yang mereka miliki. Mereka mulai berperilaku
tidak sepantasnya dan mata mereka menjadi rabun karena mereka telah kehilangan
harta mereka yang paling berharga."
"Zeus, raja para dewa yang memerintah berdasarkan hukum
dan mampu melihat perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan mulai
mencanangkan hukuman bagi ras yang terhormat itu supaya mereka dapat disadarkan
dan dimurnikan. Lalu ia mulai mengumpulkan para dewa dari tempat kediaman
masing-masing. Setelah mereka semua berkumpul, Zeus berkata : ....." –
dalam Critias
Dengan kalimat itulah Critias berakhir, tidak terselesaikan.
Jadi kita tidak akan pernah tahu apa yang ingin dikatakan oleh Zeus. Meskipun buku
ini tidak pernah terselesaikan, tetapi pengaruhnya terhadap umat manusia jauh
lebih besar dibandingkan dengan ribuan buku lainnya.
Namun, menurut Plutarch, Solon bertemu dengan "Psenophis Heliopolis
dan Sonchis Saite, yaitu maha guru semua pendeta" pada masa kehidupan
Solon. (Karena terpaut jarak 500 tahun lebih antara Plutarch dengan
peristiwa yang bersifat alasan/ dalih, serta karena informasi ini tidak ada
pada Timaeus dan Critias, maka identifikasi ini dipertanyakan).
Berikut ini rangkaian sari cerita Critias diatas : Suatu ketika
Dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap-tiap dewa dapat memiliki wilayahnya
masing-masing. Poseidon adalah dewa yang mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau
ini jauh lebih besar dari pada gabungan Libya kuno dan Asia Kecil. Meskipun
begitu, Dewa Helenik telah mentakdirkan bahwa suatu saat nanti pulau ini akan musnah
dan tenggelam ke dasar samudra karena gempa bumi serta menjadi lumpur yang tidak
dapat dilewati dalam perjalanan menyeberang samudra.
Poseidon kemudian jatuh cinta pada seorang wanita asli Atlantis
yang bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe), sehingga ia memperistri
gadis muda itu dan melahirkan lima
pasang anak laki-laki kembar. Poseidon lalu membagi pulau itu menjadi 10
wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anaknya. Anak sulungnya yang
bernama Atlas, menjadi raja atas pulau-pulau itu beserta samudra di sekitarnya (yaitu
cikal-bakal nama Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis"
juga dianggap berasal dari namanya yang berarti "Pulau milik
Atlas".
Poseidon akhirnya mengukir gunung tempat tinggal istrinya itu menjadi
sebuah istana yang amat megah lalu menutupnya dengan tiga parit bundar yang
lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh
cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis kemudian membangun
jembatan ke arah utara dari pegunungan, serta membuat rute menuju sisa pulau.
Mereka menggali kanal besar ke laut dan di samping jembatan, dibuat gua menuju
cincin batu tersebut sehingga kapal besarpun dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar
pegunungan. Mereka juga membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan
masuk ke kota selalu dijaga oleh gerbang dan
menara tinggi, serta tembok yang mengelilingi setiap cincin kota. Tembok ini dibangun menggunakan batuan
merah, putih, hitam yang berasal dari parit, kemudian dilapisi kuningan, timah,
orichalcum (sejenis perunggu/ kuningan).
Masih menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang
besar telah terjadi antara bangsa yang berada di luar pilar-pilar Herkules (bangsa
Atlantis - yang diduga di Selat Gibraltar)
dengan bangsa yang ada di dalam Pilar. Bangsa Atlantis telah menaklukan Libya
sampai Mesir serta benua Eropa sampai Tirenia, kemudian menjadikan penduduknya sebagai
budak mereka. Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis. Sewaktu
aliansi itu dihancurkan, Athena akhirnya melawan kekaisaran Atlantis sendirian dan
berusaha membebaskan wilayah yang telah diduduki Atlantis. Tapi sayangnya, sebelum
kedua bangsa tersebut sempat berhadapan di medan perang, tiba-tiba muncul gempa bumi dahsyat
diiringi banjir besar di Atlantis dalam durasi kurang dari satu hari satu
malam, lalu pulau Atlantis itu lenyap-tenggelam tak berbekas.
Selain Critias dan Timaeus,
tidak ada lagi catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan
mengenai Atlantis lainnya hanya berdasarkan dari catatan Plato.
Banyak filosof Yunani Kuno yang menganggap Atlantis adalah fiksi,
yang menurut filosof Strabo- diantaranya adalah Aristoteles. Namun, masih ada
juga filosof, ahli geografi dan sejarawan yang sangat percaya akan keberadaan
Atlantis. Filosof Crantor, salah satu murid dari murid Plato, Xenocrates,
mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya merupakan komentar mengenai
Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus, melaporkan bahwa
Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom tentang sejarah Atlantis
tertulis dalam huruf heiroglip. Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut.
Menurut filosof Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam “sumber
berbeda yang dapat diambil untuk diberikan", yang menurut asumsi
penulis adalah heiroglip Kuil Abydos diatas, dimana telah dijelaskan bahwa
kebiasaan para raja Mesir kuno (Fir’aun, red) adalah selalu mencari
untuk menemukan Pharaoh (Spirit Agung yang suci) dari para raja
sebelumnya.
Bagian
lain dari komentar Proclus di abad ke-5, mengenai Timaeus yang berusaha memberikan
deskripsi letak geografi Atlantis. Menurutnya, dahulu kala terdapat tujuh pulau
di laut tersebut, yaitu Pulau milik Dewa Persephone beserta dua lainnya dengan
ukuran besar dan yang sangat besar. Salah satu dari pulau tersebut adalah milik
Dewa Pluto, dan yang lainnya milik Dewa Ammon, sedangkan yang terakhir di
antaranya milik Dewa Poseidon dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka
menambahkan—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau
besar Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut
Atlantik dan Pulau milik Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus
dalam “Aethiopica". Marcellus pun masih belum diidentifikasi. Sejarawan
dan filosof kuno lain yang sangat mempercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo
dan Posidonius.