15 December 2017

KONSTELASI ALAM PURBA DAN BENUA ATLANTIS VERSI ISLAM (Bag. 2)

PENDAHULUAN
Atlantis, sebuah peradaban purba yang pertama kali dicetuskan oleh filosof Plato (427 - 347 SM), di dalam bukunya “Critias-Timaeus”. Plato adalah salah satu dari sekian banyak filosof besar Yunani kuno yang hidup di abad 4 SM. Dalam buku Critias-nya ia menyebutkan bahwa, Critias dan adik sepupunya juga mengisahkan Atlantis. Critias adalah murid Filosof Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialognya. Kisah tentang Atlantis ini awalnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe mendengarnya dari seorang penyair Yunani Kuno bernama Solon (639-559 SM). Solon adalah orang paling bijaksana di antara 7 maha bijak Yunani Kuno.
Dikisahkan bahwa, suatu hari Solon berkeliling Mesir hingga sampai di tempat pemujaan makam leluhur. Disitulah Solon bertemu pendeta dari Sais, yang sedang menerjemahkan sejarah kerajaan Athena kuno dan kerajaan Atlantis, yang tertulis pada papiri di heiroglif Mesir kuno, menjadi bahasa Yunani. Maka, saat itulah Solon mengetahui adanya kerajaan Atlantis.
Atas dasar itu, penulis menyuguhkan gambar relief berikut yang terdapat pada salah satu sudut Kuil Abydos di dekat istana Fir’aun. Kuil Abydos ini merupakan sebuah kuil megah di kota besar Abydos (Abdjw, bahasa kuno, red), yang dibangun pada periode pra-dinasti (4000 tahun SM), sebagai embrio sejarah Mesir purba turun-temurun. Kota Abydos merupakan sebuah tempat kuburan para raja agung pra-dinasti Mesir kuno, sehingga menjadikan wilayah tersebut cepat berkembang untuk kepentingan ritual suci agama seperti pusat pemujaan untuk Osiris.

Gambar - bentuk-bentuk relief disalah satu sudut kuil Abydos (gambar dari sumber Google Gambar)
Jika kita amati dengan teliti bentuk-bentuk relief diatas, maka kita akan mudah menemukan beberapa relief yang menggambarkan bentuk-bentuk kendaraan modern seperti helikopter, kapal selam, bahkan pesawat terbang yang menyerupai jet dan UFO. Bagaimana cara menjelaskan semua ini? Benarkah Mesir purba telah memiliki teknologi penerbangan secanggih itu ? Apakah ada hubungannya dengan Atlantis?
Sebuah papirus kuno mencatat kunjungan benda terbang aneh di dekat istana Firaun.  Hal ini nampak pertama kali di lokasi makam Dinasti Raja Pertama Djer, yang teridentifikasi sebagai “tempat pemujaan Osiris”. Sudah menjadi mitos bahwa raja adalah Tuhan bagi masyarakat Mesir pada masa pra-dinasti (merujuk seperti “Osirieon”). Perhatian terhadap Osiris amat besar, karena kota besar ini adalah tempat ziarah utama. Sebenarnya, fungsi utama kota Abydos adalah tempat pemakaman khusus para raja pra-dinasti Mesir purba serta lokasi pembangunan tugu peringatan/ monumen untuk menghormati kematian seorang raja yang jenazahnya berada ditempat lain (Makam Petilasan Raja, red).
Perayaan besar untuk para Fir’aun yang dinobatkan sebagai titisan Dewa Osiris, baik yang masih hidup maupun yang telah mati diselenggarakan disini sejak Dinasti ke-12 (1985-1795 SM) sampai dengan zaman Masehi. Salah satu dari monumen yang paling penting di wilayah tersebut adalah Candi/ Piramida Seti I, yang dibangun untuk menghormati Dewa Osiris. Pada piramida Seti I ini terdapat tulisan yang menjelaskan bahwa Seti adalah satu-satunya arsitek/ perencana pembangunan piramida klasik Mesir yang paling akurat dan handal. Tetapi, ketika terjadi pergantian pemimpin – yang tepatnya ketika membangun pondasinya – telah terjadi kecelakaan sehingga harus membongkar tempat dimana terdapat Tugu Djer tersebut. Rumah Seti I dan Ramses II diperluas dan ditinggikan dari tempat Osirion, kemudian cara memuja Osiris dihubungkan dengan piramida Seti I.
Pada bulan Februari 1988, di informasikan bahwa relief tersebut hanya dianggap sebagai teka-teki kuno semata (enigma). Alasannya, karena tulisan hieroglip diatas terdapat gambar yang menyerupai teknologi masa kini. Berita ini telah dipublikasikan hampir dua tahun lamanya di Perancis. Beberapa orang mengemukakan pendapatnya tentang skema relief tersebut dengan logis yang menjelaskan kehadiran “helikopter” diantara tulisan hieroglip. Mereka menyatakan bahwa “relief tersebut nampak jelas tidak melukiskan hanya satu helikopter, tetapi lebih dari satu atau dua pesawat, kapal selam dan bahkan sebuah UFO “.

Menurut Mike Dyall Smith dari Universitas Melbourne, bahwa gambar tersebut makin terkenal karena di promosikan oleh kalangan “New Age/ UFO Buffs”. Para ahli Mesir umumnya mengakui bahwa gambar pesawat asing yang terlihat jelas pada relief diatas, hanyalah sebuah ilusi di karenakan erosi permukaan batu (melihat kerusakan diatas area langit-langit) serta proses pemahatan ulang batu untuk menambal/ menggantikan beberapa hieroglip yang telah rusak. Ketika proses penambalan berlangsung, tambalan jatuh keluar sedikit demi sedikit dari glip yang lama sehingga glip yang baru dapat menutupi dan membentuk “jejak-jejak yang aneh”. Teknik ini disebut dengan “Palimpsest”.
Setiap orang dapat melihat sajak dalam prasasti Mesir kuno ini, yang menjelaskan adanya tumpukan pemahatan ulang dari prasasti hancur di masa Mesir kuno. Inilah kebiasaan para raja Mesir kuno yang berusaha keras untuk mencari dan memperoleh Pharaoh (Spirit Agung yang suci) dari para raja sebelumnya serta untuk mendiskreditkan mereka.
Namun sebenarnya, penjelasan ini tidak memuaskan. Benarkah Kuil Abydos merupakan prasasti yang benar-benar menggambarkan adanya teknologi luar angkasa dan kapal selam pada zaman Mesir Kuno? Yang pasti, meski berbeda masanya, namun faktanya di Mesir ada suatu papirus yang menceritakan tentang kehadiran benda terbang aneh.
Catatan purbakala lain yang menjelaskan kehidupan di langit, bersumber dari buku catatan harian Thutmosis III di abad 15 SM. Thutmosis III adalah Fir’aun Mesir kuno dinasti ke-18, 1504-1450 SM. Laporan itu ditulis dalam papirus (tulisan kuno) yang ditemukan oleh Alberto Siliotti, berbunyi demikian :
o   Dalam tahun dua puluh dua, bulan ketiga musim dingin, pada jam ke-enam hari itu, para penulis dari Rumah Kehidupan melihat adanya sebuah lingkaran api yang muncul di angkasa. Dia tidak memiliki kepala dan nafasnya berbau busuk. Panjangnya 1 rod, lebarnya 1 rod (5 m) dan dia tidak bersuara. Karena kebingungan mereka bertiarap...
o   Mereka menghadap Firaun untuk melaporkan apa yang telah mereka lihat. Baginda Raja merenungkan dan memikirkan persoalan itu.
o   Beberapa hari kemudian, benda-benda itu bertambah banyak di angkasa. Angkatan perang Firaun terus mengawasi benda-benda itu tatkala Baginda Raja berada di tengah-tengah mereka. Waktu itu adalah waktu setelah makan malam. Lingkaran-lingkaran api itu kemudian tambah naik lebih tinggi di angkasa, menuju ke selatan. Ikan dan itik berjatuhan dari udara. Dan Firaun menyuruh mengambil kemenyan, kemudian dibakarnya untuk mendapatkan keamanan dan ketenteraman dalam kehidupan rakyatnya...”.
Selain itu, masih banyak penemuan artefak kuno yang aneh, seakan menunjukkan bahwa di masa lalu, nenek moyang kita telah berinteraksi dengan makhluk dari luar angkasa. Ada juga yang mengkaitkan dengan sisa bangsa Atlantis.
Maka, penulis berasumsi bahwa maksud kalimat “Solon berkeliling Mesir hingga sampai di tempat pemujaan makam leluhur” diatas adalah Kuil Abidos ini. Berikut ini penulis cantumkan sedikit cuplikan dialog dalam buku “Critias-Timaeus”:
Timaeus sedikit menyinggung soal Atlantis, sedangkan Critias lebih banyak mendeskripsikan Atlantis. Namun, Critias sepertinya belum diselesaikan oleh Plato sehingga kita hanya mendapat sepenggal kisah Atlantis. Tapi, cukuplah kiranya bagi kita untuk mengambil pelajaran dari bangsa yang luar biasa ini.
·         Lokasi Atlantis
"Kekuatan ini datang dari samudera Atlantik. Pada waktu itu, samudera Atlantik dapat dilayari dan ada sebuah pulau yang terletak di hadapan selat yang engkau sebut pilar-pilar Herkules. Pulau itu lebih luas dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia dan pilar-pilar ini juga merupakan pintu masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau dapat sampai ke seluruh benua yang menjadi pembatas laut Atlantik. Laut yang ada di dalam pilar-pilar Herkules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk sempit. Namun laut yang di luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas. Di wilayah Atlantis ini, ada sebuah kerajaan besar yang memerintah keseluruhan pulau dan pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya" - dalam Timaeus
·         Asal mula bangsa Atlantis
"Sebelumnya aku telah berbicara mengenai pembagian wilayah yang diadakan bagi para dewa dan bagaimana mereka tersebar ke seluruh dunia dalam proporsi yang berbeda-beda. Dan Poseidon, menerima bagiannya, yaitu pulau Atlantis."
"Di tengah-tengah pulau itu ada sebuah dataran yang dianggap terbaik dan memiliki tanah yang subur. Di situ ada sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi di masing sisi-sisinya. Di gunung itu tinggal seorang pria fana bernama Evenor yang memiliki seorang istri bernama Leucippe. Mereka memiliki satu anak perempuan bernama Cleito. Ketika Cleito telah dewasa, ayah dan ibunya meninggal dunia. Poseidon jatuh cinta dan bersetubuh dengannya”- dalam Critias
·         Karakteristik Tanah Atlantis
"Poseidon lalu memecahkan tanah di sekitar bukit tempat tinggal Cleito sehingga bukit itu terpisah dari dataran lain. Bukit itu sekarang dikelilingi oleh laut yang berbentuk lingkaran. Poseidon membuat dua bagian daratan seperti ini sehingga jumlahnya menjadi dua daratan yang dikelilingi tiga wilayah perairan."
"Masing-masing daratan memiliki sirkumferen yang berjarak sama dari tengah pulau tersebut. Jadi tidak ada satu orang dan satu kapalpun yang dapat mencapai pulau itu. Poseidon lalu membuat dua mata air di tengah-tengah pulau, satu air hangat dan satu lagi air dingin. ia juga membuat berbagai macam makanan muncul dari tanah yang subur." – dalam Critias
·         Nenek Moyang bangsa Atlantis
"Poseidon dan Cleito memiliki lima pasang anak kembar laki-laki. Ia lalu membagi pulau Atlantis menjadi sepuluh bagian. Ia memberikan kepada anak tertua dari pasangan kembar pertama tempat kediaman ibu mereka dan wilayah yang mengelilinginya yang merupakan tanah terluas dan terbaik. Ia juga menjadikannya raja atas saudara-saudaranya. Poseidon memberi nama anak itu Atlas. Dan karenanya seluruh pulau dan samudera itu disebut Atlantik." – dalam Critias
·         Kemakmuran Bangsa Atlantis
"Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia dan karenanya mampu menampung pasukan dalam jumlah besar."
"Tanah itu juga mendapatkan keuntungan dari curah hujan tahunan, memiliki persediaan yang melimpah di semua tempat."
"Orichalcum bisa digali di banyak wilayah di pulau itu. Pada masa itu Orichalcum lebih berharga dibanding benda berharga apapun, kecuali emas. Di pulau itu juga banyak terdapat kayu untuk pekerjaan para tukang kayu dan cukup banyak persediaan untuk hewan-hewan ternak ataupun hewan liar, yang hidup di sungai ataupun darat, yang hidup di gunung ataupun dataran. Bahkan di pulau itu juga terdapat banyak gajah" – dalam Critias
·         Struktur Masyarakat Atlantis
"Pada masa itu, wilayah Atlantis didiami oleh berbagai kelas masyarakat. Ada tukang batu, tukang kayu, ada suami-suami dan para prajurit. Bagi para prajurit, mereka mendapat wilayah sendiri dan semua keperluan untuk kehidupan dan pendidikan disediakan dengan berlimpah. Mereka tidak pernah menganggap bahwa kepunyaan mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai kepunyaan bersama. Mereka juga tidak pernah menuntut makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan."
"Para prajurit ini tinggal di sekitar kuil Athena dan Hephaestus di puncak bukit. Di tempat itu mereka kemudian membuat pagar untuk melindungi tempat itu. Di sebelah utara, mereka membangun ruangan untuk makan di musim dingin dan membuat bangunan-bangunan yang dapat digunakan untuk kebutuhan bersama."
"Mereka tidak memuja emas dan perak karena bagi mereka, semua itu tidak ada gunanya. mereka juga membangun rumah sederhana dimana anak-anak mereka dapat bertumbuh."
“Inilah cara mereka hidup, mereka menjadi penjaga kaum mereka sendiri dan menjadi pemimpin bagi seluruh kaum Helenis yang dengan sukarela menjadi pengikut mereka. Lalu mereka juga menjaga jumlah perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama untuk berjaga-jaga bila terjadi perang. Dengan cara inilah mereka mengelola wilayah mereka dan seluruh wilayah Hellas dengan adil. Atlantis menjadi sangat termashyur di seluruh Eropa dan Asia karena ketampanan dan kebaikan hati para penduduknya." – dalam Critias
·         Teknologi Atlantis
"Mereka membangun kuil, istana dan pelabuhan-pelabuhan. Mereka juga mengatur seluruh wilayah dengan susunan sebagai berikut : pertama mereka membangun jembatan untuk menghubungkan wilayah air dengan daratan yang mengelilingi kota kuno. Lalu membuat jalan dari dan ke arah istana. Mereka membangun istana di tempat kediaman dewa-dewa dan nenek moyang mereka yang terus dipelihara oleh generasi berikutnya. Setiap raja menurunkan kemampuannya yang luar biasa kepada raja berikutnya hingga mereka mampu membangun bangunan yang luar biasa besar dan indah."
"Dan mereka membangun sebuah kanal selebar 300 kaki dengan kedalaman 100 kaki dan panjang 50 stadia (9 km). Mereka juga membuat jalan masuk yang cukup besar untuk dilewati bahkan oleh kapal terbesar sekalipun dapat melewati kanal ini untuk dapat berlayar menuju zona terluar." – dalam Critias
·         Kehancuran Pulau Atlantis
"9.000 tahun adalah jumlah tahun yang telah berlangsung sejak perang yang terjadi antara mereka yang berdiam di luar pilar-pilar Herkules dengan mereka yang berdiam di dalamnya. Perang inilah yang akan aku deskripsikan."
"Pasukan yang satu dipimpin oleh kota-kota Athena. Di pihak lain, pasukannya dipimpin langsung oleh raja-raja dari Atlantis, yaitu seperti yang telah aku jelaskan, sebuah pulau yang lebih besar dibanding gabungan Libya dan Asia, yang kemudian dihancurkan oleh sebuah gempa bumi dan menjadi tumpukan lumpur yang menjadi penghalang bagi para penjelajah yang berlayar ke bagian samudera yang lain."
"Banyak air bah yang telah terjadi selama 9.000 tahun, yaitu jumlah tahun yang telah terjadi ketika aku berbicara. Dan selama waktu itu juga telah terjadi banyak perubahan. Tidak pernah terjadi dalam sejarah begitu banyak akumulasi tanah yang jatuh dari pegunungan di satu wilayah. Namun tanah telah berjatuhan dan menimbun wilayah Atlantis dan menutupinya dari pandangan mata."
"Karena hanya dalam semalam, hujan yang luar biasa lebat menyapu bumi dan pada saat yang bersamaan terjadi gempa bumi. Lalu muncul air bah yang menggenangi seluruh wilayah." – dalam Critias
"Namun sesudah itu, muncul gempa bumi dan banjir yang dashyat. Dan kurang dari satu hari satu malam, semua penduduknya tenggelam ke dalam perut bumi dan pulau Atlantis lenyap ke dalam samudera luas. Dan karena alasan inilah, bagian samudera disana menjadi tidak dapat dilewati dan dijelajahi karena ada tumpukan lumpur yang diakibatkan oleh kehancuran pulau tesebut." – dalam Timaeus
·         Penutup - Pelajaran dari Atlantis
"Selama banyak generasi, karakter yang mulia hidup di dalam diri mereka, mereka patuh kepada hukum dan memiliki ketertarikan yang kuat kepada dewa. Mereka memiliki jalan hidup yang baik, menggabungkan kelemah-lembutan dengan kebijaksanaan di dalam berbagai aspek kehidupan dan dalam hubungannya dengan sesama."
"Mereka tidak mau mengangkat senjata melawan sesamanya, dan mereka akan segera bergegas menolong rajanya ketika ada yang berusaha untuk menggulingkannya. Mereka menolak segala kejahatan dan hanya melakukan kebaikan. Mereka hanya menaruh sedikit perhatian untuk kehidupan mereka sendiri. Mereka menganggap remeh harta benda emas dan perak yang sepertinya hanya menjadi beban bagi mereka."
"Bahkan ketika mereka berkelimpahan di dalam kemewahan, mata hati mereka tidak dibutakan olehnya. Mereka sadar bahwa kekayaan mereka akan bertambah oleh perbuatan baik dan persahabatan antara satu dengan yang lain yang juga disertai dengan penghormatan antara sesama. Karakter-karakter semacam itu terus bertumbuh di antara mereka."
"Namun, karakter-karakter mulia tersebut mulai memudar dan menjadi terlalu sering dikompromikan. Mereka bercampur dengan sifat-sifat duniawi, lalu sifat itu kemudian menjadi pengendali. Karena itu mereka tidak mampu lagi menanggung kekayaan yang mereka miliki. Mereka mulai berperilaku tidak sepantasnya dan mata mereka menjadi rabun karena mereka telah kehilangan harta mereka yang paling berharga."
"Zeus, raja para dewa yang memerintah berdasarkan hukum dan mampu melihat perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan mulai mencanangkan hukuman bagi ras yang terhormat itu supaya mereka dapat disadarkan dan dimurnikan. Lalu ia mulai mengumpulkan para dewa dari tempat kediaman masing-masing. Setelah mereka semua berkumpul, Zeus berkata : ....." – dalam Critias
Dengan kalimat itulah Critias berakhir, tidak terselesaikan. Jadi kita tidak akan pernah tahu apa yang ingin dikatakan oleh Zeus. Meskipun buku ini tidak pernah terselesaikan, tetapi pengaruhnya terhadap umat manusia jauh lebih besar dibandingkan dengan ribuan buku lainnya.
Namun, menurut Plutarch, Solon bertemu dengan "Psenophis Heliopolis dan Sonchis Saite, yaitu maha guru semua pendeta" pada masa kehidupan Solon. (Karena terpaut jarak 500 tahun lebih antara Plutarch dengan peristiwa yang bersifat alasan/ dalih, serta karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, maka  identifikasi ini dipertanyakan).
Berikut ini rangkaian sari cerita Critias diatas : Suatu ketika Dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap-tiap dewa dapat memiliki wilayahnya masing-masing. Poseidon adalah dewa yang mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini jauh lebih besar dari pada gabungan Libya kuno dan Asia Kecil. Meskipun begitu, Dewa Helenik telah mentakdirkan bahwa suatu saat nanti pulau ini akan musnah dan tenggelam ke dasar samudra karena gempa bumi serta menjadi lumpur yang tidak dapat dilewati dalam perjalanan menyeberang samudra.
Poseidon kemudian jatuh cinta pada seorang wanita asli Atlantis yang bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe), sehingga ia memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon lalu membagi pulau itu menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anaknya. Anak sulungnya yang bernama Atlas, menjadi raja atas pulau-pulau itu beserta samudra di sekitarnya (yaitu cikal-bakal nama Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis" juga dianggap berasal dari namanya yang berarti "Pulau milik Atlas".
Poseidon akhirnya mengukir gunung tempat tinggal istrinya itu menjadi sebuah istana yang amat megah lalu menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis kemudian membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, serta membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu tersebut sehingga kapal besarpun dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan. Mereka juga membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota selalu dijaga oleh gerbang dan menara tinggi, serta tembok yang mengelilingi setiap cincin kota. Tembok ini dibangun menggunakan batuan merah, putih, hitam yang berasal dari parit, kemudian dilapisi kuningan, timah, orichalcum (sejenis perunggu/ kuningan).
Masih menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang besar telah terjadi antara bangsa yang berada di luar pilar-pilar Herkules (bangsa Atlantis - yang diduga di Selat Gibraltar) dengan bangsa yang ada di dalam Pilar. Bangsa Atlantis telah menaklukan Libya sampai Mesir serta benua Eropa sampai Tirenia, kemudian menjadikan penduduknya sebagai budak mereka. Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis. Sewaktu aliansi itu dihancurkan, Athena akhirnya melawan kekaisaran Atlantis sendirian dan berusaha membebaskan wilayah yang telah diduduki Atlantis. Tapi sayangnya, sebelum kedua bangsa tersebut sempat berhadapan di medan perang, tiba-tiba muncul gempa bumi dahsyat diiringi banjir besar di Atlantis dalam durasi kurang dari satu hari satu malam, lalu pulau Atlantis itu lenyap-tenggelam tak berbekas.
 Selain Critias dan Timaeus, tidak ada lagi catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya hanya berdasarkan dari catatan Plato.
Banyak filosof Yunani Kuno yang menganggap Atlantis adalah fiksi, yang menurut filosof Strabo- diantaranya adalah Aristoteles. Namun, masih ada juga filosof, ahli geografi dan sejarawan yang sangat percaya akan keberadaan Atlantis. Filosof Crantor, salah satu murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya merupakan komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom tentang sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heiroglip. Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut.
Menurut filosof Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam “sumber berbeda yang dapat diambil untuk diberikan", yang menurut asumsi penulis adalah heiroglip Kuil Abydos diatas, dimana telah dijelaskan bahwa kebiasaan para raja Mesir kuno (Fir’aun, red) adalah selalu mencari untuk menemukan Pharaoh (Spirit Agung yang suci) dari para raja sebelumnya.
Bagian lain dari komentar Proclus di abad ke-5, mengenai Timaeus yang berusaha memberikan deskripsi letak geografi Atlantis. Menurutnya, dahulu kala terdapat tujuh pulau di laut tersebut, yaitu Pulau milik Dewa Persephone beserta dua lainnya dengan ukuran besar dan yang sangat besar. Salah satu dari pulau tersebut adalah milik Dewa Pluto, dan yang lainnya milik Dewa Ammon, sedangkan yang terakhir di antaranya milik Dewa Poseidon dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambahkan—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan Pulau milik Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam “Aethiopica". Marcellus pun masih belum diidentifikasi. Sejarawan dan filosof kuno lain yang sangat mempercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.