15 May 2013

Yobelium - Hari Raya ‘Iedul Fitri & Malam Lailatul Qodar menurut Injil


 k~1=eãoM=eãêãkBæ
Segala puja dan puji syukur hanyalah milik Alloh SWT semata, Tuhan Esa, yang tiada sekutu apapun bagi-Nya. Alloh SWT adalah Tuhan bagi seluruh alam dan hanya kepadaNya kita wajib menyembah. Sholawat dan salam sudah sepatutnya kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah di nubuwatkan kehadirannya jauh sebelum kelahirannya oleh para nabi dan rasul Alloh ‘Alaihimussalam sebelum beliau, serta semoga salam sejahtera tetap tercurah kepada Yesus bin Maryam, salah satu rasul Alloh SWT yang telah menubuwatkan kehadiran Nabi Muhammad SAW melalui Injilnya yang suci dan asli.
Kebenaran ajaran Nabi Muhammad SAW yaitu agama Islam dengan kitab Al-Qur’annya telah terbukti. Diantara kebenaran itu adalah tentang Hari Raya ‘Iedul Fitri yang dirayakan oleh kaum Muslimin seluruh dunia beserta Lailatul Qodarnya. Ini adalah anugrah dari Alloh SWT kepada kita sebagai ummat Nabi Muhammad Sang Mesias Sejati, bahwa Alloh akan menunjukkan yang haq dari yang bathil. Perlu diketahui oleh ummat Islam seluruhnya bahwa ternyata Kristen dengan kitab Bijbelnya (Injil, red) telah mengakui bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna dengan salah satu bukti konkrit bahwa :
1.    Sang Mesias Dunia adalah Nabi Muhammad SAW, sedangkan Yesus Kristus (Nabi Isa Al-Masih AS) adalah Messias Khusus Bani Israel saja sebagaimana ayat-ayat berikut :
Perempuan itu berkata :”Barang kali engkaulah Messias itu, wahai tuan”. Yesus menjawab :
”Sesungguhnya benar aku diutus kepada rumah Israel sebagai Nabi keselamatan”.
“Akan tetapi Messias itu akan datang sesudah aku, seorang utusan dari Alloh untuk seluruh dunia yang karenanya Alloh telah menciptakan dunia ini”. (Injil Barnabas : 82 : 16-18)
Dan ketika Adam telah berdiri di atas kedua kakinya, ia melihat diangkasa sebuah tulisan yang bersinar-sinar seperti matahari, bunyinya “Tiada Tuhan melainkan Alloh, Muhammad (yang Terpuji) Rasul Alloh”. (Injil Barnabas : 39:14)
Dan ia akan menjadi Rasul-Ku yang karenanya Aku ciptakan segala sesuatu. (Injil Barnabas : 39:20)
Ketika Yesus ditanya Imam orang Yahudi tentang perihal Messias yang dijanjikan Alloh :
Yesus menjawab :”Benar, Alloh telah menjanjikan demikian, akan tetapi aku bukanlah dia,
karena dia itu tercipta sebelum aku dan akan tiba sesudah aku”. (Injil Barnabas : 96:5)
Dia akan datang dengan rahmat Alloh untuk keselamatan mereka yang beriman kepada-Nya.
(Injil Barnabas : 96:14)
Yesus menjawab :”Sesungguhnya nama Messias itu ajaib, karena Alloh sendiri yang memberikan nama itu, dikala Alloh menciptakan rohnya dan meletakkannya disuatu tempat yang indah dilangit”. Alloh berfirman :” Sabarlah wahai Muhammad……”. (Injil Barnabas : 97:15-16)
Dan masih banyak lagi ayat yang menyebut nama Muhammad sebagai Sang Messias yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh bangsa Israel yang sesat.
2.    Hari Raya ‘Iedul Fitri dan Malam Lailatul Qodar (yang berarti : Malam Kemulyaan Tuhan) yang ada di dalamnya juga benar. Injil menyebutnya dengan Hari Raya Yobel, yang mana hari raya ini sudah tidak banyak dikenal dikalangan Kristiani maupun Yahudi dewasa ini, karena hari raya ini dilaksanakan dengan ketentuan tahun yang berbeda-beda. Hanya dalam Islam-lah hari raya ini terus dilakukan dengan sempurna.
Sebagaimana yang telah tersebut di dalam Injil bahwa Santo Barnabas (St. Barnaba) adalah salah satu tokoh diantara 12 murid Yesus, yang dikenal dengan 12 rasul yang berarti 12 orang murid setia Yesus (sebagaimana tersebut dalam Injil Barnabas, kitab Kisah Para Rasul, Kolose) dan ia juga masih sepupu Markus. St. Barnaba telah mengembara ke seluruh Palestina yaitu dari Damascus hingga Caesarea, dari Philippi hingga Sinai untuk menyampaikan Injil ke seluruh masyarakat. Jenazahnya ditemukan dalam suatu kuburan di pulau Cyprus pada tahun ke-IV Maha Raja Zeno (pada tahun 478 M) beserta 1 salinan Injilnya diatas dadanya yang ditulis dengan tangannya sendiri. Injil Barnabas merupakan salah satu dari Injil-Injil yang dikutuk (Euangelium Apocripethic) oleh Gereja-gereja Barat pada tahun 382 M yang resminya melalui dekrit Paus Innocent I (465 M), dekrit Paus Gallasius yang menyebut Euangelium Barnaba (Injil Barnabas, Red) dan Euangelium Didace (Injil Didace, Red) sebagai Injil-injil terlarang. Injil Barnabas ini muncul di perpustakaan Paus Sixtus V (1585-1590 M) dan ditemukan oleh Pastor Vra Melino (yang akhirnya masuk Islam hingga wafat setelah mempelajari isi Injil tersebut secara mendalam).
Injil Barnabas ini sebenarnya telah digunakan digereja-gereja hingga munculnya dekrit Paus Gallasius, yang memerintahkan untuk memusnahkan Injil tersebut. Dari Pastor Vra Melino inilah kemudian Injil Barnabas diterjemahkan ke beberapa bahasa, diantaranya terjemahan bahasa Arab oleh seorang Kristen terkemuka yaitu Dr. Khalil Sa’adah dari naskah terjemahan bahasa Italia, lalu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh H. Husein Abu Bakar Al-Habsyi dan Abu Bakar Basymeleh (28 November 1966).
Injil Barnabas ini berisi kutukan terhadap Paulus (nama aslinya Saulus, Pendiri dan pengibar bendera Kristen Katholik Roma) dan sepertiga hingga separohnya bersesuaian dengan Taurat, Injil, Talmud, Mazmur/ Zabur dan Al-Qur’an. Para ahli sejarah terpercaya telah sepakat berpendapat bahwa Injil Barnabas ini telah ditulis pada abad-abad pertengahan. Akan tetapi ada suatu bukti yang dapat memastikan masa dimana Injil Barnabas ini ditulis, yaitu apa yang tercantum didalamnya tentang Tahun Yobel (Yobelium) “bahwa tahun Yobel itu datangnya tiap 100 tahun sekali, sedang yang diketahui bahwa Yobel ummat Yahudi tidak terjadi kecuali tiap 50 tahun sekali”. Tiada sebutan dalam sejarah perihal perayaan tahun Yobel yang jatuh pada setiap 100 tahun sekali, kecuali dalam sejarah Gereja Romawi dan yang pertama kali merayakannya ialah Paus Yonifaisius VIII pada tahun 1300 M dengan perayaan yang amat meriah sehingga menyebabkan masuknya kekayaan (saldo) yang besar pada kas istana ke-Paus-an. Lalu ia menyerukan supaya diadakan pada setiap permulaan abad baru. Karena itu dan demi memenuhi keinginan masyarakat maka oleh Paus Iklimunthus VI mempersingkat waktunya menjadi tiap 50 tahun sekali, sehingga terjadilah perayaan Yobel ke-2 pada tahun 1350 M. Kemudian Paus Urbanus VI pada tahun 1389 M memerintahkan agar Yobel dirayakan tiap 33 tahun sekali sebagai lambang akhir usia Yesus di bumi sebelum kenaikannya kelangit. Kemudian Paus Paulus II menetapkan agar Yobel dirayakan tiap 25 tahun sekali”.
Dari keterangan diatas, dapat diketahui bahwa seorang yang menulis tentang Yobel 100 tahunan itu adalah pasti hidup dipertengahan abad ke-14 dan dapat dipastikan pula bahwa ia hidup dimasa penyair besar Dante. Akan tetapi melihat keluasan pengetahuan penulis tentang Alkitab Perjanjian Lama, maka sulitlah difahami jika seorang semacam dia telah membuat kesalahan yang mudah diketahui orang awam (biasa). Ada 2 kemungkinan kekeliruan dalam menyalin tulisan, dimana telah ditinggalkan beberapa huruf dari kalimat “lima puluh” dalam bahasa Italia, sehingga terbaca “seratus” oleh karena tulisannya sangat mudah menyebabkan kekeliruan (mungkin yang dimaksud oleh penulis angka L=50 dan C=100) atau mungkin kekeliruan terjadi karena kealpaan penulis yang mencampur aduk antara L yang berarti 50 dengan C yang berarti 100. Hal ini dapat terjadi karena tidak jelasnya suatu tulisan tangan disebabkan telah lapuknya naskah aslinya. Berikut ini ayat tentang Tahun Yobel yang diperingati tiap 100 tahun sekali :
Maka pada waktu itu, Alloh akan disujudi diseluruh dunia dan akan terdapatlah rahmat-Nya sehingga tahun Yobel yang kini jatuh tiap seratus tahun itu, akan dijadikan oleh Messias (hari raya) pada tiap tahun ditiap tempat. (Injil Barnabas : 82:19)
Dari ayat dalam Injil Barnabas diatas, kita dapati dengan jelas bahwa Tahun Yobel ke-Pausan diperingati tiap 100 tahun sekali dengan tanda dimulainya peringatan Yobel pertama pada 1300 M oleh Paus Yonifaisius VIII, kemudian dikurangi lagi menjadi tiap 50 tahun sekali sesuai dengan adat umat Yahudi dalam Kitab Imamat (Kitab untuk orang Lewi) yang menyebutkan :
“Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun Sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun Sabat sama dengan empat puluh sembilan tahun. Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala dimana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya pendamaian kamu harus memperdengarkan sangkakala dimana-mana diseluruh negerimu. Kamu harus menguduskan tahun yang ke lima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ketanah miliknya dan kepada kaumnya. Tahun yang ke lima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu…….. Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu…..”. (Kitab Imamat : 25:8-12).
Ayat diatas menjelaskan bahwa tahun Yobel menurut tradisi Yahudi hanya dirayakan tiap 50 tahun sekali setelah upacara memperdengarkan sangkakala dimana-mana/ segenap penjuru negeri tepat dibulan ke-7 pada tanggal 10 pada tahun ke 49 sehingga di tahun yang ke-50 dapat diadakan puncak perayaan tahun Yobel. Dilihat dari namanya, Perayaan Tahun Yobel adalah hari raya pendamaian yaitu satu hari dalam setahun dimana segala dosa rakyat dan imam diperdamaikan (diampuni/ diringankan) Tuhan yang dilambangkan dengan seekor kambing jantan yang setelah ditumpangi tangan kemudian dilepaskan ke padang belantara. 
Dalam Islam, Tahun Yobel ini memiliki ciri-ciri yang sangat tepat sekali dengan hari raya ‘Iedul Fitri terutama untuk Tahun Yobel 100 tahun, yaitu sebagai berikut :
1.    Didahului dengan hari Sabat yaitu hari khusus beribadah kepada Tuhan/ disebut juga hari Tuhan, dimana setiap orang dilarang melakukan apapun kecuali beribadah. Dalam Islam justru didahului dengan wajib berpuasa Ramadlan sebulan penuh dan selalu memperbanyak ibadah kepada Alloh SWT seperti I’tikaf, shalat Tarawih, shalat Tahajjud, Dzikir, Tadarrus dll.
2.    Memperdengarkan sangkakala dimana-mana dipenjuru negeri, bararti memperdengarkan gema takbir dimana-mana.
3.  Dilakukan tiap 1 tahun sekali sesuai dengan Injil Barnabas : 82 :19 diatas sebagai ajaran Nabi Muhammad SAW (Sang Messias Dunia).
4.   Tahun Yobel merupakan tahun penuh rahmat dan ampunan Tuhan dalam tradisi Yahudi. Dalam Islam-pun bulan suci Ramadlan merupakan salah satu bulan penuh rahmat dan ampunan Alloh bagi hamba-Nya yang bertaqwa sehingga pada tanggal 1 Syawwal merupakan 1 hari penuh ampunan dari segala dosa baik kepada Alloh (asalkan bukan dosa Syirik) maupun kepada sesama manusia. Inilah yang disebut Hari Raya ‘Iedul Fitri yang berarti : kembali kepada kesucian sebagai fitrahnya manusia. Makanya, Nabi Muhammad SAW menjelaskan keutamaan bulan Ramadlan yaitu 10 hari pertamanya penuh dengan ampunan dari Alloh, 10 hari keduanya penuh dengan rahmat dari Alloh, 10 hari terakhirnya terbebas dari api neraka disebabkan telah diampuniNya segala dosa dan telah dirahmatiNya kehidupan hambaNya yang bertaqwa kepadaNya. Inilah tahun Yobel dalam Islam.
5.  Tahun Yobel yang diperingati tiap 100 tahun sekali adalah yang sesuai dengan ajaran Islam (Al-Qur’an, Red). Hal ini bersesuaian dengan Al-Qur’an surat Al-Qodar : 3-4. Dalam surat Al-Qodar disebutkan bahwa Lailatul Qodar (yang berarti : malam kemulyaan Alloh) adalah satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan karena dimalam itulah Alloh memerintahkan para malaikat-Nya turun ke bumi hingga terbitnya fajar untuk mengabulkan do’a para hamba-Nya dan mengampuni segala dosanya serta merahmatinya. 1000 bulan bila dihitung sama dengan 83 tahun. Maka barang siapa diantara hambaNya yang bertaqwa, ia akan mendapatkan Malam Lailatul Qodar beserta faedahnya tersebut, sehingga ia diibaratkan seperti telah beribadah tulus ikhlas karena Alloh SWT semata selama 83 tahun tanpa henti. Dalam Islam, Malam Lailatul Qodar ini hanya ada didalam bulan Ramadlan terutama pada malam ganjil menjelang akhir bulan Ramadlan. Jadi patutlah sekiranya apabila tahun Yobel yang diperingati 100 tahun sekali disebut Malam Lailatul Qodar walaupun jumlah tahunnya berselisih ± 17 tahun saja. Ini dikarenakan bahwa hanya umat Nabi Muhammad saja yang mendapat keringanan pencatatan amal baik walaupun itu sebiji sawi, sedangkan umat nabi-nabi terdahulu, amalnya yang dicatat hanya yang besar dan ikhlas saja sehingga mereka memerlukan waktu yang lama serta usia yang panjang guna beribadah dengan ikhlas, sedangkan usia rata-rata umat Nabi Muhammad sangat pendek jika dibandingkan dengan usia rata-rata kaum nabi-nabi terdahulu yang mencapai ratusan lebih. Jadi, 83 tahun : 30 hari dalam bulan Ramadlan = 27. Maka, menurut perhitungan sederhana tersebut, Malam Lailatul Qodar berada di malam ke-27 Ramadlan.
åãqJeäækfQüêãp
Sumber Rujukan :
1. H. Husein Abu Bakar Al-Habsyi & Abu Bakar Basymeleh, Injil Barnabas-Edisi Bahasa Indonesia, (Mutiara Ilmu, Surabaya, 1996) 
2.  Alkitab Dengan Kidung Jemaat (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2001)