Saat ini, banyak orang yang mulai berani memperbincangkan
kesahihan doktrin keimanan masing –masing agama yang dianutnya, originalitas
kitab suci mereka dan bahkan memperdebatkan hakikat ketuhanan Tuhan mereka. Hal
ini dapat dianggap wajar bila mana agama yang dianut dirasa sudah tidak mampu
menaungi serta mengayomi hidupnya secara lahir-batin, tetapi juga dapat
dianggap tidak wajar jika sudah mulai masuk dalam koridor konflik yang saling
mempertentangkan antar agama.
Dalam diktat singkat ini, penulis akan menyuguhkan beberapa
pandangan yang sudah tidak seharusnya untuk dijadikan bahan perdebatan bagi
orang-orang yang sengaja mencari pencerahan jiwa. Penulis sengaja mengambil
beberapa petikan ayat-ayat Injil yang mungkin dapat merubah pandangan dan cara
berfikir yang lebih kritis dalam keyakinan keilmuan yang jelas, terutama
tentang keyakinan umat Kristen terhadap otentisitas kitab suci Injil-nya
sendiri.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Yesus Putra Maria
memiliki 12 murid utama dan 70 murid biasa, sehingga secara keseluruhan jumlah
murid Yesus dikala itu 82 orang. Nah, andaikan 82 orang itu menulis artikel
yang kemudian diberikan judul “Injil”, berapakah jumlah Injil tersebut ? Apakah
seluruh artikel yang berjudul Injil tersebut memiliki isi yang sama ? Jika seandainya
isinya sama, mengapa tidak dikumpulkan menjadi 1 jilid ? Namun seandainya
berbeda-beda, Injil manakah yang lebih benar dan bersumber dari Yesus langsung
? Mengapa harus ada Injil Kanonik dan Injil Apokrip ?
Inilah pertanyaan-pertanyaan konyol yang pernah penulis
dengar dari seorang Kristiani, yang mulai ragu-ragu dengan banyaknya hal-hal
yang tidak bersesuaian antara ayat satu dengan lainnya. Mari kita renungkan petikan
ayat-ayat Injil berikut ini sedalam-dalamnya, sehingga kita mampu melihat dan
menemukan sejelasnya kenyataan yang akan dipaparkan oleh Injil itu sendiri
kepada kita. Jikalau memungkinkan, kita dapat mencocokkannya dengan Al-Kitab (Injil
dirumah/ yang sedang kita pegang saat ini walaupun mungkin susunan kalimat
dalam Injil saudara berbeda dengan punya penulis, karna tentunya tiap edisi/
cetakan Injil juga berbeda).
1. Yesus memilih 12 murid utama yang
bergelar Rasul-Rasul. Makna hakiki gelar “Rasul” dalam ayat ini adalah
murid yang diberi tahu segala rahasia ketuhanan, seperti berikut :
Maka pada siang harinya, turunlah ia dari bukit itu dan
memilih dua belas orang diberi nama rasul-rasul, diantara mereka adalah Yudas
yang tersalib itu. Adapun nama-nama mereka ialah Andreas dan saudaranya Petrus
penjala ikan, dan Barnabas yang menulis ini beserta Matius pemungut cukai yang
mengumpulkan hasil, Yahya dan Yakub kedua putra Zabdi, Tadius dan Yudas, Bertolonius dan
Philipus, Yakub dan Yudas Iskariot si Pengkhianat itu. Maka mereka ini selalu di beritahukan tentang
rahasia-rahasia ketuhanan. (Injil Barnabas : 14 : 10-18)
Penulis mengambil petikan ayat ini berdasarkan Euangelion
Apocripetic Barnaba (Injil terlarang Barnabas) sebagai dasar, bukan
berniat untuk mencampur-adukkan antara Injil Canonik dengan Injil Apocrip,
melainkan hanya menukil runtutan kejadian yang secara kebetulan memiliki
ikatan dan relevansi yang sama.
Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas
murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. (Injil Markus : 4 :
10)
Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka
berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat. (Injil Markus : 6 :
7)
2. Yesus juga memiliki 70 murid biasa,
yaitu murid yang tidak selalu bersama-sama dengan Yesus sewaktu-waktu, karena
lebih cenderung diberi tugas oleh Yesus untuk pergi terlebih dahulu ke
daerah-daerah yang akan di datanginya. Mereka lebih mirip sebagai para pengaman
jalan (Deep Sweepers) bagi Yesus :
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang
lain, lalu mengutus mereka berdua-dua
mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak di
kunjungi-Nya. (Injil Lukas : 10 : 1)
Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan
berkata :
”Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu”.
(Injil Lukas : 10 : 17)
Sebutan “Tuhan” disini merujuk kepada Yesus, karena
mereka mulai berkeyakinan buta kepadanya, hingga melupakan hakikat tuhan Allah
sendiri, padahal hukum pertama dan terutama dalam Taurat Musa sebagaimana
jawaban Yesus ketika diuji oleh ahli Taurat Farisi karena ia telah mengalahkan
perdebatan dengan orang Saduki berikut :
Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat ? jawab
Yesus kepadanya :
”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama”. (Injil Matius : 22 :36-38)
3. Perihal para murid, Yesus sendiri yang
mengatakan dan menghardik mereka atas pemikiran mereka yang lambat dan bebal
sebagaimana berikut :
Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya
sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya “Berjaga-jagalah
dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes”. Maka mereka
berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain : “Itu dikatakan-Nya karena
kita tidak mempunyai roti”. Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka
perbincangkan, Ia berkata :”Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti ?
Belum jugakah kamu faham dan mengerti ?Telah
degilkah hatimu ? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu
mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar ?
Tidakkah kamu ingat lagi pada waktu Aku memecah-mecahkan
lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti
kamu kumpulkan ?” Jawab mereka :”Dua belas bakul”. Dan pada waktu tujuh roti
untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu
kumpulkan ?”Jawab mereka : tujuh bakul”. Lalu kata-Nya kepada mereka : “Masihkah kamu belum mengerti ?”. (Injil Markus : 8 : 14-21)
Sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil. (Injil Markus : 6 :
52)
Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang
kumaksudkan. Aku berkata kepadamu : Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan
Saduki. Ketika itu barulah mereka mengerti
bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka
waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.
(Injil Matius : 16 : 11-12)
4. Para penulis Injil yang mengaku sebagai
murid Yesus/saksi mata/pelayan Firman, ternyata orang-orang yang memiliki
kelemahan secara mental dan intelektual, sehingga ayat-ayat yang mereka tulis
di dalam artikel Injil banyak yang saling bertentangan dan tidak valid,
sebagaimana termaktub berikut :
Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba
saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitahukan Bapa
kepadamu. (Injil Yohanes : 16 : 25)
“Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan
menanyakannya kepada-Nya” (Injil Markus : 9 : 32)
Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mengerti kitab
suci. (Injil Lukas : 24:45)
Kata murid-murid-Nya :”Lihat, sekarang Engkau terus terang
berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu
dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu”. (Injil Yohanes : 16 :
29-31).
Jadi, alasan utama mengapa Al-Kitab
Bible (Injil) terutama Euangelion Canonic tidak dapat dipercaya 100%
lagi originalitasnya adalah karena beberapa sebab :
a. Karena isi Injil ini tidak ada unsur
Roh Kudus, malah bersumber dari rangkuman kisah cerita yang diceritakan
turun-temurun, sebagaimana berikut :
Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi diantara kita, seperti yang disampaikan
kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu
dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur
bagimu. (Injil Lukas : 1:1-3)
Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan
mata murid-murid-Nya,
yang tidak tercatat dalam kitab ini. (Injil Yohanes : 20:
30)
Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus,
tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia
ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus di tulis itu. (Injil Yohanes :
21: 25)
b. Bahasa yang dipergunakan Yesus dalam
menyampaikan Injil-nya adalah bahasa Ibrani (suatu bahasa serumpun
Aramaik-Smitik), yang justru sangat sedikit di cantumkan, padahal dengan
bahasa itulah Injil yang asli diajarkan oleh Tuhan Allah kepada Yesus untuk
disampaikan kepada kaum sesat Israel. Dalam menyampaikan ajarannya kepada
murid-murid serta kaum Israel, Yesus tidak pernah berkomunikasi menggunakan bahasa
Yunani atau bahasa Romawi, padahal Yesus sangat menguasai bahasa-bahasa
tersebut. Hal ini disebabkan sasaran dakwah/ kaum yang digembalanya adalah
orang Israel yang berbahasa ibu Ibrani. Berikut ini beberapa contoh bahasa
Yesus yang masih Asli :
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring : “Eli, Eli, Lama sabakhtani ?”,
Artinya : Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku ? (Injil Matius : 27 : 46)
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan
berkata kepadanya : “Efata”,
Artinya : terbukalah. (Injil Markus : 7 : 34)
Kata-Nya : “Ya Abba,
ya Bapa, Tidak ada yang mustahil bagi-Mu….”. (Injil Markus : 14:36)
c. Mayoritas sarjana barat menyatakan
bahwa Injil Markus
dan Injil Yohanes
adalah
hasil karangan
Paulus (Saulus) sebagaimana tertulis dalam Ensiklopedia Prancis (Mukaddimah dari Sayyid Muhammad
Rasyid Ridlo “Penyebar
Injil Barnabas” dalam Injil Barnabas).
Orang-orang
yang mengaku mengenal Yesus itu ternyata tidak mau meninggalkan kepercayaan
Politeisme yang sudah mendarah
daging pada
diri mereka, akibat penjajahan fisik
dan budaya oleh bangsa Roma yang mayoritasnya telah mengambil lebih banyak
budaya dan agama bangsa Yunani. Pada akhirnya mereka mengkultuskan (menganggap
suci) Yesus sebagai penyelamatnya, bahkan
diangkat menjadi tuhannya. Kelompok
ini dipelopori oleh
Saulus
(Paulus) yang kemudian
lebih dikenal
dengan Kristen Trinitas/ Katolik
Roma.
Sesungguhnya, Yesus tidak pernah
mengakui dirinya sebagai pendiri agama Kristen, Paulus
(Saulus) lah orang yang mengakui dan
meng -klaim dirinya
sebagai pembawa
dan penyebar
ajaran Yesus yang disebut
Kristen.
Maka sudah sewajarnya jika
ajaran Yesus lambat laun berubah
menjadi
ajaran Paulus. Ia juga telah berani mengajarkan
bahwa Yesus adalah Messias, seperti dalam
ayat berikut :
“Ketika
Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan
sepenuhnya dapat memberitakan firman, dimana
ia memberi kesaksian
kepada
orang-orang Yahudi, bahwa Yesus
adalah
Messias”. (Kisah Para Rasul: 18:5).
Perlu diketahui bahwa Paulus sama sekali bukanlah murid Yesus, bahkan ia dimasa mudanya adalah orang yang paling anti-Yesus sehingga
tangannya penuh dengan lumuran darah para pengikut Yesus seperti yang termaktub berikut :
“Sementara itu berkobar -kobar
hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid
-murid Tuhan”.
Ia menghadap Imam Besar.
(Kisah Para Rasul: 9:1).
“Jawab Ananias: “Tuhan, dari banyak orang
telah
kudengar tentang
orang itu,
betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya
terhadap orang -orang kudus-Mu di Yerusalem”.
(Kisah
Para Rasul: 9:13).
Maka, terkutuklah Paulus dan para pengikutnya yang telah tersesat jauh sampai selama-lamanya.
Ia telah menyendiri dengan
ajaran
agama
barunya, seperti bunyi kesaksian
Barnabas (murid asli Yesus, teman dekat Paulus) berikut :
“Paulus juga
telah
ikut sesat dikalangan mereka, hal mana yang
menyebabkan saya tidak
berbicara tentang
dia melainkan dengan kesedihan”. (Injil Barnabas : Mukaddimah Injil Barnabas :7)
“Karena sebagian dari pada orang -orang
jahat yang mengaku
murid -murid itu,
yang memberitahukan bahwa Yesus
telah mati, tidak bangun lagi dan yang lain
memberitakan
bahwa ia telah benar
-benar mati kemudian ia bangkit kembali, sedang yang benar-benar
mati kemudian
ia bangkit kembali, sedang yang lain
telah dan masih
terus
memberitakan
bahwa Yesus adalah anak Allah di mana Paulus telah tertipu
diantara kalangan
itu”. (Injil Barnabas : 222 :3).
“Waspadalah terhadap nabi-nabi
palsu yang datang
kepadamu dengan menyamar seperti domba,
tetapi sesungguhnya
mereka
serigala
yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.......”.
(Injil Matius : 7 : 15 -16)
Logikanya, Jika
Paulus memiliki ajarannya sendiri, tentulah semua artikel yang berjudul “Injil”
diatas dikaji ulang Paulus, dipilah-dipilih. Artikel yang cocok dan bahkan
mendukung ajarannya akan diambil, dan artikel yang bertentangan dengan ajaran
dan pemikirannya pastilah dibuangnya. Artikel yang cocok akan disahkan sebagai
Injil Kanonik (Euangelion Canonic) dan menjadi pedoman ajarannya,
sedangkan artikel yang bertentangan harus dibuang dan diberikan label Injil
Apokrip (Euangelion Apocripetic; Injil yang dilarang dibaca).
d. Makna kata “Injil” sendiri
menurut bahasa Yunani “Euangelion” adalah “Kabar Gembira”, yakni
kabar yang diturunkan oleh Tuhan Allah hanya kepada Yesus sebagai orang suci.
Namun perlu diingat bahwa tidak semua kabar gembira berarti sama dengan Injil.
Misalnya : seorang bapak akan memberi kabar gembira kepada anaknya, bahwa ia
akan membelikannya sebuah mobil, dengan kalimat “Nak, ayah punya injil buat
kamu, besok pagi ayah akan membelikan kamu sebuah mobil mewah”. Pemakaian kata
Injil disini salah, karna yang dimaksud Injil adalah kabar gembira bagi kaum
Israel saja, yang isinya adalah memberitahukan tentang ajaran agama Tauhid (meng-Esa-kan
Allah) langsung dari Tuhan Allah melalui Yesus saja, bukan yang lain.
Adapun rupa/ bentuk kabar gembira yang disampaikan oleh Yesus bagi kaum Israel
tersebut tidak tertulis, Yesus-pun tidak pernah menuliskanya dalam bentuk
apapun serta tidak pernah memerintahkan kepada muridnya untuk menulisnya. Para
sarjana barat meyakini bahwa tradisi tulisan artikel Injil dimulai ± 50-150
tahun setelah Yesus meninggal dunia.
Hal ini dikuatkan oleh kenyataan bahwa
tidak pernah ditemukan satu-pun Injil yang tertulis berbahasa Aram/ Ibrani kuno,
melainkan mayoritas berbahasa Yunani, sedangkan bahasa Injil yang diajarkan
Yesus berbahasa Aram/ Ibrani kuno. Jika Yesus disebut Firman yang hidup/ Injil
yang hidup/ Injil itu sendiri, maka seharusnya tidak ada Injil Matius, Lukas,
Markus, Yohanes dan lain-lainnya, sehingga hanya ada satu Injil yaitu Injil
Yesus.
Jadi, alasan utama adanya Injil
berlabel Matius, Lukas, Markus, Yohanes dan lain-lainnya itu hanyalah sekedar
kumpulan catatan/ artikel sejarah perjuangan Yesus dalam menyebarkan ajaran
Tuhan Allah kepada kaum Israel yang mayoritas menganut ajaran agama Yahudi Musa
menurut karya Matius, Lukas, Markus, Yohanes dan lain-lainnya, sebagaimana ayat
berikut :
Masih banyak hal-hal lain lagi yang
diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per
satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus di tulis
itu. (Injil Yohanes : 21: 25)
5. Yesus menceritakan prosesi turunnya
Injil kepadanya ketika beliau berusia 30 tahun, melalui Malaikat Jibril dari
Tuhan Allah di bukit Zaitun, serta bentuk asli Injil Yesus :
Ketika Yesus berumur tiga puluh tahun, sebagaimana yang di
beritakan oleh dia sendiri, naiklah ke bukit Zaitun beserta ibundanya untuk
memetik buah zaitun. Dan di waktu ia sembahyang di siang hari, dan sampailah
pada kalimat-kalimat seperti berikut :”Ya Tuhan, dengan rahmat-Mu……”, tiba-tiba
satu cahaya yang bersinar meliputi dia dengan sekelompok malaikat yang tak
terhitung banyaknya sama mengucapkan “Dipermuliakanlah Allah”. Maka
dipersembahkanlah kepadanya oleh malaikat Jibril
sebuah kitab laksana kaca yang berkilauan.
Maka meresaplah dalam kalbu Yesus yang sudah mengetahui
dengannya apa yang di perbuat Allah, dan apa yang difirmankan dan di kehendaki
oleh Allah, sehingga segala sesuatu terbuka jelas baginya. (Injil Barnabas : 10
: 1-4)
Ayat ini menandakan bahwa Injil yang dipakai Yesus
sebenarnya berbeda dengan yang ditulis oleh orang-orang yang mengaku sebagai
muridnya (rasul/ saksi mata/ pelayan Firman). Artinya, Yesus memiliki
Injil sendiri, yang tentunya berbeda dengan Injil-injil yang telah kita kenal
sekarang, sebagaimana bunyi ayat berikut :
Yesus pun berkeliling diseluruh Galilea; Ia mengajar dalam
rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil
Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan diantara bangsa
itu. (Injil Matius : 4 : 23)
Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya,
pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan
memberitakan Injil didalam kota-kota mereka. (Injil Matius :
11:1)
Demikianlah
gambaran sekilas jawaban Injil bagi orang-orang yang sedang mengalami keraguan
dalam keimanannya mengenai kebenaran Ketuhanan, esensi ke-Tuhanan serta
originalitas Al-Kitab Bible (Injil) di kalangan umat Kristiani. Semoga
diktat singkat ini bermanfaat bagi semuanya. Amien.