SEJARAH PERPECAHAN ALIRAN KRISTEN AWAL
PENDAHULUAN
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
Segala puja dan puji syukur hanyalah milik Alloh
SWT semata, Tuhan Esa, yang tiada sekutu apapun bagi-Nya. Ia adalah Tuhan
sekalian alam dan hanya kepadaNya kita menyembah. Sholawat dan salam sudah
sepatutnya kita haturkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah di nubuwatkan kehadirannya jauh sebelum
kelahirannya oleh para nabi dan rasul Alloh ‘Alaihimussalam sebelum beliau, serta semoga salam sejahtera
tetap tercurah kepada Yesus bin Maryam, salah satu rasul Alloh SWT yang telah menubuwatkan kehadiran nabi Muhammad
SAW melalui kitab Injilnya yang suci dan asli.
Sejak nabi Adam mulai
diciptakan dan hidup di surga, Tauhid
telah mengajarkan bahwa hanya Alloh SWT sajalah yang wajib disembah dan dipuja
dengan segenap hati, jiwa dan raga. Dalam pengertian sederhana, “Tauhid” adalah meyakini bahwa Alloh
SWT itu Tuhan Yang Esa dan hanya Dia satu-satunya Tuhan Yang Maha Sempurna,
sehingga hanya Dia satu-satunya Dzat yang wajib disembah, ditaati dan tempat
bergantung segala mahluk untuk meminta pertolongan. Seorang yang beriman kepada
Alloh SWT, tidak akan menyembah dan menyerahkan segala urusannya kepada apa dan
siapapun kecuali hanya kepada Alloh SWT semata. Al-Qur’an telah menjelaskan sebagai
berikut :
“Dan Tuhanmu
adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah : 163)
“Katakanlah (wahai Muhammad SAW) bahwa Alloh
SWT itu Esa ada-Nya. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tiada seorang pun
yang setara dengan-Nya”.( QS. Al-Ikhlas : 1- 3)
Seluruh nabi dan rasul yang
diutus oleh Alloh SWT di tanah Israel telah mengajarkan Tauhid, yang meyakini
dan mengajarkan adanya satu tuhan (monoteisme),
begitu juga nabi Muhammad SAW yang diutus kepada bangsa Arab sesat, juga telah
mengajarkan adanya satu Dzat yang Mutlak Maha segala-segalanya dan tidak boleh
ditawar-tawar lagi. Tuhan itu adalah Alloh
SWT, yang memiliki segala kesempurnaan. Kenyataan ini tidak dapat dibantah
lagi oleh siapapun juga bahwa nabi Muhammad SAW adalah keturunan Ibrahim bin
Terah (moyang bangsa Israel)
dari putra sulung beliau yang bernama Isma’il bin Ibrahim bin Terah. Jadi,
tidak mustahil kalau ajaran agama yang dibawanya sama dengan ajaran moyangnya
serta para nabi dan rasul Alloh SWT “saudara-saudaranya”
yang lain di tanah Israel sebelum beliau, seperti yang telah termaktub berikut
ini :
“Oleh karena Allah
itu Esa (satu) maka kebenaran itu juga satu”.(Injil Barnabas : 124:6)
Tiada seorang nabi atau rasul
pun yang mengajarkan Dwilitas,
Trinitas atau bahkan Politeisme
(ajaran yang mengakui banyak tuhan),
karena sumber kebenaran ajaran mereka adalah satu : Alloh SWT. Namun di era IPTEK
(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) ini, ternyata masih banyak orang yang
mempropagandakan ajaran Trinitas,
yakni dogma yang meyakini Tuhan Bapa,
Tuhan Anak dan Roh Kudus pada hakikatnya adalah
satu. Ajaran yang tidak waras
bagi logika orang yang berakal sehat ini mengalir bagaikan air. Sungguh, ini
ajaran sesat yang sangat menyesatkan karena memang bersumber dari Iblis yang
berhasil merasuki jiwa, raga, hati dan pikiran manusia yang mengikutinya. Alkitab (Taurat dan Injil) yang asli,
selalu bersih dari ajaran-ajaran sesat diatas. Para penginjil memberikan suatu
gambaran bahwa dogma Trinitas ini ibarat air. Mereka beranggapan bahwa air
dapat berbentuk uap (zat gas), cairan (zat cair), Es (zat
padat) yang pada hakikatnya adalah satu yaitu air. Begitu juga
tentang Trinitas, dimana Tuhan dapat menjadi Allah (Bapa), Yesus (Anak),
Roh Kudus yang pada hakikatnya adalah satu yaitu Allah. Inilah konsep yang
mereka tawarkan kepada setiap pemeluknya. Pertanyaannya,
kapankah Allah (Bapa) menjadi Yesus (anak) dan kapan pula Yesus (anak) berganti
Roh Kudus atau sebaliknya dalam satu waktu ? Karna sepengetahuan
penulis, dalam apapun dan dari cetakan yang ke berapapun hal yang semacam itu
tidak pernah terjadi ataupun tertulis dalam Injil. Ini adalah kerancuan Iman
yang fatal dan mustahil Kristen bisa menjawabnya dengan benar. Yesus tidak
pernah menjadi Allah (Bapa) sebab berkali-kali ia menyatakan bahwa dia berasal
dari Allah (Bapa) dan akan kembali kepada Allah (Bapa). Dia tidak pernah
menyatakan bahwa akulah Allah (Bapa) dan akan kembali menjadi Yesus (anak) atau
Roh Kudus atau bahkan kembali menjadi Allah (Bapa) lagi. Ini akan semakin kacau
jika terus dibiarkan, sebab tidak ada dasar dalam Injil seperti itu. Penulis
yakin, bahwa hal seperti itu muncul dari pemahaman teks Yohanes pasal 1 : 1-2
berikut :
1.
Pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2. Ia
pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Dalam teks diatas, sama sekali
tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk dari Yesus menjadi Allah (Bapa) ataupun
dari Roh Kudus menjadi Allah (Bapa) maupun dari Roh Kudus menjadi Yesus dan
seterusnya. Ayat ini justru malah menunjukkan individu yang berbeda-beda. Untuk
itu kami akan kupas masalah pemahaman teks Yohanes pasal 1 : 1-2 diatas dalam
judul tersendiri di blog ini.
MUNCULNYA PAHAM BARU DALAM AJARAN YAHUDI
(Ajaran Yahudi Yang Baru itu adalah Ajaran
Kristen Paulus)
Perlu diketahui, bahwa sebelum
Yesus lahir, wilayah Yerusalem dijajah oleh Imperium Romawi yang agamanya
beraliran Politeisme (agama yang menyembah banyak dewa).
Dikarenakan sebagai penduduk yang terjajah, bangsa Yahudi Essenes
yang masih taat berpegang pada hukum-hukum Taurat Musa, tidak mampu
mengembangkan ajaran agamanya ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan Yahudi Farisi
dan Saduki memakai agamanya dalam bentuk formalitas saja, dan sikap
hidupnya selalu menyalahi hukum-hukum Taurat. Ketika Yesus mendapat tugas
menyampaikan risalah Tuhan, dia selalu memperingatkan penyelewengan Yahudi
Farisi dan Saduki. Oleh karena itu dua kelompok ini sangat membenci Yesus dan
ingin membunuhnya. Untuk melaksanakan niat jahat itu, mereka menghasud penjajah
Romawi, bahwa Yesus adalah tokoh pemberontak yang ingin menjadi raja Yahudi,
dan ingin membebaskan bangsanya dari pendudukan Imperium Romawi. Dengan bantuan
kedua kelompok Yahudi itu, tentara Romawi berusaha menangkap Yesus dan
membinasakan pengikutnya. Setelah Yesus tiada, para muridnya menyebarkan
ajarannya secara meluas ketengah-tengah masyarakat yang sudah terpengaruh oleh
kepercayaan Politeisme, yang kemudian melahirkan dua kelompok penganut Yesus.
Pertama, yang betul-betul mengikuti ajaran Yesus
secara murni, tanpa dicampuri oleh kepercayaan politeisme. Mereka berkeyakinan
bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan Yesus adalah manusia biasa utusan
Allah. Kelompok ini lebih dikenal dengan Unitarian.
Kedua, mengikuti ajaran Yesus yang telah
disebarkan oleh para muridnya, tetapi masih sulit meninggalkan kepercayaan
Politeisme yang sudah mendarah daging pada diri mereka. Pada akhirnya mereka
mengkultuskan (menganggap suci)
Yesus sebagai penyelamatnya, bahkan diangkat menjadi tuhannya. Kelompok ini
dipelopori oleh Saulus
(Paulus) yang kemudian lebih dikenal dengan Kristen Trinitas/
Katolik Roma.
Sesungguhnya, Yesus tidak pernah mengakui dirinya
sebagai pendiri agama Kristen, Paulus (Saulus)
lah orang yang mengakui dan meng-klaim
dirinya sebagai pembawa dan penyebar ajaran Yesus yang disebut Kristen.
Maka sudah sewajarnya jika ajaran Yesus lambat laun berubah menjadi ajaran
Paulus. Ia juga mengajarkan bahwa Yesus adalah Messias, seperti dalam ayat berikut :
“Ketika
Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat
memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi,
bahwa Yesus adalah Messias”. (Kisah Para Rasul: 18:5).
Perlu diketahui bahwa Paulus sama sekali bukanlah
murid Yesus, bahkan ia dimasa mudanya adalah orang yang paling anti-Yesus
sehingga tangannya penuh dengan lumuran darah para pengikut Yesus seperti yang
termaktub berikut :
“Sementara
itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan”.
Ia
menghadap Imam Besar.(Kisah Para Rasul: 9:1).
“Jawab
Ananias: “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa
banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di
Yerusalem”.
(Kisah Para
Rasul: 9:13).
Maka, terkutuklah Paulus dan
para pengikutnya yang telah tersesat jauh sampai selama-lamanya. Ia telah
menyendiri dengan ajaran agama barunya, seperti bunyi kesaksian Barnabas (murid
asli Yesus, teman dekat Paulus) berikut :
“Paulus juga telah ikut sesat dikalangan
mereka, hal mana yang menyebabkan saya tidak berbicara tentang dia melainkan
dengan kesedihan”.(Injil Barnabas : Mukaddimah Injil Barnabas :7)
“Karena sebagian
dari pada orang-orang jahat yang mengaku murid-murid itu, yang memberitahukan
bahwa Yesus telah mati, tidak bangun lagi dan yang lain memberitakan bahwa ia
telah benar-benar mati kemudian ia bangkit kembali, sedang yang benar-benar
mati kemudian ia bangkit kembali, sedang yang lain telah dan masih terus
memberitakan bahwa Yesus adalah anak Allah di mana Paulus telah tertipu
diantara kalangan itu”. (Injil Barnabas : 222 :3).
“Waspadalah
terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba,
tetapi sesungguhnya mereka serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan
mengenal mereka.......”. (Injil Matius : 7 : 15-16)
Sebagian besar para sarjana
barat mengatakan bahwa Injil Markus dan Injil Yohanes adalah hasil karangan
Paulus sebagaimana tertulis dalam Ensiklopedia
Prancis (Mukaddimah dari Sayyid Muhammad Rasyid Ridlo “Penyebar Injil Barnabas” dalam Injil
Barnabas).
Meskipun dalam sejarah kemunculan
dan berkembangnya agama Kristen yang jelas berasal dari agama Yahudi, namun
semua ajaran dan amalan ajaran Kristen amat jauh berbeda dengan agama Yahudi,
induk semangnya. Hal ini sangat wajar, sebab Paulus (Saulus) sebagai pendiri
Kristen sama sekali bukan rasul (murid Yesus terdekat) bahkan bukan murid Yesus,
bukan nabi utusan Allah, melainkan pembunuh berdarah dingin dizaman kehidupan
Yesus.
PARA PENENTANG AJARAN KRISTEN TRINITY “EL-PAULUSI”
Sebenarnya doktrin Trinitas
ini telah lama ditentang keras oleh para pengikut Kristen Unitarian, bahkan
mereka yang menentang keras adalah dari kalangan Uskup Gerejani yang lebih luas
ilmu ke-Bibel-annya. Diantara mereka yang menentang keras beserta biografi
singkatnya adalah :
1. IRANAEUS (130-200 M). Ia dilahirkan pada saat agama Kristen yang
berpusat di Antiokia telah menyebar di Afrika Utara sampai ke Spanyol dan
Prancis Selatan. Uskup Lyon yang bernama Pothinus, pernah
menyuruh Iranaius membawakan surat petisinya ke Paus Eleutherus
(174-189) di Roma. Dalam petisi itu, Pothinus memohon agar Paus menghentikan
pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang menolak doktrin Trinitas. Disaat
Iranaeus masih berada di Roma, dia mendengarkan berita pertikaian antar
kelompok Kristen yang mengakibatkan Uskup Pothinus terbunuh. Setelah ia pulang
ke Lyon, ia menggantikan Pothinus. Tahun 90 M, dia menulis surat kepada Paus
Viktor I (189-198 M) untuk menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang
Kristen yang berbeda keyakinan. Kerusuhan antar kelompok terulang lagi, dan
pada tahun 200 M, dia dibunuh oleh kelompok Trinitas yang dimotori oleh Paus
Viktor I. Iranaeus meyakini bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan hanya manusia
biasa yang diutus oleh Allah. Dia melontarkan kritik tajam terhadap Paulus, dan
menudingnya sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas penyusupan
ajaran-ajaran politeisme dan filsafat Plato ke dalam ajaran agama Kristen.
Dalam menyampaikan ajaran yang diyakininya, Iranaeus sering mengutip ayat-ayat
yang termaktub dalam Injil Barnabas. Beberapa abad kemudian, setelah
membaca tulisan-tulisan Iranaeus, Fra Marino, sangat tertarik untuk
mengetahui Injil Itu, akhirnya dia menemukan Injil Barnabas berbahasa Itali di Papal
Library Vatikan.
2. TERTULIAN(160-220 M). Ia berasal dari Kartago, kemudian ia
menjadi tokoh Gereja Afrika. Dia adalah seorang Unitarian yang mengidentikan
Yesus dengan Mesiah dalam agama Yahudi. Dia sangat menentang Paus
Calixtus (217-222) yang mengajarkan bahwa dosa besar itu bisa diampuni
setelah melakukan taubat secara kanonik. Diantara pernyataan Tertulian yang
masih tercatat sampai sekarang adalah : “Mayoritas manusia berpendapat bahwa
Yesus adalah manusia biasa”. Dialah yang pertama kali memperkenalkan
istilah “Trinitas” dari bahasa Latin sewaktu membahas doktrin yang
dipandangnya sangat aneh itu, sebab istilah seperti itu tidak pernah ada dalam
kitab suci.
3. ORIGEN (185-254 M). Dia dilahirkan di Iskandariah Mesir. Bapaknya, Leonidas,
mendirikan pusat pendidikan theologi dan menunjuk Clement sebagai
kepalanya. Gereja Paulus (Trinitas) sangat membenci Leonidas, karena menganut
Unitarian yang disebarkan oleh murid-murid Yesus (Apostolic Christianity),
dan sangat menolak ajaran Paulus. Oleh karena itu pihak gereja Paulus
membunuhnya pada tahun 208 M. Peristiwa itu sangat menggores hati Origen
sehingga ia ingin mempertaruhkan nyawanya untuk menuntut balas atas kematian
ayahnya, namun ia dicegah ibunya. Gurunya, Clement, merasa terancam dan
terpaksa harus meninggalkan Iskandariah. Karena ayahnya terbunuh dan gurunya
telah meninggalkannya, Origen menggantikan Clement sebagai kepala sekolah
theologi. Dalam kedudukannya yang baru itu, ia terkenal sebagai cendekiawan
yang pemberani. Kesalehan dan semangatnya yang tinggi diilhami oleh sebuah ayat
dalam Injil Matius : 19: 12 :
“Ada orang yang
tidak dapat kawin karena memang ia lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada
orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat
dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan sorga. Siapa
yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”
Pada tahun
230 M, Origen menjadi pengkhotbah di Palestina, tetapi uskup Demerius memecat
dan membuangnya. Dia pergi ke Caesarea dan membangun pusat pendidikan
yang sangat terkenal di kota itu. Konsili Iskandariah tahun 250 M, menjatuhkan
kutukan terhadap Origen. Dia ditangkap dan menjalani siksaan hingga menemui
ajalnya tahun 254 M, karena menolak keras ajaran Trinitas Paulus. Origen
berkeyakinan bahwa “Allah adalah Maha Agung dan Yesus hanyalah hamba biasa
yang derajatnya sangat tidak sebanding dengan Allah”. Origen adalah ahli
sejarah gereja yang termasyhur. Ia dikenal sebagai sosok yang yang memiliki
sifat-sifat terpuji sebagai guru kebenaran dan sangat dicintai murid-muridnya.
Pihak gerejani juga mengakui kehebatan dan keluasan ilmu yang dimiliki Origen
serta tiada yang sebanding dengannya di kalangan cendekiawan Kristen saat itu.
Dia telah menulis kurang lebih enam ratus risalat dan makalah.
4. DIODORUS, dia adalah seorang Uskup di Tarsus, kota
kelahiran Paulus. Dia termasuk salah satu tokoh besar Kristen Antiokia. Dia
berpendapat bahwa “Alam semesta ini selalu dalam perubahan. Dan proses
perubahan itu pasti ada periode awalnya yang berasal dari yang Maha Abadi dan
Maha Tidak Berubah-ubah. Yang Maha Abadi itulah sang Pencipta yang Maha Esa.
Yesus itu berkodrat manusiawi baik rukhani maupun jasmani, dan sama sekali
tidak memiliki kodrat ilahi (ke-Tuhan-an)”.
5. LUCIUS (meninggal 321 M), dia adalah pakar Theologi yang sangat menguasai
bahasa Ibrani dan Yunani, dia juga sangat taat kepada Allah. Dia diluar
lingkungan Gereja sejak tahun 220 - 290 M. Kesalehan serta ilmunya yang sangat
luas mengundang kekaguman semua orang. Perguruan di Antiokia yang dipimpinnya
menelorkan aliran Arianisme yang dicetuskan oleh muridnya yang bernama ARIUS.
Dalam memahami kitab sucinya, ia selalu berpegang teguh pada penafsiran dari
tata bahasa beserta pengertiannya secara lahiriah dan sangat kritis. Dia sangat
menentang penafsiran yang diambil dari pengertian simbolik dan allegoris.
Lucius berpendapat, adanya pertentangan paham yang sangat tajam di tubuh Gereja
telah membuktikan, bahwa orang-orang Kristen berpedoman pada ajaran yang bersumber
dari tradisi tulisan dan mengesampingkan tradisi lisan. Padahal,
Yesus dan para muridnya sama sekali tidak pernah mencatat ajaran Yesus,
sedangkan tradisi tulisan berasal dari orang-orang yang tidak pernah menjadi murid
asli Yesus. Tragedi ini menunjukkan, ajaran Yesus yang asli lebih cepat
lenyap disebabkan kekacauan isi ajaran yang berkembang hingga penghujung abad
ketiga Masehi. Lucius merevisi Septuaginta (naskah Al-Kitab yang
berbahasa Yunani). Dia banyak membuang perubahan-perubahan yang telah disisipkan
ke dalam Al-Kitab, ketika disalin ke dalam bahasa Yunani. Dia berkeyakinan
bahwa “Yesus sama sekali bukan Tuhan, melainkan hanya sebatas hamba-Nya
saja”. Karena tetap dalam keyakinan seperti itu, ia akhirnya ditangkap dan
disiksa sampai mati pada tahun 312 M.
6. ARIUS (250-336 M), kehidupan Arius ini sangat erat
hubungannya dengan Constantin, seorang kaisar Imperium Romawi. Kaisar
Constantin ini sangat menaruh perhatian kepada Gereja yang berawal dari
kekhawatirannya terhadap kedudukannya di Roma. Ia merasa cemburu terhadap putra
mahkotanya yaitu Cripus. Putranya ini sangat masyhur karena posturnya
yang sangat menawan, sikapnya yang sangat ramah serta keberaniannya dimedan
pertempuran. Agar namanya tidak tertutup oleh kemasyhuran putra kandungnya ini,
kaisar Constantin membunuh Cripus. Kematian Cripus ternyata membawa duka
mendalam bagi seluruh rakyat Romawi. Dibalik pembunuhan itu, ada berita bahwa
ibu tiri Cripus, menginginkan putra kandungnya sendiri yang akan menjadi kaisar
setelah Constantin, sehingga ia berniat untuk menghabisi Cripus. Kaisar
Constantin mengetahui hal itu dan menjatuhi hukuman mati kepada ibu tiri Cripus
tersebut dengan membenamkannya kedalam air mendidih. Para pendukung permaisuri
(ibu tiri Cripus) itu akhirnya bergabung dengan para pecinta Cripus untuk
menuntut kematian kedua orang tersebut. Kaisar Constantin yang dalam posisi
tersudut, lalu meminta bantuan pendeta kuil Yupiter di Roma. Tetapi
pendeta kuil tersebut mengatakan bahwa tidak ada korban atau kebaktian yang
bisa menghapus dosa pembunuhan tersebut. Suasana yang tegang di Roma membuatnya
merasa tidak tentram, sehingga ia pergi ke Bizantium.
Setelah ia
sampai disana, dia mengubah nama kota di pinggir selat Bosporus itu menurut
namanya “Constantinopel”. Ditempat inilah dia melihat perkembangan Gereja
Paulus yang menakjubkan. Kaisar ini mendapatkan pengajaran bahwa jika ia
mau bertobat dan mengakui dosanya di Gereja, maka dosa-dosanya akan diampuni.
Kesempatan ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh kaisar Constantin untuk
membersihkan nama dan tangannya yang telah berlumuran darah dua pembunuhan dan
keputusan-keputusan jahat selama ia berkuasa. Setelah merasa terbebas dari
beban dosa, diapun mulai mencurahkan pikirannya untuk memecahkan permasalahan
yang ada didalam Imperiumnya. Dia melihat adanya kemungkinan untuk memperalat
Gereja untuk meraih tujuannya dan menunjukkan loyalitasnya, dengan cara memberi
kebebasan kepada Gereja untuk berkembang, yang sebelumnya ditindas dan
dibinasakan oleh Kaisar Diolektianus (284-305 M). Berkat dukungan
Constantin inilah perkembangan Gereja semakin pesat dan kuat. Sebaliknya, ia
mendapat keuntungan yang luar biasa besarnya, karena wilayah sekitar Laut
Tengah telah dipenuhi Gereja, yang pemeluknya dapat dipergunakan untuk
mendukungnya di medan perang. Bantuan para pendeta sangat penting untuk
menyatukan seluruh Eropa dan Timur Tengah dibawah kekuasaan kaisar Constantin.
Sebagai ucapan terima kasih kepada para pendeta Kristen di satu sisi dan untuk
menyudutkan para pendeta kuil Yupiter di sisi lainnya, dia mengajak Uskup Roma
untuk membangun Gereja yang besar dan megah di kota Roma. Dari posisi terjepit
di kota itu, mengakibatkan agama Kristen diberi fasilitas-fasilitas yang luar
biasa oleh Constantin. Disamping itu, dia membiayai pembangunan Gereja yang
besar dan megah di bukit Zion (Yerusalem).
SEKTE KRISTEN AWAL
Walaupun Kaisar
Constantin telah memberikan bantuan yang besar dan masuk agama Kristen, tetapi
sepanjang hidupnya dia belum pernah dibaptis. Sebab penganut agama Paganisme
yang menyembah dewa Yupiter dan dewa-dewi lainnya masih dominan. Oleh
karena itu Constantin berusaha menjaga keseimbangan, yang kadangkala dia
menampakkan diri seakan-akan sebagai pemuja dewa itu. Sikap seperti itu
berlangsung lama sampai meledaknya pertentangan ditubuh Kristen, antara sekte Pauline
Church (Gereja Paulus) yang bertuhan Trinitas dengan sekte Apostolic
Church (Gereja Rasuli) yang menganut paham Unitarian.
Tokoh
terkemuka sekte Unitarian pada waktu itu adalah Arius, salah seorang
dewan Gereja yang sangat dikenal dalam sejarah dunia Kristen. Dia lahir di
Libya dan belajar di perguruan Antiokia yang dibina oleh Lucius. Ia merupakan
kekuatan baru pada Gereja Rasuli yang menghidupkan dan mempertahankan ajaran
Yesus yang murni, dengan semboyan “Ikutilah Yesus menurut yang diajarkan
olehnya”, serta menentang ajaran-ajaran Kristen yang diciptakan oleh
Paulus. Keagungan nama Arius pada masa itu dapat dilihat dari namanya yang
sampai sekarang disinonimkan dengan sekte Unitarianisme, yakni aliran
yang meyakini bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan Yesus adalah hamba
dan utusan Allah. Gereja Paulus menerima pukulan telak dari Gereja Arius.
Mereka mengakui, Arius bukan hanya ahli perencana saja, melainkan juga sebagai
orang yang jujur dan tidak melakukan perbuatan yang tercela. Pada saat tradisi
lisan (Oral Tradition) – yang mempertahankan ajaran murni Yesus – mulai
lumpuh, dibarengi dengan pemahaman tradisi tulisan (Writting Tradition) yang
semakin menyimpang jauh, maka Arius tampil dengan segala keberanian dan
kegigihannya mempertahankan ajaran Yesus yang telah disampaikan oleh muridnya
secara murni, serta menentang persekutuan pihak Gereja dengan kaisar
Constantin. Arius adalah murid Lucian yang paling keras mengecam Gereja Paulus.
Oleh karena dia selalu diincar pembunuhan oleh aliran Trinitas. Arius menyadari
akan bahaya yang ancam jiwanya. Walaupun riwayat hidup masa mudanya tidak
begitu jelas, tetapi ia tercatat menjadi tokoh Gereja Becaulis Iskandariah.
Sampai pada
masa konsili Nicea tahun 325 M, perbedaan keyakinan dikalangan Kristen
sangat beragam. Karena kepercayaan berdasarkan kemauan dan pilihan
masing-masing individu. Sebelum Gereja mendapatkan kebebasan dari Imperium
Romawi, perbedaan keyakinan itu menimbulkan pertentangan sengit, yang pada
akhirnya mengakibatkan perkelahian antar kelompok Kristen. Bahkan sering
terjadi penangkapan, penyiksaan, malah pembunuhan gelap. Ketika Constantin
menjalin aliansi dengan gereja, terjadilah perubahan dramatis. Meskipun waktu
itu Constantin masih menjabat kepala negara yang penduduknya mayoritas menganut
Paganisme, tetepi secara terbuka memberikan bantuan kepada Gereja, yang pada
masa itu mungkin perbedaan antara Pauline Church dan Apolistic Church belum
begitu tajam. Dengan demikian, agama Kristen memperoleh kedudukan baru dibawah
naungan kaisar Romawi. Bagi kebanyakan orang, perkembangan Kristen seperti itu
menimbulkan masalah politik. Sebagian orang yang dulu menentang agama itu,
berbalik mendukungnya karena mendapat tekanan dari pemerintah. Oleh karena itu
mereka memeluk agama Kristen bukan karena panggilan hati nuraninya, melainkan
karena tujuan-tujuan tertentu. Perubahan situasi itu sangat menguntungkan pihak
Kristen. Gereja Paulus dan Gereja Rasuli masing-masing berkembang pesat
keseluruh wilayah Imperium Romawi, mengakibatkan pertentangan kedua sekte itu
semakin tajam disetiap daerah.
Constantin
pada waktu itu masih belum memahami agama Kristen, hanya ingin mendapatkan
keuntungan politis bila tercipta kesatuan Gereja yang tunduk kepadanya, dan
berpusat di Roma, bukan di Yerusalem. Ketika para jemaat Gereja
Rasuli (Apostolic Church) menolak untuk memahami keinginan kaisar itu,
Constantin berusaha melakukan tekanan-tekanan terhadap mereka. Tetapi setiap
tekanan itu tidak mendatang hasil yang diharapkan. Para jemaat Gereja Rasuli
yang menganut paham Unitarian itu tetap menolak untuk tunduk kepada Uskup Roma.
Pertentangan semakin tajam mengenai pokok-pokok keyakinan didalam agama
Kristen. Sementara itu dogma Trinitas telah diterima sepenuhnya oleh
pihak-pihak tertentu dalam dunia Kristen. Sedangkan pihak Donatus, Miletius,
terutama Arius menentang dogma tersebut. Setelah lebih dua abad lamanya,
dogma itu telah menjadi perdebatan, tidak ada pihak yang bisa memberikan
penjelasan dan penafsiran yang memuaskan. Karena banyak pihak yang
menentangnya, semakin banyak membutuhkan penjelasan dan definisi dogma itu.
Pihak Gereja harus memberikan definisi tentang kodrat kemanusiaan dan kodrat
ketuhanan Yesus, serta memberikan penjelasan mengenai hubungan oknum yang satu
dengan yang lainnya dalam Trinitas. Gereja harus menunjukkan definisi yang
akurat mengenai ketuhanan Yesus dengan perawan Maria (ibu kandungnya), karena
setiap orang Kristen selalu dihadapkan pada sekian banyak problem dogma
Tinitas, maka surat pertanyaan yang dikirim kepada pihak Paus di Roma semakin
sering dan menggunung.
Surat
jawaban dari Paus ternyata tidak bisa memberikan kepuasan bagi semua pihak.
Arius tampil mengajukan tantangannya kepada pihak Paus untuk memberikan
definisi yang logis dan rasional mengenai dogma Trinitas. Arius sendiri
memberikan penjelasan yakni “Yesus diciptakan oleh Bapa (Allah) seperti
mahluk ciptaan lainnya. Zatnya tidak sama dengan zat Allah. Pada hakikatnya,
Yesus adalah hamba Allah.”
Berdasarkan
pendirian inilah, Arius mengadakan tantangan secara terbuka. Dengan menggunakan
akal pikiran yang logis, sambil mengutip pernyataan-pernyataan yang terdapat
didalam kitab suci Kristen sendiri, Arius membuktikan kepalsuan dogma Trinitas
sebagai berikut :
“Jika Yesus itu sebagai Anak Tuhan, berarti Bapa (Allah) harus ada terlebih
dahulu dari pada Yesus. Justru sebelum ada anak (Yesus), harus ada jarak waktu.
Didalam jarak waktu itu, sang anak (Yesus) belum ada. Dengan demikian sudah
pasti, bahwa anak (Yesus) itu diciptakan oleh Allah dari esensi yang sebelumnya
tidak ada. Oleh karena itu Yesus ti8dak sama dengan Allah.”
Pada waktu tahun 321 M, Arius
mendapat sebutan Imam Pemberontak yang populer, sangat meyakini atas
kebenaran iman yang dianutnya dan selalu tabah mempertahankannya. Kalangan Gereja
Trinitas merasa terjungkal, Patriarch Alexander mengundang dewan Gereja
untuk mempersoalkan pendapat Arius itu. Sekitar seratus Uskup dari Mesir dan
Libya menghadiri undangan itu untuk meminta pertanggung jawaban dari Arius.
Untuk mempertahankan keyakinannya, Arius mengajukan argumentasi yang tidak bisa
dintah sebagai berikut :
“Ada suatu
tempo, yang ddalam tempo waktu itu Yesus belum ada, sedang Allah
bersifat Maha Dahulu dan Maha Abadi. Karena Yesus adalah makhluk Allah, maka ia
bersifat fana (tidak kekal), dan sudah tentu tidak memiliki sifat abadi.
Karena Yesus itu makhluk, maka ia termasuk objek bagi perubahan seperti makhluk
berakal lainnya. Karena hanya Allah saja yang tidak berubah, maka Yesus
bukanlah oknum Tuhan”.
Disamping menggunakan logika,
dia pun mengukuhkan argumentasinya dengan mengutip ayat-ayat dari Al-Kitab
(Bibel) untuk membantah doktrin Trinitas itu, seperti katanya :
“Jika Yesus
sendiri telah mengatakan : “Bapa lebih besar dari pada aku.” (Injil Matius : 14
:28), bagaimana kita bisa percaya bahwa Allah dan Yesus itu sama. Kepercayaan
seperti itu sangat bertentangan dengan sabda Yesus sendiri di dalam kitab suci.
Pendapat Arius itu tidak bisa dibantah oleh semua
Uskup yang hadir pada sidang itu. Tetapi Patriarch Alexander, dengan menggunakan
kekuatan jabatannya, menjatuhkan vonis “Hukuman Pengucilan Gereja” terhadap
Arius dalam tradisi Gereja. Siapa saja yang mendapat hukuman pengucilan itu,
maka tumpahan darahnya menjadi halal, serta pembunuhnya akan mendapatkah sorga
karena telah berjasa membasmi pembawa ajaran bidat (sesat). Tetapi Arius
mempunyai benyak pengikut yang pengaruhnya sangat luas, sehingga tidak bisa
dianggap enteng oleh pihak Gereja Trinitas, apalagi para Uskup Wilayah Timur
sangat tidak membenarkan vonis Patriarch Alexander tersebut.
Pertentangan masalah keyakinan
ini semakin memuncak. Alexander berada posisi terjepit, bahkan sangat kecewa
karena para Uskup Wilayah Timur malah mendukung Arius, terutama Eusebius
Nicomedia (mati 342 M), sahabat Arius yang sangat berpengaruh di lingkungan
istana Constantinopel dan Eusebius Caesarea (260-340 M) memberikan
dukungan yang sangat besar kepada Arius. Dua orang ini dan Arius adalah murid
Lucian. Pembunuhan gelap terhadap guru mereka, membuat hubungan mereka bertiga
semakin erat. Sampai sekarang kita bisa melihat surat Arius yang dikirim kepada
Eusebius Constantinopel, setelah ia dijatuhi vonis “Hukuman
Pengucilan” dari Alexander. Diantara isi surat tersebut berbunyi :
“Kami dihukum
karena menyatakan Yesus itu mempunyai permulaan, sedangkan Allah tidak
mempunyai permulaan”.
Catatan mengenai pertentangan
tajam waktu itu sangat sedikit sekali yang dapat kita jumpai. Adapun
surat-surat yang masih selamat menunjukkan bahwa Arius sangat tabah
mempertahankan ajaran Yesus yang murni dan bebas dari campuran serta perubahan.
Sedangkan kumpulan surat-surat Alexander memperlihatkan, Patriarch itu
menggunakan bahasa yang tidak sopanterhadap Arius dan para pendukungnya.
Diantara surat-surat itu, Alexander menulis sebagai berikut :
“Mereka telah dikuasai
Iblis yang merusak dalam diri mereka. Mereka adalah tukang sulap dan penipu
yang cerdik merayu. Mereka itu kelompok penyamun yang hidup dalam
persembunyian, yang siang malam mengutuki Kristus ............ mereka
mendapatkan banyak pengikut dengan memperalat wanita-wanita tuna susila.”
Surat yang bernada kasar itu membangkitkan
kemarahan Eusebius. Ia mengundang seluruh Uskup di Wilayah Timur untuk
menjelaskan duduk persoalannya. Pertemuan para Uskup itu menghasilkan keputusan
untuk mengirim surat kepada seluruh Uskup Timur dan Barat, agar mendesak
Patriarch Alexander supaya mencabut hukuman yang dijatuhkan kepada Arius.
Patriarch Alexander mau mencabut hukumannya dengan syarat Arius mau tunduk
kepadanya. Syarat itu ditolak oleh Arius, lalu ia pergi ke Palestina untuk
membina jemaat Kristen disana. Patriarch Alexander mengirimkan surat kecaman
terhadap Arius dan Eusebius kepada seluruh pelayan-pelayan Gereja Katolik.
Alexander menuduh Eusebius telah mendukung Arius bukan karena keyakinan yang
dianut oleh Arius, melainkan disebabkan oleh kepentingan ambisius.
Kaisar Constantin melihat
situasi dalam Kristen semakin memburuk, maka dia terpaksa turun tangan dengan
mengirimkan surat kepada kedua belah pihak. Kaisar Constantin sangat
mengharapkan kesatuan pendapat dalam beragama, karena hal itu sangat menjamin
stabilitas daerah yang telah dikuasainya, sehingga ia meminta agar melupakan
pertentangan tersebut. Sementara itu terjadi persengketaan antara Constantin
dengan saudara iparnya, Lucianus, yang menguasai wilayah Tracia. Dalam
pertempuran tahun 324 M, Lucianus tewas. Karena dia termasuk pendukung Arius,
kematiannya mengakibatkan posisi Arius mulai mengalami kemunduran. Sekalipun
Constantin memenangkan pertempuran, dia tetap tidak mampu membendung kerusuhan
yang melanda beberapa wilayah Romawi. Kaisar Constantin tidak mempunyai jalan
lain kecuali mengundang seluruh Uskup untuk menyelesaikan persoalan yang rumit
tersebut. Posisi dirinya yang masih menganut Paganisme bisa menguntungkan dia.
Karena tidak termasuk pengikut salah satu sekte Kristen, maka dia bisa menjadi
pemimpin sidang dan penengah yang tidak memihak. Kaisar Constantin ini direstui
oleh para Uskup, karena tidak ada pihak yang menyetujui sekte lain memimpin
sidang itu. Sidang para Uskup tahun 325 M yang dipimpin Kaisar Constantin
itulah yang disebut Koncili Nicea.
Anggota sidang Gereja sedunia
yang pertama ini ini kebanyakan terdiri dari para Uskup yang masih lugu, jujur
dan berpegang teguh pada keyakinannya masing-masing. Tetapi kurang memiliki
pengetahuan yang luas mengenai latar belakang kayakinan yang dianutnya. Di saat
itulah secara mendadak mereka harus berhadapan dengan tokoh-tokoh yang sangat
menguasai filsafat Yunani, sehingga mereka tidak bisa memahami
ungkapan-ungkapan filosofis yang didengarnya. Sebaliknya, mereka malah
kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan pendapatnya, apalagi harus menghadapi
argumentasi pihak lain yang berdasarkan logika. Oleh karena itu mereka harus
dihadapkan pada dua pilihan yaitu bertahan pada keyakinan semula secara
diam-diam atau malah menyetujui apa saja yang diputuskan oleh pimpinan sidang.
Wakil-wakil dari pihak Gereja Paulus (Trinitas) yang mempertahankan tiga
oknum, ternyata mereka hanya mampu menunjukkan dua oknum saja yaitu
Bapa (Allah) dan Anak (Yesus). Mereka tidak berdaya untuk mencari
dalil dari Al-Kitab (Bibel) bahwa Roh Kudus itu adalah salah satu dari
oknum ketuhanan.
Para Uskup murid Lucius
seperti Arius dapat dengan mudah menyudutkan pihak Gereja Paulus dari masalah
satu ke permasalahan yang lainnya dalam Trinitas. Pihak Unitarian mengakui,
didalam Al-Kitab (Bibel), Yesus memanggil Allah dengan sebutan “Bapa”
dan menyebut dirinya dengan “Anak”, tetapi mereka dapat menunjukkan
kepada lawannya mengenai sabda Yesus yang berbunyi :
“Dan janganlah
kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia
yang disorga”. (Injil Matius : 23 :9)
Dengan demikian, oknum Anak itu bukan hanya
satu, bukan hanya Yesus saja, melainkan bermiliyar-milyar manusia. Pihak
Trinitas tidak mampu mematahkan argumentasi ini, sebab kepercayaan terhadap
doktrin Trinitas yang diyakini oleh mereka tidak berdasarkan kitab Injil.
Dengan susah payah mereka berusaha membuktikan bahwa Bibel telah menyatakan “Yesus
adalah bayangan Allah Yang Maha Benar”. Pihak Unitarian menjawab: “Kita
sebagai manusia adalah bayangan dan kemegahan Tuhan. Jika dikatakan bahwa Bayangan
Allah itu adalah Tuhan, berarti seluruh manusia itu adalah Tuhan
juga”.
Perdebatan dalam sidang
semakin meruncing, dan semua pihak merasa pesimis terhadap hasil sidang itu,
yang pada akhirnya masing-masing pihak saling mengharapkan dukungan Kaisar
Constantin yang memegang keputusan terakhir. Constantina, adik kandung
Kaisar Constantin yang menganut paham Unitarian segera memberitahu Eusebius
Nicomedia bahwa Kaisar ingin mempersatukan Gereja, karena perpecahan akan
sangat membahayakan kekaisaran. Jika tidak tercapai persetujuan dan kesamaan
keyakinan, mungkin kaisar akan kehilangan kesabaran dan menarik bantuannya
kepada Gereja, yang nantinya dapat mengakibatkan keadaan Kristen lebih
memperihatinkan daripada sebelumnya. Eusebius berunding dengan Arius bersama
para sahabat lainnya, dan mengambil kebulatan tekad untuk tetap mempertahankan
keyakinannya serta tetap menolak dogma Trinitas, yang mungkin akan mendapatkan
suara mayoritas dalam konsili Nicea itu.
Dukungan Constanti terhadap
Gereja Paulus akan menambah kekuasaan Gereja serta akan mampu menghabisi Gereja
Rasuli (Unitarian) di Afrika Utara dengan segala bentuk kekerasan. Untuk
mendapatkan dukungan itu, Gereja Paulus menyetujui perubahan-perubahan pada
agama Kristen, karena pemujaan terhadap dewa Matahari sudah menjadi tradisi
bangsa Romawi pada waktu itu. Dalam tradisi itu, kaisar yang berkuasa dipandang
sebagai perwujudan dewa Matahari, maka Gereja Paulus menyusun rumusan sebagai
berikut :
· Hari Minggu (hari dewa
Matahari bangsa Romawi) dijadikan hari
Sabat bagi agama Kristen.
· Hari kelahiran dewa
Matahari tanggal 25 Desember dijadikan hari kelahiran Yesus.
· Lambang dewa
Matahari, Salib Sinar, dijadikan lambang resmi agama Kristen.
· Untuk menyatukan
upacara ritual kepada dewa Matahari dan Yesus, patung dewa Matahari pada salib
itu diganti dengan patung Yesus.
Kaisar Constantin merasa
sangat puas karena jurang perbedaan antara agama Kristen dan agama Pagan yang
dianut oleh bangsa Romawi bisa di akhiri. Akhirnya dogma Trinitas itu dapat
diterima dengan suara terbanyak sebagai keyakinan resmi dalam
agama Kristen. Pengertian ke-Esa-an Tuhan dalam bahasa Yesus pun
akhirnya berubah maknanya setelah disalin dalam bahasa Filsafat
Neo-Platonisme yang kini dikenal dengan Mystic Of Trinity (Trinitas
yang gaib). Setelah perubahan pengertian ke-Esa-an Tuhan diterima oleh
suara terbanyak, langkah perumusan ajaran Kristen lainnya semakin jauh
menyimpang dari ajaran Yesus hingga kini. Rumusan Credo Nicea yang
dikenal sampai kini adalah rumusan yang ditanda tangani oleh peserta konsili
itu, dengan mendapatkan dukungan penuh dari Kaisar Constantin.
Karena pihak Arius tidak
mengakui hasil keputusan konsili itu, maka diumumkan Anathema (kutukan)
terhadap ajaran Arius, yang berbunyi :
“Bagi orang yang berkata : “Ada jarak waktu dimana
Yesus belum ada. Sebelum dilahirkan, Yesus tidak ada. Yesus diciptakan dari
yang tidak ada. Anak (Yesus) berbeda zatnya dengan Allah. Yesus adalah objek
perubahan; Maka Gereja Katolik menjatuhkan kutukan”.
Setelah peserta konsili pulang
ke daerah asalnya masing-masing, mereka terlibat kembali dalam perdebatan
mengenai keputusan konsili itu. Para pengikut Unitarian yang selalu menentang
keputusan konsili itu ditangkapi, dan yang tidak mau bertaubat untuk
menerima doktrin Trinitas dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah dan disiksa
hingga mati. Arius sendiri sejak tahun 325 M, telah dimasukkan ke penjara bawah
tanah di pulau kecil sekitar selat Bosporus. Walaupun begitu, perdebatan terus
meruncing diwilayah kekuasaan Romawi. Hanya Athanasius yang masih
mematuhi keputusan itu, sedangkan para pendukungnya semakin kebingungan
menghadapi tantangan yang semakin besar dan rumit. Sabinas, Uskup tertua
di Thracia menyatakan bahwa :
“Orang-orang yang hadir dalam konsili Nicea itu
adalah orang-orang yang dungu dan bodoh. Keputusan konsili itu sebenarnya
disahkan oleh orang-orang yang sangat tolol, yang tidak memiliki pengetahuan
dalam masalah itu”.
Setelah konsili itu selesai,
Patriarch Alexander mati pada tahun 328 M, maka terjadilah perebutan jabatan
keuskupan Iskandariah. Athanasius dipilih dan ditahbiskan menjadi Uskup di
daerah Iskandariah. Pemilihan itu ternyata menimbulkan kecaman keras karena
dilakukan dengan intimidasi dan tindak kekerasan. Para pengikut Arius dan
Meletius melakukan perlawanan yang sengit terhadap Athanasius. Constantina,
saudara kaisar Constantin sangat menentang pembunuhan terhadap orang-orang
Kristen Unitarian, terutama tentang pembuangan Eusebius Nicomedia. Dia tetap
mempertahankan bahwa Arius adalah pemimpin agama Kristen yang benar. Akhirnya,
Constantina berhasil membebaskan Eusebius Nicomedia agar kembali ke istana.
Kembalinya Eusebius ini merupakan pukulan telak bagi kelompok Athanasius.
Constantin semakin condong ke Arius. Ketika mendapat laporan tentang kecaman
masyarakat Kristen atas pemilihan Athanasius, dia memanggil uskup itu agar
datang ke Constantinopel. Dengan berbagai alasan, Athanasius tidak mau datang
ke ibu kota. Pada tahun 335 M, ketika dilangsungkan konsili di kota Tyre
untuk memperingati 30 tahun pemerintahan Constantin, Athanasius diwajibkan
untuk menghadirinya. Dalam konsili itu, ia dituduh telah melakukan kelaliman
diwilayah keuskupannya. Karena suasana sidang itu sangat menyudutkan dirinya,
maka ia segera keluar sebelum sidang konsili menjatuhkan hukuman kutukan kepada
dirinya. Para uskup kemudian meneruskan sidang di Yerusalem dan mengukuhkan
kutukan terhadap Athanasius serta menerima kembali Arius kepangkuan Gereja.
Kaisar Constantin mengundang
Arius dan Eusebius Nicomedia ke Constantinopel. Perdamaian antar Arius dan
kaisar terjalin dengan baik serta para uskup menjatuhkan hukuman kutukan kepada
Athanasius. Dengan memberanikan diri, Athanasius datang menghadap kaisar yang
disaksikan oleh Eusebius. Dia menyadari bahwa keputusan konsili Nicea yang
bertentangan dengan Arius itu hanya berdasarkan pertimbangan politis. Kaisar
menuduh Athanasius menghalangi pengiriman gandum ke ibu kota, oleh karena itu
dia dibuang ke Trier wilayah Gaul. Arius akhirnya diangkat secara resmi
menjadi Patriarch Constantinopel, tetapi jabatan itu tidak lama dipegangnya.
Dia meninggal secara mendadak pada tahun 336 M karena makanannya diberi racun.
Pihak Gereja menganggapnya suatu keajaiban, tetapi pihak istanamalah mencurigai
peristiwa kematian tersebut. Kaisar membentuk komisi khusus untuk
menyelidikinya. Athanasius terbukti sebagai otak pembunuhan itu dan dia
dijatuhi hukuman kutukan.
Kaisar Constantin
yang perasaannya sangat terguncang atas kematian Arius itu, dibawah bimbingan
Constantina, akhirnya memeluk agama Kristen Unitarian dan dibaptis oleh
Eusebius Nicomedia. Pada tahun 337 M kaisar Constantin ini meninggal dunia
dengan membawa keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Yesus adalah
manusia biasa sebagai hamba dan utusan-Nya saja. Arius memiliki peranan penting dalam sejarah
Kristen. Bukan hanya jasanya yang berhasil menarik kaisar Constantin memeluk
Kristen, tetapi juga mewakili orang-orang yang tabah dalam mempertahankan ajaran
Yesus yang murni. Disaat itu ajaran Yesus sudah mulai tercampur aduk dengan
kepercayaan Pagan dan Politeis, sehingga ajaran Kristen yang asli dan yang
palsu semakin kabur.
Demikianlah sekelumit gambaran
orang-orang yang sangat menentang dogma Trinitas karena mereka menganggap
doktrin ini salah besar dan tidak pernah ada serta tidak pernah diajarkan
Yesus. Alloh SWT, telah menurunkan agamaNya yang benar dan lurus kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai nabi dan rasulNya yang terakhir dengan nubuwatnya
yang bergelar “Messias atau Al-Masih” asli sesuai dengan
kitab-kitab suci terdahulu, untuk meluruskan seluruh ajaran yang telah
menyimpang tersebut.
“Maka berimanlah
kamu kepada Alloh SWT dan rasul-rasul (utusan Alloh)….”. (QS. An-Nisa’ : 171)
“Maka apabila Rasul Allah itu tiba,ia akan
membersihkan kitabku dari segala kerusakan yang diperbuat oleh kaum durjana”.
(Injil Barnabas :124:11)
Dari berbagai uraian diatas dapat kita
simpulkan bahwa Yesus tidak pantas diangkat menjadi tuhan karena ia termasuk
makhluk hina seperti manusia yang lainnya, lagi pula mengangkat Yesus sebagai
tuhan merupakan photo copy dari ajaran berhala, dengan kata lain
meniru cara penyembahan berhala. Lalu apa bedanya antara sebuah patung orang
Kafir (kaum Pagan) dengan sebuah patung Nasrani ? Banyak sarjana Barat yang
memberikan kesaksian yang akhirnya berbalik menentang ajaran Trinitas
diantaranya :
a. Arnold
Toynbee
dalam bukunya “A Study Of History, jilid VI hal. 377”. Ia membawakan
banyak sekali persamaan-persamaan kisah Yesus dengan kisah pahlawan-pahlawan
Helenisme seperti Agis, Celomenes, Eunus, Solvius, Aristonicus, Tiberius,
Grocecus dan lain-lain. Maka sangat mungkin sekali kisah Yesus adalah Plagiat (Jiplakan, tiruan) dari dongeng kuno diatas.
b.Lord
Headly
dalam bukunya “The Affinity Between Original Church Of Jesus Christ And
Islam, hal. 75” menyatakan bahwa semua ajaran pokok agama Kristen itu sama
sekali bukan dari Yesus. Semua dogma Trinitas itu bulat-bulat adalah jiplakan dari agama Kafir (Paganisme)
yang sengaja dimasukkan oleh para pendeta mereka 300 tahun setelah Yesus wafat.
Misalnya kisah-kisah Mitraisme dari Persia (Iran sekarang), Adonis – Atis dari
Syiria, Oziris – Isis – Horus dari Mesir, Bel Astarte dari Babilonia, Dionysus
dari Yunani. Hal ini diperkuat oleh Dr. Dunkman dan para sarjana Barat bahwa
dogma Kristen memang berasal dari kisah-kisah Kafir tersebut diatas. Swami
Abhedananda menyatakan bahwa sejak permulaan sejarah Gereja sampai saat
ini, buah pikiran dan kebebasan budi yang mewataki agama yang murni telah
ditekan, yang akhirnya memberi kesempatan kepada Fanatisme buta, kepercayaan
tanpa akal, pemutar-balikan penyelidikan dan penyiksaan pengadilan agama, serta
kejahatan berkedok agama.
Dalam penjabaran singkat ini, penulis
menawarkan satu wacana pemikiran baru pemahaman tentang Tuhan Alloh SWT serta
mengungkap Messias yang sebenarnya dalam Bibel Perjanjian Baru ini. Penulis
sengaja memilih Injil Yohanes sebagai bahan kajian ajaran umat Kristiani dengan
alasan bahwa apa yang telah tertulis didalamnya lebih runtut dan lebih luas
dibandingkan Injil Matius, Injil Lukas dan Injil Markus. Hal ini lebih mudah
untuk digunakan sebagai bahan rujukan oleh kaum Missionaris dalam “menjajakan” agamanya kepada orang lain.
Kajian diatas dikupas menurut Injil
Yohanes dalam “Al-Kitab Dengan Kidung
Jemaat”
terbitan LAI (Lembaga Al-Kitab Indonesia) tahun 2001 M. Adapun tujuan
ditulisnya kajian pemikiran ini yang paling utama adalah untuk mengajak para
pembaca agar lebih jeli dalam berfikir, lebih adil dalam bertindak, lebih
teliti dan lebih dewasa dalam membaca Injil Yohanes terutama yang berkaitan
dengan Aqidah serta keyakinan yang paling mendasar umat Kristiani serta hakikat
ketuhanan yang ada didalamnya. Hal ini bersumber dari sekelumit pertanyaan dari
jutaan persoalan :“Benarkah Tuhan itu Tiga tetapi Satu?, Lalu siapakah yang wajib disembah
sebagai Tuhan Penguasa alam semesta ?Jika benar Tuhan itu Trinity (Trimurti dalam
Hinduisme), bolehkah hanya menyembah salah satu saja dari oknum Trinity seperti
dalam tradisi Hinduisme?”. Jika boleh, mana dalilnya dan bagaimana kedudukan
dua oknum lainnya yang tidak dipilih untuk disembah ?” serta masih banyak lagi permasalahan yang sudah tentu tidak mungkin
mampu dijawab Kristen melalui Injilnya dengan tepat.
Anjuran dalam membaca kajian ini adalah
membacanya dengan teliti, berfikiran terbuka serta berani berfikir secara
logis, sehingga apa yang ditemukan oleh pembaca dapat difahami dengan akal
sehat, manusiawi dan merasa terpuaskan oleh renungan diri sendiri.
Perlu diingat bahwa istilah kalimat yang
telah tertulis didalam Injil Yohanes seperti Tuhan Bapa,Tuhan Israel, Allah Israel, Allah Musa, Allah
Ibrahim, Allah Ishak, Tuhan Allah, Yang Maha Terang, Yaa Huwa/ Jahweh/ YHW/ JHW,
Jehova, El-Yot, Ellohim merupakan nama sebutan lain bagi Allah SWT (Asma’ul Husna, Red) menurut penulis, yang tetap merujuk
kepada Allah Yang Esa.
Harapan penulis, semoga kajian singkat
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang menginginkan pencerahan jiwa untuk
menemukan jalan lurus kepada Tuhan yang Maha Sejati dalam segala-galanya.
DAFTAR PUSTAKA
Injil Barnabas, H.
Husin Abu Bakar AlHabsyi & Abu Bakar Basymeleh (Penerjemah), Mutiara Ilmu,
Surabaya, 1996,
Al-Kitab dengan Kidung Jemaat, Lembaga AlKitab Indonesia, Jakarta, 2001.
Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, K. H. Bahaudin Mudhary, Kiblat Center, Jakarta, 1984.
Pendeta berpendapat & Ulama Meralat H. Ischaq A. Razak, Pustaka Progresif, Surabaya,
1991.
Injil Membantah Ketuhanan Yesus, Ahmed Deedat, Gema Insani Press, Jakarta, 1994.
100 Jawaban untuk Misionaris K. H. Abdullah Wasi’an, Pustaka Da’I, Surabaya, 1995.
Qurratul ‘Uyun, Syaich Imam Asy-Syarief Al-Hammam Al-‘Alim
Al-Robbany Al-‘Arif Ash-Shomadaany Abi Muhammad Maulana Aql-Tihaamy Kanuzy
Al-Idriisy Al-Chasany, Toko Al-Hidayah, Surabaya.
Tauhid Ataukah Trinitas, M. Islam, Pustaka Da’i, Surabaya, 1993