23 July 2014

SEJARAH HITAM PERPECAHAN IMAN KRISTEN

SEJARAH PERPECAHAN ALIRAN KRISTEN AWAL

PENDAHULUAN

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Segala puja dan puji syukur hanyalah milik Alloh SWT semata, Tuhan Esa, yang tiada sekutu apapun bagi-Nya. Ia adalah Tuhan sekalian alam dan hanya kepadaNya kita menyembah. Sholawat dan salam sudah sepatutnya kita haturkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah di nubuwatkan kehadirannya jauh sebelum kelahirannya oleh para nabi dan rasul Alloh ‘Alaihimussalam sebelum beliau, serta semoga salam sejahtera tetap tercurah kepada Yesus bin Maryam, salah satu rasul Alloh SWT yang telah menubuwatkan kehadiran nabi Muhammad SAW melalui kitab Injilnya yang suci dan asli.
Sejak nabi Adam mulai diciptakan dan hidup di surga, Tauhid telah mengajarkan bahwa hanya Alloh SWT sajalah yang wajib disembah dan dipuja dengan segenap hati, jiwa dan raga. Dalam pengertian sederhana, “Tauhid” adalah meyakini bahwa Alloh SWT itu Tuhan Yang Esa dan hanya Dia satu-satunya Tuhan Yang Maha Sempurna, sehingga hanya Dia satu-satunya Dzat yang wajib disembah, ditaati dan tempat bergantung segala mahluk untuk meminta pertolongan. Seorang yang beriman kepada Alloh SWT, tidak akan menyembah dan menyerahkan segala urusannya kepada apa dan siapapun kecuali hanya kepada Alloh SWT semata. Al-Qur’an telah menjelaskan sebagai berikut :  
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah : 163)
 “Katakanlah (wahai Muhammad SAW) bahwa Alloh SWT itu Esa ada-Nya. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tiada seorang pun yang setara dengan-Nya”.( QS. Al-Ikhlas : 1- 3)
Seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Alloh SWT di tanah Israel telah mengajarkan Tauhid, yang meyakini dan mengajarkan adanya satu tuhan (monoteisme), begitu juga nabi Muhammad SAW yang diutus kepada bangsa Arab sesat, juga telah mengajarkan adanya satu Dzat yang Mutlak Maha segala-segalanya dan tidak boleh ditawar-tawar lagi. Tuhan itu adalah Alloh SWT, yang memiliki segala kesempurnaan. Kenyataan ini tidak dapat dibantah lagi oleh siapapun juga bahwa nabi Muhammad SAW adalah keturunan Ibrahim bin Terah (moyang bangsa Israel) dari putra sulung beliau yang bernama Isma’il bin Ibrahim bin Terah. Jadi, tidak mustahil kalau ajaran agama yang dibawanya sama dengan ajaran moyangnya serta para nabi dan rasul Alloh SWT “saudara-saudaranya” yang lain di tanah Israel sebelum beliau, seperti yang telah termaktub berikut ini :
“Oleh karena Allah itu Esa (satu) maka kebenaran itu juga satu”.(Injil Barnabas : 124:6)
Tiada seorang nabi atau rasul pun yang mengajarkan Dwilitas, Trinitas atau bahkan Politeisme (ajaran yang mengakui banyak tuhan), karena sumber kebenaran ajaran mereka adalah satu : Alloh SWT. Namun di era IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) ini, ternyata masih banyak orang yang mempropagandakan ajaran Trinitas, yakni dogma yang meyakini Tuhan Bapa, Tuhan Anak  dan Roh Kudus pada hakikatnya adalah satu. Ajaran yang tidak waras bagi logika orang yang berakal sehat ini mengalir bagaikan air. Sungguh, ini ajaran sesat yang sangat menyesatkan karena memang bersumber dari Iblis yang berhasil merasuki jiwa, raga, hati dan pikiran manusia yang mengikutinya. Alkitab (Taurat dan Injil) yang asli, selalu bersih dari ajaran-ajaran sesat diatas. Para penginjil memberikan suatu gambaran bahwa dogma Trinitas ini ibarat air. Mereka beranggapan bahwa air dapat berbentuk uap (zat gas), cairan (zat cair), Es (zat padat) yang pada hakikatnya adalah satu yaitu air. Begitu juga tentang Trinitas, dimana Tuhan dapat menjadi Allah (Bapa), Yesus (Anak), Roh Kudus yang pada hakikatnya adalah satu yaitu Allah. Inilah konsep yang mereka tawarkan kepada setiap pemeluknya. Pertanyaannya, kapankah Allah (Bapa) menjadi Yesus (anak) dan kapan pula Yesus (anak) berganti Roh Kudus atau sebaliknya dalam satu waktu ? Karna sepengetahuan penulis, dalam apapun dan dari cetakan yang ke berapapun hal yang semacam itu tidak pernah terjadi ataupun tertulis dalam Injil. Ini adalah kerancuan Iman yang fatal dan mustahil Kristen bisa menjawabnya dengan benar. Yesus tidak pernah menjadi Allah (Bapa) sebab berkali-kali ia menyatakan bahwa dia berasal dari Allah (Bapa) dan akan kembali kepada Allah (Bapa). Dia tidak pernah menyatakan bahwa akulah Allah (Bapa) dan akan kembali menjadi Yesus (anak) atau Roh Kudus atau bahkan kembali menjadi Allah (Bapa) lagi. Ini akan semakin kacau jika terus dibiarkan, sebab tidak ada dasar dalam Injil seperti itu. Penulis yakin, bahwa hal seperti itu muncul dari pemahaman teks Yohanes pasal 1 : 1-2 berikut :
1.    Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Dalam teks diatas, sama sekali tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk dari Yesus menjadi Allah (Bapa) ataupun dari Roh Kudus menjadi Allah (Bapa) maupun dari Roh Kudus menjadi Yesus dan seterusnya. Ayat ini justru malah menunjukkan individu yang berbeda-beda. Untuk itu kami akan kupas masalah pemahaman teks Yohanes pasal 1 : 1-2 diatas dalam judul tersendiri di blog ini.

MUNCULNYA PAHAM BARU DALAM AJARAN YAHUDI
(Ajaran Yahudi Yang Baru itu adalah Ajaran Kristen Paulus)

Perlu diketahui, bahwa sebelum Yesus lahir, wilayah Yerusalem dijajah oleh Imperium Romawi yang agamanya beraliran Politeisme (agama yang menyembah banyak dewa). Dikarenakan sebagai penduduk yang terjajah, bangsa Yahudi Essenes yang masih taat berpegang pada hukum-hukum Taurat Musa, tidak mampu mengembangkan ajaran agamanya ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan Yahudi Farisi dan Saduki memakai agamanya dalam bentuk formalitas saja, dan sikap hidupnya selalu menyalahi hukum-hukum Taurat. Ketika Yesus mendapat tugas menyampaikan risalah Tuhan, dia selalu memperingatkan penyelewengan Yahudi Farisi dan Saduki. Oleh karena itu dua kelompok ini sangat membenci Yesus dan ingin membunuhnya. Untuk melaksanakan niat jahat itu, mereka menghasud penjajah Romawi, bahwa Yesus adalah tokoh pemberontak yang ingin menjadi raja Yahudi, dan ingin membebaskan bangsanya dari pendudukan Imperium Romawi. Dengan bantuan kedua kelompok Yahudi itu, tentara Romawi berusaha menangkap Yesus dan membinasakan pengikutnya. Setelah Yesus tiada, para muridnya menyebarkan ajarannya secara meluas ketengah-tengah masyarakat yang sudah terpengaruh oleh kepercayaan Politeisme, yang kemudian melahirkan dua kelompok penganut Yesus.
Pertama, yang betul-betul mengikuti ajaran Yesus secara murni, tanpa dicampuri oleh kepercayaan politeisme. Mereka berkeyakinan bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan Yesus adalah manusia biasa utusan Allah. Kelompok ini lebih dikenal dengan Unitarian.
Kedua, mengikuti ajaran Yesus yang telah disebarkan oleh para muridnya, tetapi masih sulit meninggalkan kepercayaan Politeisme yang sudah mendarah daging pada diri mereka. Pada akhirnya mereka mengkultuskan (menganggap suci) Yesus sebagai penyelamatnya, bahkan diangkat menjadi tuhannya. Kelompok ini dipelopori oleh Saulus (Paulus) yang kemudian lebih dikenal dengan Kristen Trinitas/  Katolik Roma.
Sesungguhnya, Yesus tidak pernah mengakui dirinya sebagai pendiri agama Kristen, Paulus (Saulus) lah orang yang mengakui dan meng-klaim dirinya sebagai pembawa dan penyebar ajaran Yesus yang disebut Kristen. Maka sudah sewajarnya jika ajaran Yesus lambat laun berubah menjadi ajaran Paulus. Ia juga mengajarkan bahwa Yesus adalah Messias, seperti dalam ayat berikut :
“Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Messias”. (Kisah Para Rasul: 18:5).
Perlu diketahui bahwa Paulus sama sekali bukanlah murid Yesus, bahkan ia dimasa mudanya adalah orang yang paling anti-Yesus sehingga tangannya penuh dengan lumuran darah para pengikut Yesus seperti yang termaktub berikut :
“Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan”.
Ia menghadap Imam Besar.(Kisah Para Rasul: 9:1).
“Jawab Ananias: “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem”.
(Kisah Para Rasul: 9:13).
Maka, terkutuklah Paulus dan para pengikutnya yang telah tersesat jauh sampai selama-lamanya. Ia telah menyendiri dengan ajaran agama barunya, seperti bunyi kesaksian Barnabas (murid asli Yesus, teman dekat Paulus) berikut :
“Paulus juga telah ikut sesat dikalangan mereka, hal mana yang menyebabkan saya tidak berbicara tentang dia melainkan dengan kesedihan”.(Injil Barnabas : Mukaddimah Injil Barnabas :7)
“Karena sebagian dari pada orang-orang jahat yang mengaku murid-murid itu, yang memberitahukan bahwa Yesus telah mati, tidak bangun lagi dan yang lain memberitakan bahwa ia telah benar-benar mati kemudian ia bangkit kembali, sedang yang benar-benar mati kemudian ia bangkit kembali, sedang yang lain telah dan masih terus memberitakan bahwa Yesus adalah anak Allah di mana Paulus telah tertipu diantara kalangan itu”. (Injil Barnabas : 222 :3).
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.......”. (Injil Matius : 7 : 15-16)
Sebagian besar para sarjana barat mengatakan bahwa Injil Markus dan Injil Yohanes adalah hasil karangan Paulus sebagaimana tertulis dalam Ensiklopedia Prancis (Mukaddimah dari Sayyid Muhammad Rasyid Ridlo “Penyebar Injil Barnabas” dalam Injil Barnabas).
Meskipun dalam sejarah kemunculan dan berkembangnya agama Kristen yang jelas berasal dari agama Yahudi, namun semua ajaran dan amalan ajaran Kristen amat jauh berbeda dengan agama Yahudi, induk semangnya. Hal ini sangat wajar, sebab Paulus (Saulus) sebagai pendiri Kristen sama sekali bukan rasul (murid Yesus terdekat) bahkan bukan murid Yesus, bukan nabi utusan Allah, melainkan pembunuh berdarah dingin dizaman kehidupan Yesus.

PARA PENENTANG AJARAN KRISTEN TRINITY “EL-PAULUSI”

Sebenarnya doktrin Trinitas ini telah lama ditentang keras oleh para pengikut Kristen Unitarian, bahkan mereka yang menentang keras adalah dari kalangan Uskup Gerejani yang lebih luas ilmu ke-Bibel-annya. Diantara mereka yang menentang keras beserta biografi singkatnya adalah :
1.  IRANAEUS (130-200 M). Ia dilahirkan pada saat agama Kristen yang berpusat di Antiokia telah menyebar di Afrika Utara sampai ke Spanyol dan Prancis Selatan. Uskup Lyon yang bernama Pothinus, pernah menyuruh Iranaius membawakan surat petisinya ke Paus Eleutherus (174-189) di Roma. Dalam petisi itu, Pothinus memohon agar Paus menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang menolak doktrin Trinitas. Disaat Iranaeus masih berada di Roma, dia mendengarkan berita pertikaian antar kelompok Kristen yang mengakibatkan Uskup Pothinus terbunuh. Setelah ia pulang ke Lyon, ia menggantikan Pothinus. Tahun 90 M, dia menulis surat kepada Paus Viktor I (189-198 M) untuk menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang berbeda keyakinan. Kerusuhan antar kelompok terulang lagi, dan pada tahun 200 M, dia dibunuh oleh kelompok Trinitas yang dimotori oleh Paus Viktor I. Iranaeus meyakini bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan hanya manusia biasa yang diutus oleh Allah. Dia melontarkan kritik tajam terhadap Paulus, dan menudingnya sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas penyusupan ajaran-ajaran politeisme dan filsafat Plato ke dalam ajaran agama Kristen. Dalam menyampaikan ajaran yang diyakininya, Iranaeus sering mengutip ayat-ayat yang termaktub dalam Injil Barnabas. Beberapa abad kemudian, setelah membaca tulisan-tulisan Iranaeus, Fra Marino, sangat tertarik untuk mengetahui Injil Itu, akhirnya dia menemukan Injil Barnabas berbahasa Itali di Papal Library Vatikan.
2.  TERTULIAN(160-220 M). Ia berasal dari Kartago, kemudian ia menjadi tokoh Gereja Afrika. Dia adalah seorang Unitarian yang mengidentikan Yesus dengan Mesiah dalam agama Yahudi. Dia sangat menentang Paus Calixtus (217-222) yang mengajarkan bahwa dosa besar itu bisa diampuni setelah melakukan taubat secara kanonik. Diantara pernyataan Tertulian yang masih tercatat sampai sekarang adalah : “Mayoritas manusia berpendapat bahwa Yesus adalah manusia biasa”. Dialah yang pertama kali memperkenalkan istilah “Trinitas” dari bahasa Latin sewaktu membahas doktrin yang dipandangnya sangat aneh itu, sebab istilah seperti itu tidak pernah ada dalam kitab suci.
3.  ORIGEN (185-254 M). Dia dilahirkan di Iskandariah Mesir. Bapaknya, Leonidas, mendirikan pusat pendidikan theologi dan menunjuk Clement sebagai kepalanya. Gereja Paulus (Trinitas) sangat membenci Leonidas, karena menganut Unitarian yang disebarkan oleh murid-murid Yesus (Apostolic Christianity), dan sangat menolak ajaran Paulus. Oleh karena itu pihak gereja Paulus membunuhnya pada tahun 208 M. Peristiwa itu sangat menggores hati Origen sehingga ia ingin mempertaruhkan nyawanya untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, namun ia dicegah ibunya. Gurunya, Clement, merasa terancam dan terpaksa harus meninggalkan Iskandariah. Karena ayahnya terbunuh dan gurunya telah meninggalkannya, Origen menggantikan Clement sebagai kepala sekolah theologi. Dalam kedudukannya yang baru itu, ia terkenal sebagai cendekiawan yang pemberani. Kesalehan dan semangatnya yang tinggi diilhami oleh sebuah ayat dalam Injil Matius : 19: 12 :
“Ada orang yang tidak dapat kawin karena memang ia lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”
Pada tahun 230 M, Origen menjadi pengkhotbah di Palestina, tetapi uskup Demerius memecat dan membuangnya. Dia pergi ke Caesarea dan membangun pusat pendidikan yang sangat terkenal di kota itu. Konsili Iskandariah tahun 250 M, menjatuhkan kutukan terhadap Origen. Dia ditangkap dan menjalani siksaan hingga menemui ajalnya tahun 254 M, karena menolak keras ajaran Trinitas Paulus. Origen berkeyakinan bahwa “Allah adalah Maha Agung dan Yesus hanyalah hamba biasa yang derajatnya sangat tidak sebanding dengan Allah”. Origen adalah ahli sejarah gereja yang termasyhur. Ia dikenal sebagai sosok yang yang memiliki sifat-sifat terpuji sebagai guru kebenaran dan sangat dicintai murid-muridnya. Pihak gerejani juga mengakui kehebatan dan keluasan ilmu yang dimiliki Origen serta tiada yang sebanding dengannya di kalangan cendekiawan Kristen saat itu. Dia telah menulis kurang lebih enam ratus risalat dan makalah.
4.  DIODORUS, dia adalah seorang Uskup di Tarsus, kota kelahiran Paulus. Dia termasuk salah satu tokoh besar Kristen Antiokia. Dia berpendapat bahwa “Alam semesta ini selalu dalam perubahan. Dan proses perubahan itu pasti ada periode awalnya yang berasal dari yang Maha Abadi dan Maha Tidak Berubah-ubah. Yang Maha Abadi itulah sang Pencipta yang Maha Esa. Yesus itu berkodrat manusiawi baik rukhani maupun jasmani, dan sama sekali tidak memiliki kodrat ilahi (ke-Tuhan-an)”.
5.    LUCIUS (meninggal 321 M), dia adalah pakar Theologi yang sangat menguasai bahasa Ibrani dan Yunani, dia juga sangat taat kepada Allah. Dia diluar lingkungan Gereja sejak tahun 220 - 290 M. Kesalehan serta ilmunya yang sangat luas mengundang kekaguman semua orang. Perguruan di Antiokia yang dipimpinnya menelorkan aliran Arianisme yang dicetuskan oleh muridnya yang bernama ARIUS. Dalam memahami kitab sucinya, ia selalu berpegang teguh pada penafsiran dari tata bahasa beserta pengertiannya secara lahiriah dan sangat kritis. Dia sangat menentang penafsiran yang diambil dari pengertian simbolik dan allegoris. Lucius berpendapat, adanya pertentangan paham yang sangat tajam di tubuh Gereja telah membuktikan, bahwa orang-orang Kristen berpedoman pada ajaran yang bersumber dari tradisi tulisan dan mengesampingkan tradisi lisan. Padahal, Yesus dan para muridnya sama sekali tidak pernah mencatat ajaran Yesus, sedangkan tradisi tulisan berasal dari orang-orang yang tidak pernah menjadi murid asli Yesus. Tragedi ini menunjukkan, ajaran Yesus yang asli lebih cepat lenyap disebabkan kekacauan isi ajaran yang berkembang hingga penghujung abad ketiga Masehi. Lucius merevisi Septuaginta (naskah Al-Kitab yang berbahasa Yunani). Dia banyak membuang perubahan-perubahan yang telah disisipkan ke dalam Al-Kitab, ketika disalin ke dalam bahasa Yunani. Dia berkeyakinan bahwa “Yesus sama sekali bukan Tuhan, melainkan hanya sebatas hamba-Nya saja”. Karena tetap dalam keyakinan seperti itu, ia akhirnya ditangkap dan disiksa sampai mati pada tahun 312 M.
6.      ARIUS (250-336 M), kehidupan Arius ini sangat erat hubungannya dengan Constantin, seorang kaisar Imperium Romawi. Kaisar Constantin ini sangat menaruh perhatian kepada Gereja yang berawal dari kekhawatirannya terhadap kedudukannya di Roma. Ia merasa cemburu terhadap putra mahkotanya yaitu Cripus. Putranya ini sangat masyhur karena posturnya yang sangat menawan, sikapnya yang sangat ramah serta keberaniannya dimedan pertempuran. Agar namanya tidak tertutup oleh kemasyhuran putra kandungnya ini, kaisar Constantin membunuh Cripus. Kematian Cripus ternyata membawa duka mendalam bagi seluruh rakyat Romawi. Dibalik pembunuhan itu, ada berita bahwa ibu tiri Cripus, menginginkan putra kandungnya sendiri yang akan menjadi kaisar setelah Constantin, sehingga ia berniat untuk menghabisi Cripus. Kaisar Constantin mengetahui hal itu dan menjatuhi hukuman mati kepada ibu tiri Cripus tersebut dengan membenamkannya kedalam air mendidih. Para pendukung permaisuri (ibu tiri Cripus) itu akhirnya bergabung dengan para pecinta Cripus untuk menuntut kematian kedua orang tersebut. Kaisar Constantin yang dalam posisi tersudut, lalu meminta bantuan pendeta kuil Yupiter di Roma. Tetapi pendeta kuil tersebut mengatakan bahwa tidak ada korban atau kebaktian yang bisa menghapus dosa pembunuhan tersebut. Suasana yang tegang di Roma membuatnya merasa tidak tentram, sehingga ia pergi ke Bizantium.
Setelah ia sampai disana, dia mengubah nama kota di pinggir selat Bosporus itu menurut namanya “Constantinopel”. Ditempat inilah dia melihat perkembangan Gereja Paulus yang menakjubkan. Kaisar ini mendapatkan pengajaran bahwa jika ia mau bertobat dan mengakui dosanya di Gereja, maka dosa-dosanya akan diampuni. Kesempatan ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh kaisar Constantin untuk membersihkan nama dan tangannya yang telah berlumuran darah dua pembunuhan dan keputusan-keputusan jahat selama ia berkuasa. Setelah merasa terbebas dari beban dosa, diapun mulai mencurahkan pikirannya untuk memecahkan permasalahan yang ada didalam Imperiumnya. Dia melihat adanya kemungkinan untuk memperalat Gereja untuk meraih tujuannya dan menunjukkan loyalitasnya, dengan cara memberi kebebasan kepada Gereja untuk berkembang, yang sebelumnya ditindas dan dibinasakan oleh Kaisar Diolektianus (284-305 M). Berkat dukungan Constantin inilah perkembangan Gereja semakin pesat dan kuat. Sebaliknya, ia mendapat keuntungan yang luar biasa besarnya, karena wilayah sekitar Laut Tengah telah dipenuhi Gereja, yang pemeluknya dapat dipergunakan untuk mendukungnya di medan perang. Bantuan para pendeta sangat penting untuk menyatukan seluruh Eropa dan Timur Tengah dibawah kekuasaan kaisar Constantin. Sebagai ucapan terima kasih kepada para pendeta Kristen di satu sisi dan untuk menyudutkan para pendeta kuil Yupiter di sisi lainnya, dia mengajak Uskup Roma untuk membangun Gereja yang besar dan megah di kota Roma. Dari posisi terjepit di kota itu, mengakibatkan agama Kristen diberi fasilitas-fasilitas yang luar biasa oleh Constantin. Disamping itu, dia membiayai pembangunan Gereja yang besar dan megah di bukit Zion (Yerusalem).
SEKTE KRISTEN AWAL
Walaupun Kaisar Constantin telah memberikan bantuan yang besar dan masuk agama Kristen, tetapi sepanjang hidupnya dia belum pernah dibaptis. Sebab penganut agama Paganisme yang menyembah dewa Yupiter dan dewa-dewi lainnya masih dominan. Oleh karena itu Constantin berusaha menjaga keseimbangan, yang kadangkala dia menampakkan diri seakan-akan sebagai pemuja dewa itu. Sikap seperti itu berlangsung lama sampai meledaknya pertentangan ditubuh Kristen, antara sekte Pauline Church (Gereja Paulus) yang bertuhan Trinitas dengan sekte Apostolic Church (Gereja Rasuli) yang menganut paham Unitarian.
Tokoh terkemuka sekte Unitarian pada waktu itu adalah Arius, salah seorang dewan Gereja yang sangat dikenal dalam sejarah dunia Kristen. Dia lahir di Libya dan belajar di perguruan Antiokia yang dibina oleh Lucius. Ia merupakan kekuatan baru pada Gereja Rasuli yang menghidupkan dan mempertahankan ajaran Yesus yang murni, dengan semboyan “Ikutilah Yesus menurut yang diajarkan olehnya”, serta menentang ajaran-ajaran Kristen yang diciptakan oleh Paulus. Keagungan nama Arius pada masa itu dapat dilihat dari namanya yang sampai sekarang disinonimkan dengan sekte Unitarianisme, yakni aliran yang meyakini bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan Yesus adalah hamba dan utusan Allah. Gereja Paulus menerima pukulan telak dari Gereja Arius. Mereka mengakui, Arius bukan hanya ahli perencana saja, melainkan juga sebagai orang yang jujur dan tidak melakukan perbuatan yang tercela. Pada saat tradisi lisan (Oral Tradition) – yang mempertahankan ajaran murni Yesus – mulai lumpuh, dibarengi dengan pemahaman tradisi tulisan (Writting Tradition) yang semakin menyimpang jauh, maka Arius tampil dengan segala keberanian dan kegigihannya mempertahankan ajaran Yesus yang telah disampaikan oleh muridnya secara murni, serta menentang persekutuan pihak Gereja dengan kaisar Constantin. Arius adalah murid Lucian yang paling keras mengecam Gereja Paulus. Oleh karena dia selalu diincar pembunuhan oleh aliran Trinitas. Arius menyadari akan bahaya yang ancam jiwanya. Walaupun riwayat hidup masa mudanya tidak begitu jelas, tetapi ia tercatat menjadi tokoh Gereja Becaulis Iskandariah.
Sampai pada masa konsili Nicea tahun 325 M, perbedaan keyakinan dikalangan Kristen sangat beragam. Karena kepercayaan berdasarkan kemauan dan pilihan masing-masing individu. Sebelum Gereja mendapatkan kebebasan dari Imperium Romawi, perbedaan keyakinan itu menimbulkan pertentangan sengit, yang pada akhirnya mengakibatkan perkelahian antar kelompok Kristen. Bahkan sering terjadi penangkapan, penyiksaan, malah pembunuhan gelap. Ketika Constantin menjalin aliansi dengan gereja, terjadilah perubahan dramatis. Meskipun waktu itu Constantin masih menjabat kepala negara yang penduduknya mayoritas menganut Paganisme, tetepi secara terbuka memberikan bantuan kepada Gereja, yang pada masa itu mungkin perbedaan antara Pauline Church dan Apolistic Church belum begitu tajam. Dengan demikian, agama Kristen memperoleh kedudukan baru dibawah naungan kaisar Romawi. Bagi kebanyakan orang, perkembangan Kristen seperti itu menimbulkan masalah politik. Sebagian orang yang dulu menentang agama itu, berbalik mendukungnya karena mendapat tekanan dari pemerintah. Oleh karena itu mereka memeluk agama Kristen bukan karena panggilan hati nuraninya, melainkan karena tujuan-tujuan tertentu. Perubahan situasi itu sangat menguntungkan pihak Kristen. Gereja Paulus dan Gereja Rasuli masing-masing berkembang pesat keseluruh wilayah Imperium Romawi, mengakibatkan pertentangan kedua sekte itu semakin tajam disetiap daerah.
Constantin pada waktu itu masih belum memahami agama Kristen, hanya ingin mendapatkan keuntungan politis bila tercipta kesatuan Gereja yang tunduk kepadanya, dan berpusat di Roma, bukan di Yerusalem. Ketika para jemaat Gereja Rasuli (Apostolic Church) menolak untuk memahami keinginan kaisar itu, Constantin berusaha melakukan tekanan-tekanan terhadap mereka. Tetapi setiap tekanan itu tidak mendatang hasil yang diharapkan. Para jemaat Gereja Rasuli yang menganut paham Unitarian itu tetap menolak untuk tunduk kepada Uskup Roma. Pertentangan semakin tajam mengenai pokok-pokok keyakinan didalam agama Kristen. Sementara itu dogma Trinitas telah diterima sepenuhnya oleh pihak-pihak tertentu dalam dunia Kristen. Sedangkan pihak Donatus, Miletius, terutama Arius menentang dogma tersebut. Setelah lebih dua abad lamanya, dogma itu telah menjadi perdebatan, tidak ada pihak yang bisa memberikan penjelasan dan penafsiran yang memuaskan. Karena banyak pihak yang menentangnya, semakin banyak membutuhkan penjelasan dan definisi dogma itu. Pihak Gereja harus memberikan definisi tentang kodrat kemanusiaan dan kodrat ketuhanan Yesus, serta memberikan penjelasan mengenai hubungan oknum yang satu dengan yang lainnya dalam Trinitas. Gereja harus menunjukkan definisi yang akurat mengenai ketuhanan Yesus dengan perawan Maria (ibu kandungnya), karena setiap orang Kristen selalu dihadapkan pada sekian banyak problem dogma Tinitas, maka surat pertanyaan yang dikirim kepada pihak Paus di Roma semakin sering dan menggunung.
Surat jawaban dari Paus ternyata tidak bisa memberikan kepuasan bagi semua pihak. Arius tampil mengajukan tantangannya kepada pihak Paus untuk memberikan definisi yang logis dan rasional mengenai dogma Trinitas. Arius sendiri memberikan penjelasan yakni “Yesus diciptakan oleh Bapa (Allah) seperti mahluk ciptaan lainnya. Zatnya tidak sama dengan zat Allah. Pada hakikatnya, Yesus adalah hamba Allah.”
Berdasarkan pendirian inilah, Arius mengadakan tantangan secara terbuka. Dengan menggunakan akal pikiran yang logis, sambil mengutip pernyataan-pernyataan yang terdapat didalam kitab suci Kristen sendiri, Arius membuktikan kepalsuan dogma Trinitas sebagai berikut :
“Jika Yesus itu sebagai Anak Tuhan, berarti Bapa (Allah) harus ada terlebih dahulu dari pada Yesus. Justru sebelum ada anak (Yesus), harus ada jarak waktu. Didalam jarak waktu itu, sang anak (Yesus) belum ada. Dengan demikian sudah pasti, bahwa anak (Yesus) itu diciptakan oleh Allah dari esensi yang sebelumnya tidak ada. Oleh karena itu Yesus ti8dak sama dengan Allah.”
Pada waktu tahun 321 M, Arius mendapat sebutan Imam Pemberontak yang populer, sangat meyakini atas kebenaran iman yang dianutnya dan selalu tabah mempertahankannya. Kalangan Gereja Trinitas merasa terjungkal, Patriarch Alexander mengundang dewan Gereja untuk mempersoalkan pendapat Arius itu. Sekitar seratus Uskup dari Mesir dan Libya menghadiri undangan itu untuk meminta pertanggung jawaban dari Arius. Untuk mempertahankan keyakinannya, Arius mengajukan argumentasi yang tidak bisa dintah sebagai berikut :
“Ada suatu tempo, yang ddalam tempo waktu itu Yesus belum ada, sedang Allah bersifat Maha Dahulu dan Maha Abadi. Karena Yesus adalah makhluk Allah, maka ia bersifat fana (tidak kekal), dan sudah tentu tidak memiliki sifat abadi. Karena Yesus itu makhluk, maka ia termasuk objek bagi perubahan seperti makhluk berakal lainnya. Karena hanya Allah saja yang tidak berubah, maka Yesus bukanlah oknum Tuhan”.
Disamping menggunakan logika, dia pun mengukuhkan argumentasinya dengan mengutip ayat-ayat dari Al-Kitab (Bibel) untuk membantah doktrin Trinitas itu, seperti katanya :
“Jika Yesus sendiri telah mengatakan : “Bapa lebih besar dari pada aku.” (Injil Matius : 14 :28), bagaimana kita bisa percaya bahwa Allah dan Yesus itu sama. Kepercayaan seperti itu sangat bertentangan dengan sabda Yesus sendiri di dalam kitab suci.
Pendapat Arius itu tidak bisa dibantah oleh semua Uskup yang hadir pada sidang itu. Tetapi Patriarch Alexander, dengan menggunakan kekuatan jabatannya, menjatuhkan vonis “Hukuman Pengucilan Gereja” terhadap Arius dalam tradisi Gereja. Siapa saja yang mendapat hukuman pengucilan itu, maka tumpahan darahnya menjadi halal, serta pembunuhnya akan mendapatkah sorga karena telah berjasa membasmi pembawa ajaran bidat (sesat). Tetapi Arius mempunyai benyak pengikut yang pengaruhnya sangat luas, sehingga tidak bisa dianggap enteng oleh pihak Gereja Trinitas, apalagi para Uskup Wilayah Timur sangat tidak membenarkan vonis Patriarch Alexander tersebut.
Pertentangan masalah keyakinan ini semakin memuncak. Alexander berada posisi terjepit, bahkan sangat kecewa karena para Uskup Wilayah Timur malah mendukung Arius, terutama Eusebius Nicomedia (mati 342 M), sahabat Arius yang sangat berpengaruh di lingkungan istana Constantinopel dan Eusebius Caesarea (260-340 M) memberikan dukungan yang sangat besar kepada Arius. Dua orang ini dan Arius adalah murid Lucian. Pembunuhan gelap terhadap guru mereka, membuat hubungan mereka bertiga semakin erat. Sampai sekarang kita bisa melihat surat Arius yang dikirim kepada Eusebius Constantinopel, setelah ia dijatuhi vonis “Hukuman Pengucilan” dari Alexander. Diantara isi surat tersebut berbunyi :
“Kami dihukum karena menyatakan Yesus itu mempunyai permulaan, sedangkan Allah tidak mempunyai permulaan”.
Catatan mengenai pertentangan tajam waktu itu sangat sedikit sekali yang dapat kita jumpai. Adapun surat-surat yang masih selamat menunjukkan bahwa Arius sangat tabah mempertahankan ajaran Yesus yang murni dan bebas dari campuran serta perubahan. Sedangkan kumpulan surat-surat Alexander memperlihatkan, Patriarch itu menggunakan bahasa yang tidak sopanterhadap Arius dan para pendukungnya. Diantara surat-surat itu, Alexander menulis sebagai berikut :
“Mereka telah dikuasai Iblis yang merusak dalam diri mereka. Mereka adalah tukang sulap dan penipu yang cerdik merayu. Mereka itu kelompok penyamun yang hidup dalam persembunyian, yang siang malam mengutuki Kristus ............ mereka mendapatkan banyak pengikut dengan memperalat wanita-wanita tuna susila.”
Surat yang bernada kasar itu membangkitkan kemarahan Eusebius. Ia mengundang seluruh Uskup di Wilayah Timur untuk menjelaskan duduk persoalannya. Pertemuan para Uskup itu menghasilkan keputusan untuk mengirim surat kepada seluruh Uskup Timur dan Barat, agar mendesak Patriarch Alexander supaya mencabut hukuman yang dijatuhkan kepada Arius. Patriarch Alexander mau mencabut hukumannya dengan syarat Arius mau tunduk kepadanya. Syarat itu ditolak oleh Arius, lalu ia pergi ke Palestina untuk membina jemaat Kristen disana. Patriarch Alexander mengirimkan surat kecaman terhadap Arius dan Eusebius kepada seluruh pelayan-pelayan Gereja Katolik. Alexander menuduh Eusebius telah mendukung Arius bukan karena keyakinan yang dianut oleh Arius, melainkan disebabkan oleh kepentingan ambisius.
Kaisar Constantin melihat situasi dalam Kristen semakin memburuk, maka dia terpaksa turun tangan dengan mengirimkan surat kepada kedua belah pihak. Kaisar Constantin sangat mengharapkan kesatuan pendapat dalam beragama, karena hal itu sangat menjamin stabilitas daerah yang telah dikuasainya, sehingga ia meminta agar melupakan pertentangan tersebut. Sementara itu terjadi persengketaan antara Constantin dengan saudara iparnya, Lucianus, yang menguasai wilayah Tracia. Dalam pertempuran tahun 324 M, Lucianus tewas. Karena dia termasuk pendukung Arius, kematiannya mengakibatkan posisi Arius mulai mengalami kemunduran. Sekalipun Constantin memenangkan pertempuran, dia tetap tidak mampu membendung kerusuhan yang melanda beberapa wilayah Romawi. Kaisar Constantin tidak mempunyai jalan lain kecuali mengundang seluruh Uskup untuk menyelesaikan persoalan yang rumit tersebut. Posisi dirinya yang masih menganut Paganisme bisa menguntungkan dia. Karena tidak termasuk pengikut salah satu sekte Kristen, maka dia bisa menjadi pemimpin sidang dan penengah yang tidak memihak. Kaisar Constantin ini direstui oleh para Uskup, karena tidak ada pihak yang menyetujui sekte lain memimpin sidang itu. Sidang para Uskup tahun 325 M yang dipimpin Kaisar Constantin itulah yang disebut Koncili Nicea.
Anggota sidang Gereja sedunia yang pertama ini ini kebanyakan terdiri dari para Uskup yang masih lugu, jujur dan berpegang teguh pada keyakinannya masing-masing. Tetapi kurang memiliki pengetahuan yang luas mengenai latar belakang kayakinan yang dianutnya. Di saat itulah secara mendadak mereka harus berhadapan dengan tokoh-tokoh yang sangat menguasai filsafat Yunani, sehingga mereka tidak bisa memahami ungkapan-ungkapan filosofis yang didengarnya. Sebaliknya, mereka malah kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan pendapatnya, apalagi harus menghadapi argumentasi pihak lain yang berdasarkan logika. Oleh karena itu mereka harus dihadapkan pada dua pilihan yaitu bertahan pada keyakinan semula secara diam-diam atau malah menyetujui apa saja yang diputuskan oleh pimpinan sidang. Wakil-wakil dari pihak Gereja Paulus (Trinitas) yang mempertahankan tiga oknum, ternyata mereka hanya mampu menunjukkan dua oknum saja yaitu Bapa (Allah) dan Anak (Yesus). Mereka tidak berdaya untuk mencari dalil dari Al-Kitab (Bibel) bahwa Roh Kudus itu adalah salah satu dari oknum ketuhanan.
Para Uskup murid Lucius seperti Arius dapat dengan mudah menyudutkan pihak Gereja Paulus dari masalah satu ke permasalahan yang lainnya dalam Trinitas. Pihak Unitarian mengakui, didalam Al-Kitab (Bibel), Yesus memanggil Allah dengan sebutan “Bapa” dan menyebut dirinya dengan “Anak”, tetapi mereka dapat menunjukkan kepada lawannya mengenai sabda Yesus yang berbunyi :
“Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang disorga”. (Injil Matius : 23 :9)
Dengan demikian, oknum Anak itu bukan hanya satu, bukan hanya Yesus saja, melainkan bermiliyar-milyar manusia. Pihak Trinitas tidak mampu mematahkan argumentasi ini, sebab kepercayaan terhadap doktrin Trinitas yang diyakini oleh mereka tidak berdasarkan kitab Injil. Dengan susah payah mereka berusaha membuktikan bahwa Bibel telah menyatakan “Yesus adalah bayangan Allah Yang Maha Benar”. Pihak Unitarian menjawab: “Kita sebagai manusia adalah bayangan dan kemegahan Tuhan. Jika dikatakan bahwa Bayangan Allah itu adalah Tuhan, berarti seluruh manusia itu adalah Tuhan juga”.
Perdebatan dalam sidang semakin meruncing, dan semua pihak merasa pesimis terhadap hasil sidang itu, yang pada akhirnya masing-masing pihak saling mengharapkan dukungan Kaisar Constantin yang memegang keputusan terakhir. Constantina, adik kandung Kaisar Constantin yang menganut paham Unitarian segera memberitahu Eusebius Nicomedia bahwa Kaisar ingin mempersatukan Gereja, karena perpecahan akan sangat membahayakan kekaisaran. Jika tidak tercapai persetujuan dan kesamaan keyakinan, mungkin kaisar akan kehilangan kesabaran dan menarik bantuannya kepada Gereja, yang nantinya dapat mengakibatkan keadaan Kristen lebih memperihatinkan daripada sebelumnya. Eusebius berunding dengan Arius bersama para sahabat lainnya, dan mengambil kebulatan tekad untuk tetap mempertahankan keyakinannya serta tetap menolak dogma Trinitas, yang mungkin akan mendapatkan suara mayoritas dalam konsili Nicea itu.
Dukungan Constanti terhadap Gereja Paulus akan menambah kekuasaan Gereja serta akan mampu menghabisi Gereja Rasuli (Unitarian) di Afrika Utara dengan segala bentuk kekerasan. Untuk mendapatkan dukungan itu, Gereja Paulus menyetujui perubahan-perubahan pada agama Kristen, karena pemujaan terhadap dewa Matahari sudah menjadi tradisi bangsa Romawi pada waktu itu. Dalam tradisi itu, kaisar yang berkuasa dipandang sebagai perwujudan dewa Matahari, maka Gereja Paulus menyusun rumusan sebagai berikut :
·      Hari Minggu (hari dewa Matahari bangsa Romawi) dijadikan hari Sabat bagi agama Kristen.
·      Hari kelahiran dewa Matahari tanggal 25 Desember dijadikan hari kelahiran Yesus.
·      Lambang dewa Matahari, Salib Sinar, dijadikan lambang resmi agama Kristen.
·      Untuk menyatukan upacara ritual kepada dewa Matahari dan Yesus, patung dewa Matahari pada salib itu diganti dengan patung Yesus.
Kaisar Constantin merasa sangat puas karena jurang perbedaan antara agama Kristen dan agama Pagan yang dianut oleh bangsa Romawi bisa di akhiri. Akhirnya dogma Trinitas itu dapat diterima dengan suara terbanyak sebagai keyakinan resmi dalam agama Kristen. Pengertian ke-Esa-an Tuhan dalam bahasa Yesus pun akhirnya berubah maknanya setelah disalin dalam bahasa Filsafat Neo-Platonisme yang kini dikenal dengan Mystic Of Trinity (Trinitas yang gaib). Setelah perubahan pengertian ke-Esa-an Tuhan diterima oleh suara terbanyak, langkah perumusan ajaran Kristen lainnya semakin jauh menyimpang dari ajaran Yesus hingga kini. Rumusan Credo Nicea yang dikenal sampai kini adalah rumusan yang ditanda tangani oleh peserta konsili itu, dengan mendapatkan dukungan penuh dari Kaisar Constantin.
Karena pihak Arius tidak mengakui hasil keputusan konsili itu, maka diumumkan Anathema (kutukan) terhadap ajaran Arius, yang berbunyi :
“Bagi orang yang berkata : “Ada jarak waktu dimana Yesus belum ada. Sebelum dilahirkan, Yesus tidak ada. Yesus diciptakan dari yang tidak ada. Anak (Yesus) berbeda zatnya dengan Allah. Yesus adalah objek perubahan; Maka Gereja Katolik menjatuhkan kutukan”.
Setelah peserta konsili pulang ke daerah asalnya masing-masing, mereka terlibat kembali dalam perdebatan mengenai keputusan konsili itu. Para pengikut Unitarian yang selalu menentang keputusan konsili itu ditangkapi, dan yang tidak mau bertaubat untuk menerima doktrin Trinitas dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah dan disiksa hingga mati. Arius sendiri sejak tahun 325 M, telah dimasukkan ke penjara bawah tanah di pulau kecil sekitar selat Bosporus. Walaupun begitu, perdebatan terus meruncing diwilayah kekuasaan Romawi. Hanya Athanasius yang masih mematuhi keputusan itu, sedangkan para pendukungnya semakin kebingungan menghadapi tantangan yang semakin besar dan rumit. Sabinas, Uskup tertua di Thracia menyatakan bahwa :
“Orang-orang yang hadir dalam konsili Nicea itu adalah orang-orang yang dungu dan bodoh. Keputusan konsili itu sebenarnya disahkan oleh orang-orang yang sangat tolol, yang tidak memiliki pengetahuan dalam masalah itu”.
Setelah konsili itu selesai, Patriarch Alexander mati pada tahun 328 M, maka terjadilah perebutan jabatan keuskupan Iskandariah. Athanasius dipilih dan ditahbiskan menjadi Uskup di daerah Iskandariah. Pemilihan itu ternyata menimbulkan kecaman keras karena dilakukan dengan intimidasi dan tindak kekerasan. Para pengikut Arius dan Meletius melakukan perlawanan yang sengit terhadap Athanasius. Constantina, saudara kaisar Constantin sangat menentang pembunuhan terhadap orang-orang Kristen Unitarian, terutama tentang pembuangan Eusebius Nicomedia. Dia tetap mempertahankan bahwa Arius adalah pemimpin agama Kristen yang benar. Akhirnya, Constantina berhasil membebaskan Eusebius Nicomedia agar kembali ke istana. Kembalinya Eusebius ini merupakan pukulan telak bagi kelompok Athanasius. Constantin semakin condong ke Arius. Ketika mendapat laporan tentang kecaman masyarakat Kristen atas pemilihan Athanasius, dia memanggil uskup itu agar datang ke Constantinopel. Dengan berbagai alasan, Athanasius tidak mau datang ke ibu kota. Pada tahun 335 M, ketika dilangsungkan konsili di kota Tyre untuk memperingati 30 tahun pemerintahan Constantin, Athanasius diwajibkan untuk menghadirinya. Dalam konsili itu, ia dituduh telah melakukan kelaliman diwilayah keuskupannya. Karena suasana sidang itu sangat menyudutkan dirinya, maka ia segera keluar sebelum sidang konsili menjatuhkan hukuman kutukan kepada dirinya. Para uskup kemudian meneruskan sidang di Yerusalem dan mengukuhkan kutukan terhadap Athanasius serta menerima kembali Arius kepangkuan Gereja.
Kaisar Constantin mengundang Arius dan Eusebius Nicomedia ke Constantinopel. Perdamaian antar Arius dan kaisar terjalin dengan baik serta para uskup menjatuhkan hukuman kutukan kepada Athanasius. Dengan memberanikan diri, Athanasius datang menghadap kaisar yang disaksikan oleh Eusebius. Dia menyadari bahwa keputusan konsili Nicea yang bertentangan dengan Arius itu hanya berdasarkan pertimbangan politis. Kaisar menuduh Athanasius menghalangi pengiriman gandum ke ibu kota, oleh karena itu dia dibuang ke Trier wilayah Gaul. Arius akhirnya diangkat secara resmi menjadi Patriarch Constantinopel, tetapi jabatan itu tidak lama dipegangnya. Dia meninggal secara mendadak pada tahun 336 M karena makanannya diberi racun. Pihak Gereja menganggapnya suatu keajaiban, tetapi pihak istanamalah mencurigai peristiwa kematian tersebut. Kaisar membentuk komisi khusus untuk menyelidikinya. Athanasius terbukti sebagai otak pembunuhan itu dan dia dijatuhi hukuman kutukan.
Kaisar Constantin yang perasaannya sangat terguncang atas kematian Arius itu, dibawah bimbingan Constantina, akhirnya memeluk agama Kristen Unitarian dan dibaptis oleh Eusebius Nicomedia. Pada tahun 337 M kaisar Constantin ini meninggal dunia dengan membawa keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Yesus adalah manusia biasa sebagai hamba dan utusan-Nya saja. Arius memiliki peranan penting dalam sejarah Kristen. Bukan hanya jasanya yang berhasil menarik kaisar Constantin memeluk Kristen, tetapi juga mewakili orang-orang yang tabah dalam mempertahankan ajaran Yesus yang murni. Disaat itu ajaran Yesus sudah mulai tercampur aduk dengan kepercayaan Pagan dan Politeis, sehingga ajaran Kristen yang asli dan yang palsu semakin kabur.
Demikianlah sekelumit gambaran orang-orang yang sangat menentang dogma Trinitas karena mereka menganggap doktrin ini salah besar dan tidak pernah ada serta tidak pernah diajarkan Yesus. Alloh SWT, telah menurunkan agamaNya yang benar dan lurus kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi dan rasulNya yang terakhir dengan nubuwatnya yang bergelar “Messias atau Al-Masih” asli sesuai dengan kitab-kitab suci terdahulu, untuk meluruskan seluruh ajaran yang telah menyimpang tersebut.
“Maka berimanlah kamu kepada Alloh SWT dan rasul-rasul (utusan Alloh)….”. (QS. An-Nisa’ : 171)
 “Maka apabila Rasul Allah itu tiba,ia akan membersihkan kitabku dari segala kerusakan yang diperbuat oleh kaum durjana”. (Injil Barnabas :124:11)
Dari berbagai uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Yesus tidak pantas diangkat menjadi tuhan karena ia termasuk makhluk hina seperti manusia yang lainnya, lagi pula mengangkat Yesus sebagai tuhan merupakan photo copy dari ajaran berhala, dengan kata lain meniru cara penyembahan berhala. Lalu apa bedanya antara sebuah patung orang Kafir (kaum Pagan) dengan sebuah patung Nasrani ? Banyak sarjana Barat yang memberikan kesaksian yang akhirnya berbalik menentang ajaran Trinitas diantaranya :
a. Arnold Toynbee dalam bukunya “A Study Of History, jilid VI hal. 377”. Ia membawakan banyak sekali persamaan-persamaan kisah Yesus dengan kisah pahlawan-pahlawan Helenisme seperti Agis, Celomenes, Eunus, Solvius, Aristonicus, Tiberius, Grocecus dan lain-lain. Maka sangat mungkin sekali kisah Yesus adalah Plagiat (Jiplakan, tiruan) dari dongeng kuno diatas.
b.Lord Headly dalam bukunya “The Affinity Between Original Church Of Jesus Christ And Islam, hal. 75” menyatakan bahwa semua ajaran pokok agama Kristen itu sama sekali bukan dari Yesus. Semua dogma Trinitas itu bulat-bulat adalah jiplakan dari agama Kafir (Paganisme) yang sengaja dimasukkan oleh para pendeta mereka 300 tahun setelah Yesus wafat. Misalnya kisah-kisah Mitraisme dari Persia (Iran sekarang), Adonis – Atis dari Syiria, Oziris – Isis – Horus dari Mesir, Bel Astarte dari Babilonia, Dionysus dari Yunani. Hal ini diperkuat oleh Dr. Dunkman dan para sarjana Barat bahwa dogma Kristen memang berasal dari kisah-kisah Kafir tersebut diatas. Swami Abhedananda menyatakan bahwa sejak permulaan sejarah Gereja sampai saat ini, buah pikiran dan kebebasan budi yang mewataki agama yang murni telah ditekan, yang akhirnya memberi kesempatan kepada Fanatisme buta, kepercayaan tanpa akal, pemutar-balikan penyelidikan dan penyiksaan pengadilan agama, serta kejahatan berkedok agama.
Dalam penjabaran singkat ini, penulis menawarkan satu wacana pemikiran baru pemahaman tentang Tuhan Alloh SWT serta mengungkap Messias yang sebenarnya dalam Bibel Perjanjian Baru ini. Penulis sengaja memilih Injil Yohanes sebagai bahan kajian ajaran umat Kristiani dengan alasan bahwa apa yang telah tertulis didalamnya lebih runtut dan lebih luas dibandingkan Injil Matius, Injil Lukas dan Injil Markus. Hal ini lebih mudah untuk digunakan sebagai bahan rujukan oleh kaum Missionaris dalam “menjajakan” agamanya kepada orang lain.
Kajian diatas dikupas menurut Injil Yohanes dalam “Al-Kitab Dengan Kidung Jemaat” terbitan LAI (Lembaga Al-Kitab Indonesia) tahun 2001 M. Adapun tujuan ditulisnya kajian pemikiran ini yang paling utama adalah untuk mengajak para pembaca agar lebih jeli dalam berfikir, lebih adil dalam bertindak, lebih teliti dan lebih dewasa dalam membaca Injil Yohanes terutama yang berkaitan dengan Aqidah serta keyakinan yang paling mendasar umat Kristiani serta hakikat ketuhanan yang ada didalamnya. Hal ini bersumber dari sekelumit pertanyaan dari jutaan persoalan :“Benarkah Tuhan itu Tiga tetapi Satu?, Lalu siapakah yang wajib disembah sebagai Tuhan Penguasa alam semesta ?Jika benar Tuhan itu Trinity (Trimurti dalam Hinduisme), bolehkah hanya menyembah salah satu saja dari oknum Trinity seperti dalam tradisi Hinduisme?”. Jika boleh, mana dalilnya dan bagaimana kedudukan dua oknum lainnya yang tidak dipilih untuk disembah ?” serta masih banyak lagi permasalahan yang sudah tentu tidak mungkin mampu dijawab Kristen melalui Injilnya dengan tepat.
Anjuran dalam membaca kajian ini adalah membacanya dengan teliti, berfikiran terbuka serta berani berfikir secara logis, sehingga apa yang ditemukan oleh pembaca dapat difahami dengan akal sehat, manusiawi dan merasa terpuaskan oleh renungan diri sendiri.
Perlu diingat bahwa istilah kalimat yang telah tertulis didalam Injil Yohanes seperti Tuhan Bapa,Tuhan Israel, Allah Israel, Allah Musa, Allah Ibrahim, Allah Ishak, Tuhan Allah, Yang Maha Terang, Yaa Huwa/ Jahweh/ YHW/ JHW, Jehova, El-Yot, Ellohim merupakan nama sebutan lain bagi Allah SWT (Asma’ul Husna, Red) menurut penulis, yang tetap merujuk kepada Allah Yang Esa.
Harapan penulis, semoga kajian singkat ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang menginginkan pencerahan jiwa untuk menemukan jalan lurus kepada Tuhan yang Maha Sejati dalam segala-galanya.

DAFTAR PUSTAKA

Injil Barnabas, H. Husin Abu Bakar AlHabsyi & Abu Bakar Basymeleh (Penerjemah), Mutiara Ilmu, Surabaya, 1996,
Al-Kitab dengan Kidung Jemaat, Lembaga AlKitab Indonesia, Jakarta, 2001.
Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, K. H. Bahaudin Mudhary, Kiblat Center, Jakarta, 1984.
Pendeta berpendapat & Ulama Meralat H. Ischaq A. Razak, Pustaka Progresif, Surabaya, 1991.
Injil Membantah Ketuhanan Yesus, Ahmed Deedat, Gema Insani Press, Jakarta, 1994.
100 Jawaban untuk Misionaris K. H. Abdullah Wasi’an, Pustaka Da’I, Surabaya, 1995.
Qurratul ‘Uyun, Syaich Imam Asy-Syarief Al-Hammam Al-‘Alim Al-Robbany Al-‘Arif Ash-Shomadaany Abi Muhammad Maulana Aql-Tihaamy Kanuzy Al-Idriisy Al-Chasany, Toko Al-Hidayah, Surabaya.
Tauhid Ataukah Trinitas, M. Islam, Pustaka Da’i, Surabaya, 1993