Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Injil Yohanes)
1. Kalimat “Firman itu
telah menjadi manusia” mempunyai makna yang sesungguhnya, bahwa Firman (kalam
Tuhan) itu telah terwujudkan dengan adanya seorang penyampai
(penghubung) yang disebut dengan utusan, nabi atau rasul yang
temasuk diantaranya Yesus, sebagai perealisasi kalam Tuhan tersebut
kepada seluruh umat manusia, sebagaimana termaktub :
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus
aku”. (Injil Lukas : 4 : 18)
Adapun kabar baik yang disampaikan kepada bangsa Yahudi Israel tersebut yaitu akan datangnya seorang utusan Messias dan Messias sejati. Utusan Messias tersebut adalah Yesus, sedangkan Messias sejati itu adalah Muhammad SAW sebagaimana yang temaktub :
“Dan itulah kitab Musa yang benar. Di dalamnya ada tersurat Ismail itu adalah Bapak Messias, sedangkan Ishak adalah bapak utusan Messias”. (Injil Barnabas : 191 :4-5)
Ini berarti bahwa, didalam Kitab Taurat Musa juga telah terdapat
identitas serta tanda-tanda akan datang seorang utusan Messias dan sang Messias
sejati. Disana disebutkan bahwa Ismail merupakan bapak dari Messias
sejati itu, sedangkan Ismail merupakan putra tertua Ibrahim dengan
Isterinya yang sah bernama Hagar (seorang perempuan Mesir), maka
keturunannya juga berada di Tanah Mesir dan Arab, sehingga Ismail pun menikahi
salah seorang putri dari kepala suku Arab Jurhum (yaitu salah satu suku
Arab Purba) di tanah Arab dan melahirkan 12 raja suku besar Arab sampai
sekarang ini. Berikut nama anak-anak Ismail :
“Inilah anak-anak Ismael, disebutkan menurut urutan lahirnya : Nebayot
anak sulung Ismael, selanjutnya Kedar, Adbeel, Mibsam, Misyma, Duma, Masa,
Hadad, Tema, Yetur, Nafish dan Kedma. Itulah anak-anak Ismael, dan itulah
nama-nama mereka, menurut kampung mereka dan menurut perkemahan mereka, dua
belas orang raja, masing-masing dengan sukunya”.
(Kitab Kejadian : 25 : 13 - 16)
Dari keturunan Ismail ini muncul nama nabi besar Muhammad SAW
utusan Allah dari keturunan Nebayot (Nabith, putra sulung
Ismail) yang juga diberikan kepadanya Kitab Suci Al-Qur’an.
Berikut silsilah Nabi Muhammad SAW hingga Ismael :
“Muhammad SAW (putra) bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin
Abdul Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiy bin Gholib bin
Fihrin bin Malik bin Nadlor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudlor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan bin ‘Uddin bin Udad bin
Muqowam bin Nahor bin Thoirah bin Ya’rub bin Yasyjub bin Nabith (Nebayot) bin
Ismael bin Ibrahim (Abraham/ Abram) bin Terah”.
Jadi, yang benar adalah Ismail putra sulung Ibrahim dan bukan Iskhak.
Ayat lain juga telah menyebutkan bahwa Tuhan menggenapi janjinya kepada Ibrahim
dengan tiga kali perjanjian. Pertama dengan Abraham pribadi, kedua dengan
Ismael dan ketiga dengan Ishaq :
A. Perjanjian Allah yang pertama dengan Abraham (Ibrahim) yaitu ketika ia berumur 99 tahun,
dapat kita temukan dalam Kitab Kejadian : 17 terutama ayat berikut :
“Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Ku-buat
menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan
mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun
menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah
keturunanmu”. (Kitab Kejadian : 17 : 6-7)
Setelah itu, Allah memberikan penegasan kembali kepada Abraham dengan
ayat sebagai berikut :
“Lalu Tuhan membawa Abraham keluar serta berfirman : “Coba lihat
kelangit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya”. Maka
firman-Nya kepadanya : “Demikianlah benyaknya nanti keturunanmu”. (Kitab
Kejadian : 15 : 5)
Hal ini terjadi dikala Ibrahim sudah putus asa dengan berharap seorang
keturunan dari Sarai yang telah sangat tua (berumur 90 tahun), sehingga beliau
kembali berdo’a kepada Allah seperti yang telah termaktub berikut :
“Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya :
“Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan
mungkinkah Sarai, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan
seorang anak ?”. Dan Abraham berkata kepada Allah : ”Ah, Sekiranya Ismael diperkenankan
hidup dihadapan-Mu”. (Kitab Kejadian : 17 : 17-18)
Demikianlah perjanjian pertama itu dibuat dengan Abraham (Ibrahim)
pribadi mengenai keturunannya dan perintah bersunat (memotong kulit khatan
bagi laki-laki) sebagai tanda persetujuan perjanjian, dan perjanjian ini
berlaku untuk semua keturunan Ibrahim, baik yang dilahirkan oleh Hagar, Sarai,
Ketura dan gundik nya yang lain sebagaimana berikut :
“Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan
kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki diantara kamu harus disunat”.
(Kitab Kejadian : 17 : 10)
B. Perjanjian Allah yang kedua dengan Ismael tentang pemberkatan keturunan Abraham
(Rahmatan Lil ‘Alamin) sebagaimana berikut :
“Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan kuberkati,
Ku-buat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja,
dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar”.(Kitab
Kejadian : 17 : 20)
“Maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat
keturunanmu sangat banyak seperti bintang dilangit dan seperti pasir ditepi
laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh
keturunanmulah semua bangsa dibumi akan mendapat berkat, karena engkau
mendengarkan firman-Ku”.(Kitab Kejadian : 22 : 17-18)
C. Perjanjian Allah yang ketiga dengan Ishaq tentang pemberian tanah hak milik,
sebagai berikut :
“….. engkau akan menamai dia Ishaq, dan Aku akan mengadakan
perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk
keturunannya”. (Kitab Kejadian : 17 : 19)
“Tetapi perjanjian-Ku akan Ku-adakan dengan Ishaq, yang akan dilahirkan
Sarai bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga ”. (Kitab Kejadian
: 17 : 21)
Dari ayat-ayat diatas telah nampak dengan jelas bahwa keturunan Ibrahim
yang diberkati oleh Allah adalah Ismael dan seluruh keturunannya yaitu Bangsa
Arab, sedangkan apa yang telah dilakukan oleh Allah kepada Ishaq hanyalah
perjanjian tentang pemberian hak milik tanah kepadanya dan seluruh keturunannya
yaitu Bangsa Israel dikemudian hari yaitu tanah negeri
Kana’an. Sebagai berikut :
“Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Ku-berikan negeri ini yang kau
diami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Ku-berikan menjadi
milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka. Lagi firman
Allah kepada Abraham : “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku,
engkau dan keturunanmu turun-temurun”. (Kitab Kejadian : 17 : 8 – 9)
Dari beberapa bukti ayat diatas, tidak dapat disangkal lagi bahwa
keturunan Abraham yang pertama adalah Ismael yang diberkati lebih dahulu dengan
perjanjian kedua walaupun sudah terlambat. Dikatakan pemberkatan yang
terlambat, karena pada waktu peristiwa dialog ini antara Abraham dengan Allah,
ternyata Ismael telah berusia 13 tahun, sedangkan Ishaq baru
diberikan tanda kapan kelahirannya saja seperti yang termaktub dalam
Kitab Kejadian : 17 : 21 diatas. Berikut ayat yang menyebutkan tentang keadaan
Ismael pada waktu perjanjian kedua tersebut berlangsung :
“Setelah itu Abraham memanggil Ismael, anaknya, dan semua orang yang
lahir dirumahnya, juga semua orang yang dibelinya dengan uang…..”. (Kitab
Kejadian : 17 : 23)
Jika Ismael masih kecil, tentunya Abraham menggendong/ membimbing/
menuntunnya dan tidak sekali-kali memanggilnya seperti layaknya anak yang sudah
besar (dewasa). Maka Ismael sudah dewasa seperti berikut :
“Dan Ismael, anaknya, berumur tiga belas tahun ketika dikerat kulit
khatannya (disunat)”.
(Kitab Kejadian : 17 : 25)
Ada bukti yang lain yang harus kami ungkapkan, yaitu tentang peristiwa
korban bakaran yang didalam Islam dikenal Qurban yang
berarti Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan ternak
sebagaimana hukum Syara’ Islam. Ibrahim mendapat perintah dari Allah
untuk mempersembahkan putranya yang paling ia sayangi karena Allah hendak
mencobai Ibrahim, sebagaimana termaktub berikut :
“Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya :
“Abraham,” lalu sahutnya : “ya, Tuhan.” Firman-Nya : “Ambillah anakmu yang
tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq, pergilah ketanah Moria dan
persembahkanlah dia disana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang
akan Ku-katakan kepadamu”.(Kitab Kejadian : 22 : 1-2)
Nama Ishaq yang kita temukan dalam ayat ini
ternyata salah, nama tersebut rubahan dari nama Ismael.
Hal ini dilakukan oleh para pengikut ajaran setan dan pihak Gerejani yang
bertujuan untuk menghilangkan bukti otentik sejarah dan garis keturunan
sang Messias sejati yang telah disebut-sebut oleh seluruh para utusan
Allah dan bahkan Yesus itu. Hal ini dapat dijelaskan secara
rasional sebagai berikut :
ü
Bahwa anak laki-laki yang paling disayangi oleh Abraham (Ibrahim) adalah
Ismael dengan bukti do’a Abraham (Ibrahim sewaktu putus asa) untuk
mendapatkan keturunan :
Dan Abraham berkata kepada Allah : ”Ah, Sekiranya Ismael diperkenankan
hidup dihadapan-Mu”. (Kitab Kejadian : 17
: 18)
ü
Kecemburuan Sarai kepada Hagar sehingga ia meminta kepada Abraham untuk
segera mengusir Hagar, seperti berikut :
“Berkatalah Sarai kepada Abraham : “Usirlah hamba
perempuan itu beserta anaknya….”.
(Kitab Kejadian : 21 : 10)
ü
Jika benar nama Ishaq sebagai “anak yang
Tunggal” walau kalimat aslinya adalah “anakmu yang
sulung” bagi Abraham, maka ayat ini akan
berlawanan (Kontradiksi) dengan ayat-ayat yang lain pada Kitab
Kejadian pasal 22 tentang kepercayaan Abraham diuji oleh Allah. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa ketika peristiwa korban bakaran itu terjadi, Ishaq baru
disapih yakni pada umur 7 tahun, sedangkan Abraham telah
berumur 107 tahun karena pada usianya yang ke 100
tahun, Sarai melahirkan Ishaq baginya dan adat bagi orang Yahudi ketika
menyapih anaknya adalah pada umur 7 tahun seperti berikut :
“Maka bagaimanakah Ishak itu bisa menjadi putera sulung sedang ketika ia dilahirkan Ismail telah berumur tujuh tahun”. (Injil Barnabas : 44 :11)
ü
Adapun Ismael telah berumur 21 tahun, karena ia dilahirkan
ketika Abraham berusia 86 tahun, sehingga 107 – 86 = 21 tahun.
Maka umur Ishaq pada waktu korban bakaran adalah 7 tahun
dan umur Ismael adalah 21 tahun, sedangkan peristiwa korban
bakaran ini terjadi ketika Abraham berusia 107 tahun. Maka
nama Ishaq adalah nama yang Illegal (Tidak
resmi dan tidak sesuai dengan aslinya). Inilah adat dari para penganut ajaran
setan yang selalu merubah ayat demi kepentingan sendiri. Kebenaran
yang asli adalah Ismael, karena bersesuaian dengan ayat berikut :
“Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya
kebahu Ishaq, anaknya, sedang ditangannya dibawanya api dan pisau”.
(Kitab Kejadian : 22 : 6)
Pertanyaannya : mampukah anak yang berusia 7 tahun membawa pisau
dan api serta memikul kayu bakar untuk jarak yang jauh dengan berjalan kaki
? Hal inilah yang terjadi pada Ishaq. Maka kebenaran yang rasional adalah
Ismael yang telah berusia 21 tahun. Ada pula pendapat yang
menyatakan bahwa umur Ismael pada waktu menjadi korban bakaran adalah 14 tahun
sesuai dengan Injil Barnabas diatas, yaitu ketika Ishaq disapih baru
berusia 7 tahun, maka Ismael pada waktu itu telah
berumur 14 tahun karena jarak umur jika dilihat dari jangka
kelahiran antara Ismael dengan Ishaq adalah 7 tahun. Hal ini
juga diperkuat oleh Al-Qurán yang menceritakan detik-detik sebelum terjadinya
korban bakaran :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ
اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ
يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ
الصّٰبِرِيْنَ
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya,
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab,
“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah
engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Ash-Shofat: 102)
ü
Bukti yang lain adalah bahwa perintah untuk korban bakaran itu,
sebenarnya diterima Abraham di tanah Birsyeba (tanah padang tandus di
wilayah Arab, tempat kediaman Hagar bersama Ismael setelah diusir oleh
Abraham). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peristiwa perjanjian antara
Abimelekh dengan Abraham disebuah tempat di padang pasir tandus dengan seorang
saksi yang bernama Pikhol (Panglima tentara Abimelekh, orang Filistin).
Perjanjian yang tejadi antara Abimelekh dan Abraham adalah mengenai penggalian
sumur yang dikenal dengan sumur Zam-Zam (sebuah sumber mata
air ditengah padang pasir di wilayah tanah Arab, yang dulu pernah digunakan
sebagai sumber air minum bagi Hagar dan Ismael ketika awal kedatangannya
ditempat tersebut karena diusir oleh Abraham) seperti pada ayat berikut :
“Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sumur; ia pergi
mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum”. (Kitab
Kejadian : 21 : 19)
Nah, dari perjanjian ini diperoleh kesepakatan ikrar bahwa Abraham menyerahkan
7 ekor anak domba jantan kepada Abimelekh sebagai tanda bahwa sumur tersebut
digali oleh Abraham (Ibrahim), sehingga tempat itu bernama Birsyeba seperti
berikut :
“Sebab itu orang menyebutkan tempat itu Birsyeba, karena kedua orang itu
telah bersumpah disana”. (Kitab Kejadian : 21
: 31)
ü
Nama Moria sebenarnya adalah Marwah yang
berarti “Tuhan telah menyediakan” yaitu sebuah pegunungan yang
berada di wilayah tanah Arab saja, bukan di wilayah tanah Palestina :
“Dan Abraham menamai tempat itu : “Tuhan menyediakan”; sebab itu sampai
sekarang dikatakan orang : “Diatas gunung Tuhan, akan disediakan”. (Kitab
Kejadian : 22 : 14)
ü
Setelah peristiwa penyembelihan tersebut, Abraham pulang ke Birsyeba
(tanah Arab) bersama anaknya tersebut dan tinggal disana untuk beberapa waktu
lamanya :
“Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka
bersama-sama berangkat ke Birsyeba; dan Abraham tinggal di Birsyeba”. (Kitab
Kejadian : 22 : 19)
Seandainya anak yang dijadikan korban bakaran tersebut adalah Ishaq,
maka harusnya Ibrahim pulang ke Kiryat Arba (tanah Hebron, Palestina) untuk
menemui Sarai (ibunya Ishaq) yang tinggal disana :
“Kemudian matilah Sarai di Kiryat Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan...”. (Kitab Kejadian : 23 : 2)
Hal ini juga berdasarkan pada Al-Kitab yang membahas tentang Hak Kesulungan seseorang sebagaimana yang termaktub berikut, sesuai dengan
keadaan Ibrahim (Abram/ Abraham) beserta kedua isterinya yaitu
Sarai istri pertama Abraham dan Hagar yang selalu dicemburui oleh
Sarai:
“Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai, maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung. tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan”. (Kitab Ulangan : 21 : 15 - 17)
Masih ada keturunan Abraham (Ibrahim) yang lain dari isteri yang sah
bernama Ketura dan dari istri-istrinya yang lain sebagaimana
termaktub :
“Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. Perempuan itu
melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah”. (Kitab
Kejadian : 25 : 1-2)
“Tetapi kepada anak-anaknya yang diperolehnya dari gundik-gundiknya , ia
memberikan pemberian; kemudian ia menyuruh mereka – masih pada waktu ia hidup –
meninggalkan Ishak, anaknya, dan pergi kesebelah timur, ke Tanah
Timur”. (Kitab Kejadian : 25 : 6)
Adapun Ishak mempunyai keturunan yang sangat besar jumlahnya dari
Yakub yang bergelar Israel (Yang Terpilih) dan diantara
keturunannya itu terdapat nama Yesus yang disebut sebagai
utusan Messias dengan Kitab Suci Injil karena ia dilahirkan
menjelang kedatangan Muhammad SAW, kurang lebih 300 tahun sesudah Yesus
diangkat ke surga. Berikut ini keturunan Yakub dari 2 orang isteri dan 2 orang
budak :
“Dari Lea (Isteri Ya’qub)
melahirkan Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dina, Zebulon. Dari Rahel (Isteri
Ya’qub) melahirkan Yoseph (Nabi Yusuf), Benonie (Benyamin). Dari Bilha (budak
Ya’qub) melahirkan Dan, Naftali. Dari Zilpha (budak Ya’qub) melahirkan Gad,
Asyer”.
(Kitab Kejadian : 29 - 30).
Sedangkan silsilah Ya’qub hingga Yesus menurut Injil Matius sebagai
berikut :
“Inilah silsilah Kitab Suci, anak Daud, Anak Abraham. Abraham
memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan
saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres
memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab,
Amindab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon
memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed daru Ruth, Obed
memperanakkan Isai, Isai memperanakkan Raja Daud, Raja Daud mamperanakkan
Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan
Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafath, Yosafath
memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam
memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye,
Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan
Yekhonya, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel,
Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim
memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim
memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan,
Matan memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut
Kristus”.(Injil Matius : 1 : 1-16).
Adapun Silsilah Yesus menurut Injil Lukas :
“…..Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi,
anak Yanai, anak Yusuf, anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak
Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, anak
Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, anak Malkhi, anak
Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim,
anak Matat, anak Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak
Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, anak Isai,
anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, anak Aminadab, anak Admin,
anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak
Abraham, anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber,
anak Salmon, anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, anak
Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, anak Enos,
anak Set, anak Adam, anak Allah ”. (Injil Lukas : 3 :23-38)
Silsilah ini sebenarnya tidak sambung kepada Yesus karena Maria tidak
pernah berhubungan badan dengan Yusuf yang nantinya melahirkan
Yesus. Maria diakui telah mengandung dengan Roh Kudus sebelum dinikahi Yusuf,
yaitu. Berikut ayat yang menjelaskan kebenarannya :
“Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan
malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi
tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf
menamakan dia Yesus”. (Injil Matius : 1 : 24-25)
Namun menurut ayat yang lain disebutkan bahwa Yesus memang keturunan
Ya’qub. Maria (ibunda Yesus) merupakan sanak (saudara,
keluarga) Elisabeth (isteri Nabi Zakharia, juga ibunda Yohanes).
Elisabeth merupakan keturunan Harun (nabi Harun, kakak kandung nabi Musa),
sedangkan Zakhariya sebagai seorang Imam agama merupakan keturunan
Abia (Lihat silsilah Yesus diatas).
“Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama
Zakharia dari rombongan Abia. isterinya juga berasal dari keturunan Harun,
namanya Elisabet”. (Injil Lukas : 1 : 5)
“Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung
seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia,
yang disebut mandul itu”. (Injil Lukas : 1 :36)
Perlu diketahui, bahwa Yesus menolak dirinya sebagai Kristus/ Messias.
Berikut ayat yang menjelaskan penolakan tersebut :
“Yesus menjawab : ”Sesungguhnya benar aku diutus kepada rumah Israel
sebagai Nabi keselamatan. Akan tetapi Messias itu akan datang
sesudah aku, seorang utusan dari Allah untuk seluruh dunia yang karenanya Allah
telah menciptakan dunia ini”. (Injil Barnabas : 82 : 17-18)
Dalam Injill Lukas disebutkan bahwa ketika kitab nabi Yesaya dibuka dan
dibaca oleh Yesus, ada satu ayat yang tidak bisa disangkal lagi oleh umat
manapun, yaitu :
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus aku,
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah
datang”.(Injil Lukas : 4 : 18-19)
Kedua ayat diatas merupakan bukti bahwa Messias yang membawa rahmat
tuhan itu bukanlah Yesus, melainkan seorang nabi dan rasul Allah yang datang
sesudahnya, sehingga kalimat “memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”
yang didalam Al-Qur’an disebut dengan Rahmatan Lil ‘Alamin itu
berarti bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini merupakan tanda bahwa tahun rahmat
Tuhan itu segera dimulai. Maka, mulainya yang tepat adalah pada zaman Muhammad
SAW, karena menurut fakta sejarah, hanya beliau saja nabi dan rasul yang datang
sesudah Yesus dan dibekali sebuah Kitab Suci yaitu Al-Qur’an sebagaimana
Yesus dengan Kitab Suci Injil. Coba renungkan ayat berikut :
“Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka di Seir; Ia tampak
bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang
yang kudus; disebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala”.(Kitab
Ulangan : 33 : 2).
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa di
Gunung Sinai, lalu menurunkan Injil kepada Yesus (Isa) di pegunungan Seir dan
terakhir menurunkan wahyu Al-Qur’an di pegunungan paran yaitu pegunungan yang
membentang antara Makkah dan Madinah. Sedangkan kalimat “api yang
menyala” berarti hukum (Syari’at) Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW
sebagai hukum yang akan berlaku atas segala hukum di dunia ini.
Terlepas dari hal diatas, Yesus semasa hidupnya didunia dahulu tidak
pernah melakukan peperangan. Ia selalu menghindar dan menjauh dari kalangan
yang akan membinasakanya. Jadi mana mungkin ia dapat membebaskan orang-orang
tawanan dan kaum tertindas, sedangkan dirinya sendiri
juga Buronan yang jelas amat tertindas oleh kaum Yahudi Israel ?
Adapun Tahun Rahmat yang dimaksud disini adalah Tahun
Yobel yaitu tahun datangnya Rahmat Tuhan bagi umat
Yahudi (semacam Hari Raya) setiap 50 tahun
sekali (Lihat Levi : 25 : 11). Adapun Yobel Ke-Paus-an yang datangnya
setiap 100 tahun sekali telah diadakan pada 1300 M, kemudian
dikurangi setelah itu 50 tahun pada tahun 1350. Memang ada
perbedaan tentang awal mula tahun Yobel yang disebabkan “mungkin kealpaan
penulis” yang mencampur aduk antara L yang berarti 50 dengan C yang
berarti 100. Kemungkinan itu bisa saja terjadi disebabkan
ketidak-jelasan suatu tulisan tangan yang terdapat
didalam manuscript kuno yang menjadi sumber bahan rujukan panulisan
Injil.
Adapun Tahun Yobel itu kini telah dijadikan oleh sang Messias
sejati tersebut (Muhammad SAW) menjadi Hari Raya bagi Kaum
Muslimin di setiap tahun dan diseluruh dunia.
“Maka pada waktu itu, Allah akan disujudi di seluruh dunia dan akan
terdapatlah Rahmat-Nya, sehingga tahun Yobel yang kini jatuh tiap 100 tahun itu
akan dijadikan oleh Messias pada tiap tahun di tiap tempat”. (Injil Barnabas : 82 : 19)
2.
Kalimat “dan diam
diantara kita” menunjukkan bahwa Pada hakikatnya, seluruh para utusan Allah (Rasul
Allah) telah memberitakan tentang siapakah Messias sejati itu.
Mereka tidak pernah salah dalam memberikan informasi dari Allah yang telah
mengutus mereka. Hal ini lebih disebabkan karena mereka tidak pernah merubah
isi dan kandungan serta makna wahyu yang telah mereka terima dari Allah
sehingga informasi mereka masih bisa dianggap Valid (Sahih). Maka lain
pula dengan Paulus yang dianggap sebagai Nabi dan Rasul. Ia tidak bisa dianggap
sebagai nabi dan rasul lagi dengan sebab ia selalu dan akan tetap merubah
setiap wahyu yang telah diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk umat
manusia. (Ingatlah tentang sejarah Paulus diatas).
Maksud dari kalimat “dan
diam diantara kita” disini bukan merujuk kepada Yesus karena walaupun
yang dimaksud oleh Yohanes adalah Yesus, namun Yohanes hanya menunjukkan
bahwa Messias sejati mempunyai kemiripan dengan Yesus yang berada dihadapan
mereka. Diantara kemiripan yang telah ditunjukkan oleh Yohanes yaitu :
ü
Berasal dari keturunan Abraham
ü
Dibekali Kitab Suci sebagai pedoman dan petunjuk
ü
Putra tunggal
ü
Mempunyai Mu’ jizat yang luar biasa
ü
Mempunyai umat yang menjadi tanggungjawabnya
3.
Kalimat “kita telah melihat kemuliaan-Nya” merupakan
bukti yang nyata bagi kita bahwa sang Messias sejati itu bukanlah Yesus
putra Maryam akan tetapi Muhammad SAW bin Abdullah. Hal
ini disebabkan apabila Yesus dianggap Mulia, lalu kenapa
orang-orang Yahudi Israel terus memburu dan (dianggap
telah) membunuhnya diatas kayu salib, padahal telah disebutkan bahwa
setiap orang yang berada di tiang salib adalah orang yang terkutuk selamanya,
sebagaimana ayat berikut :
“Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu
ia dihukum mati, kemudian kau gantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah
mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, sebab seorang yang digantung
terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan Tuhan,
Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu”.
(Kitab Ulangan : 21 : 22-23 ).
Jadi mana mungkin Messias itu adalah orang yang mati dikayu
terkutuk itu? Lalu dimanakah kemuliaan Yesus yang telah mereka lihat itu? Dan
mengapa pula para kaum Masehi tetap menyembah orang yang telah mati di kayu
salib terkutuk itu dan bahkan salibnya pun masih dipakai simbol ? Ada
kemungkinan keyakinan terhadap kayu salib itu diambil dari Petrus
I sebagai berikut :
“Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak
Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah
disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa ?. Tetapi
jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah
kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun
telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia
menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang
menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuh-Nya di
kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.
Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba,
tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
(Petrus I : 19 - 25)
Mungkin ayat-ayat diatas dapat diterima karena menyangkut masalah Contoh
Tauladan dari Yesus, namun tidak semuanya benar dan dapat diterima begitu saja.
Ayat yang ditolak adalah ayat 24 yaitu ”Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuh-Nya di kayu salib,
supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh
bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” karena ayat ini menggambarkan bahwa Yesus merupakan korban dari upacara
ritual seperti halnya adat kepercayaan masyarakat kuno seperti bangsa Aztec,
bangsa Inca dan lain-lain yang menyembah dewa. Yang jelas ayat ini bukan bagian
dari ayat Kitab Suci Injil melainkan karya tulis yang disisipkan saja secara
sengaja. Ayat 24 ini menggambarkan kesamaan dengan peristiwa dimasa pembuangan
Yesaya di Babilonia, yang penduduknya memiliki adat mengorbankan manusia untuk
para dewanya, karena diharapkan dari pengorbanan itu para dewa dapat mengampuni
dan menjaga mereka dari segala malapetaka yang akan menimpa mereka (Lihat Kitab
Yesaya : 53 : 1-12). Ayat-ayat diatas digunakan oleh para pihak Gerejani
didikan Paulus sebagai alat untuk menerapkan doktrin TRINITAS kepada
seluruh bangsa di dunia ini.
Pada kenyataannya, hingga kini, banyak kaum Masehi (Kristen) yang mengagungkan
dan menyembah salib Yesus sebagai tanda bahwa mereka justru telah menyembah
kayu terkutuk yang dilaknat oleh Tuhan Allah. Maka hukuman bagi orang atau kaum
seperti itu adalah hukuman mati dan perbuatan itu adalah suatu kekejian kepada
Allah sebagai Tuhan Esa yang Mutlak. Sedangkan Paulus dan kerajaan ke-Paulus-an yang
dianggap suci sebagai Nabi dan rasul Tuhan adalah nabi dan rasul palsu yang
mendapat kutukan Allah Yang Maha Mencelakai nabi-nabi dan rasul palsu tersebut.
Ingatlah Firman Allah berikut :
“Beginilah firman Tuhan Allah : “Celakalah nabi-nabi yang bebal yang
mengikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat suatu penglihatan.
Seperti anjing hutan ditengah-tengah reruntuhan, begitulah nabi-nabimu, hai
Israel”. (Kitab Nabi Yehezkiel : 13 : 3-4 )
“Penglihatan mereka menipu dan tenungan mereka bohong; mereka berkata :
Demikianlah firman Tuhan, padahal Tuhan tidak mengutus mereka, dan mereka
menanti firman itu digenapi-Nya. Bukankah penglihatan tipuan yang kamu lihat
dan tenungan bohong yang kamu katakan, kalau kamu berkata : Demikianlah firman
Tuhan, padahal Aku tidak berbicara?. Sebab itu, beginilah firman Tuhan Allah,
oleh karena kamu mengatakan kata-kata dusta dan melihat perkara-perkara bohong,
maka Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman Tuhan Allah. Aku akan
mengacungkan tangan-Ku melawan nabi-nabi yang melihat perkara-perkara yang
menipu dan yang mengucapkan tenungan-tenungan bohong; mereka tidak termasuk
perkumpulan umat-Ku dan tidak akan tercatat dalam daftar kaum Israel, dan tidak
akan masuk lagi ditanah Israel; dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan
Allah. Oleh karena, ya sungguh karena mereka telah menyesatkan umat-Ku dengan
mengatakan : Damai Sejahtera ! padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera –
mereka itu telah mendirikan tembok dan lihat, mereka mengapurnya”.
(Kitab Nabi Yehezkiel : 13 : 6-10)
Sesungguhnya, Yesus tidak pernah mengakui dirinya sebagai pendiri agama
Kristen, Paulus (Saulus) lah orang yang mengakui dan meng-klaim dirinya sebagai
pembawa dan penyebar ajaran Yesus yang disebut Kristen. Maka sudah sewajarnya jika ajaran Yesus lambat laun berubah menjadi
ajaran Paulus. Ia juga mengajarkan bahwa Yesus adalah Mesias, seperti dalam
ayat berikut :
“Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan
sepenuhnya dapat memberitakan firman, dimana ia memberi kesaksian kepada
orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias”. (Kisah Para Rasul: 18:5).
Perlu diketahui
bahwa Paulus yang berasal dari Tarsus (wilayah Imperium Romawi) bukanlah murid
Yesus, dan dia juga bukan keturunan Israel, bahkan ia dimasa mudanya, ia adalah
orang yang paling anti Yesus sehingga tangannya penuh dengan lumuran darah para
pengikut Yesus seperti yang termaktub berikut :
“Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh
murid-murid Tuhan”. Ia menghadap Imam Besar. (Kisah Para Rasul: 9:1).
“Jawab Ananias: “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang
itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu
di Yerusalem”.
(Kisah Para Rasul: 9:13).
Maka, terkutuklah Paulus dan para pengikutnya yang telah tersesat jauh
sampai selama-lamanya. Ia telah menyendiri dengan ajaran agama barunya, seperti
bunyi kesaksian Barnabas (murid Yesus, teman dekat Paulus) berikut :
“Paulus juga telah ikut sesat dikalangan mereka, hal mana yang
menyebabkan saya tidak berbicara tentang dia melainkan dengan kesedihan”. (Barnabas
: Mukaddimah Injil Barnabas :7)
“Karena sebagian dari pada orang-orang jahat yang mengaku murid-murid
itu, yang memberitahukan bahwa Yesus telah mati, tidak bangun lagi dan yang
lain memberitakan bahwa ia telah benar-benar mati kemudian ia bangkit kembali,
sedang yang benar-benar mati kemudian ia bangkit kembali, sedang yang lain
telah dan masih terus memberitakan bahwa Yesus adalah anak Allah di mana Paulus
telah tertipu diantara kalangan itu”. (Barnabas : 222:3).
Sebagian besar para sarjana barat mengatakan bahwa Injil Markus dan
Johanes adalah hasil karangan Paulus sebagai mana telah tertulis
dalam Ensiklopedia Prancis (Mukaddimah dari Sayid Muhammad Rasyid
Ridlo “Penyebar Injil Barnabas” dalam Injil Barnabas).
Maka yang benar adalah Muhammad SAW, yang telah disebutkan dalam sejarah
bangsa manapun dan abad manapun. Beliau merupakan seorang yang sungguh-sungguh
sempurna (fisik dan tabiatnya) sehingga tidak seorang pun yang
tidak mengenal kemuliaan beliau. Hal ini dijelaskan oleh Yesus dalam Injil
Barnabas :
“Dari itu kukatakan kepadamu bahwa rasul Allah itu adalah suatu
keindahan yang menggembirakan hampir semua yang diciptakan Allah. Karena ia
terhias dengan jiwa pengertian dan musyawarah. Jiwa takut kepada Allah dan
kecintaan. Jiwa waspada dan keseimbangan. Terhias dengan jiwa kecintaan dan
belas kasihan. Jiwa keadilan dan taqwa. Jiwa kelembutan dan
kesabaran yang telah diterimanya dari Allah tiga kali ganda yang dikaruniakan
oleh-Nya kepada seluruh makhluk.
(Injil Barnabas : 44 : 19 - 26)
Jadi, ayat-ayat ini menyatakan bahwa Muhammad SAW merupakan sosok
seorang Nabi dan Rasul Allah yang Agung dan Sempurna, yang telah dikenal sejak
sebelum kedatangannya hingga akhir zaman nanti. Hal ini disebabkan karena
beliau memiliki kesempurnaan jiwa yang tidak pernah dimiliki oleh seorang
utusan pun.