22 July 2014

PUTRA SULUNG ABRAHAM ITU ISMAIL DAN BUKAN ISHAQ

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. 

(Injil Yohanes)

 Ayat ini perlu penegasan kembali, karena didalamnya terdapat salah satu ciri-ciri Messias sejati yang akan datang itu :

1. Kalimat “Firman itu telah menjadi manusia” mempunyai makna yang sesungguhnya, bahwa Firman (kalam Tuhan) itu telah terwujudkan dengan adanya seorang penyampai (penghubung) yang disebut dengan utusan, nabi atau rasul yang temasuk diantaranya Yesus, sebagai perealisasi kalam Tuhan tersebut kepada seluruh umat manusia, sebagaimana termaktub :

“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab  Ia telah mengurapi aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus aku”. (Injil Lukas : 4 : 18)

Adapun kabar baik yang disampaikan kepada bangsa Yahudi Israel tersebut yaitu akan datangnya seorang utusan Messias dan Messias sejati. Utusan Messias tersebut adalah Yesus, sedangkan Messias sejati itu adalah Muhammad SAW sebagaimana yang temaktub :

“Dan itulah kitab Musa yang benar. Di dalamnya ada tersurat Ismail itu adalah  Bapak Messias, sedangkan Ishak adalah bapak utusan Messias”. (Injil Barnabas : 191 :4-5)

Ini berarti bahwa, didalam Kitab Taurat Musa juga telah terdapat identitas serta tanda-tanda akan datang seorang utusan Messias dan sang Messias sejati. Disana disebutkan bahwa Ismail merupakan bapak dari Messias sejati itu, sedangkan Ismail merupakan putra tertua Ibrahim dengan Isterinya yang sah bernama Hagar (seorang perempuan Mesir), maka keturunannya juga berada di Tanah Mesir dan Arab, sehingga Ismail pun menikahi salah seorang putri dari kepala suku Arab Jurhum (yaitu salah satu suku Arab Purba) di tanah Arab dan melahirkan 12 raja suku besar Arab sampai sekarang ini. Berikut nama anak-anak Ismail :

“Inilah anak-anak Ismael, disebutkan menurut urutan lahirnya : Nebayot anak sulung Ismael, selanjutnya Kedar, Adbeel, Mibsam, Misyma, Duma, Masa, Hadad, Tema, Yetur, Nafish dan Kedma. Itulah anak-anak Ismael, dan itulah nama-nama mereka, menurut kampung mereka dan menurut perkemahan mereka, dua belas orang raja, masing-masing dengan sukunya”.

(Kitab Kejadian : 25 : 13 - 16)

Dari keturunan Ismail ini muncul nama nabi besar Muhammad SAW utusan Allah dari keturunan Nebayot (Nabith, putra sulung Ismail) yang juga diberikan kepadanya Kitab Suci Al-Qur’an. Berikut silsilah Nabi Muhammad SAW hingga Ismael :

“Muhammad SAW (putra) bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiy bin Gholib bin Fihrin bin Malik bin Nadlor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan bin ‘Uddin bin  Udad bin Muqowam bin Nahor bin Thoirah bin Ya’rub bin Yasyjub bin Nabith (Nebayot) bin Ismael  bin Ibrahim (Abraham/ Abram) bin Terah”.

Jadi, yang benar adalah Ismail putra sulung Ibrahim dan bukan Iskhak. Ayat lain juga telah menyebutkan bahwa Tuhan menggenapi janjinya kepada Ibrahim dengan tiga kali perjanjian. Pertama dengan Abraham pribadi, kedua dengan Ismael dan ketiga dengan Ishaq :

A.  Perjanjian Allah yang pertama dengan Abraham (Ibrahim) yaitu ketika ia berumur 99 tahun, dapat kita temukan dalam Kitab Kejadian : 17 terutama ayat berikut :

“Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Ku-buat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu”. (Kitab Kejadian : 17 : 6-7)

Setelah itu, Allah memberikan penegasan kembali kepada Abraham dengan ayat sebagai berikut :

“Lalu Tuhan membawa Abraham keluar serta berfirman : “Coba lihat kelangit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya”. Maka firman-Nya kepadanya : “Demikianlah benyaknya nanti keturunanmu”. (Kitab Kejadian : 15 : 5)

Hal ini terjadi dikala Ibrahim sudah putus asa dengan berharap seorang keturunan dari Sarai yang telah sangat tua (berumur 90 tahun), sehingga beliau kembali berdo’a kepada Allah seperti yang telah termaktub berikut :

“Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya : “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sarai, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak ?”. Dan Abraham berkata kepada Allah : ”Ah, Sekiranya Ismael diperkenankan hidup dihadapan-Mu”. (Kitab Kejadian : 17 : 17-18)

Demikianlah perjanjian pertama itu dibuat dengan Abraham (Ibrahim) pribadi mengenai keturunannya dan perintah bersunat (memotong kulit khatan bagi laki-laki) sebagai tanda persetujuan perjanjian, dan perjanjian ini berlaku untuk semua keturunan Ibrahim, baik yang dilahirkan oleh Hagar, Sarai, Ketura dan gundik nya yang lain sebagaimana berikut :

“Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki diantara kamu harus disunat”. (Kitab Kejadian : 17 :  10)

B.  Perjanjian Allah yang kedua dengan Ismael tentang pemberkatan keturunan Abraham (Rahmatan Lil ‘Alamin) sebagaimana berikut :

“Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan kuberkati, Ku-buat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi  bangsa  yang besar”.(Kitab Kejadian : 17 : 20)

“Maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang dilangit dan seperti pasir ditepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa dibumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku”.(Kitab Kejadian : 22 : 17-18)

C.  Perjanjian Allah yang ketiga dengan Ishaq tentang pemberian tanah hak milik, sebagai berikut :

“….. engkau akan menamai dia Ishaq, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal  untuk keturunannya”. (Kitab Kejadian : 17 : 19)

“Tetapi perjanjian-Ku akan Ku-adakan dengan Ishaq, yang akan dilahirkan Sarai bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga ”. (Kitab Kejadian : 17 : 21)

Dari ayat-ayat diatas telah nampak dengan jelas bahwa keturunan Ibrahim yang diberkati oleh Allah adalah Ismael dan seluruh keturunannya yaitu Bangsa Arab, sedangkan apa yang telah dilakukan oleh Allah kepada Ishaq hanyalah perjanjian tentang pemberian hak milik tanah kepadanya dan seluruh keturunannya yaitu Bangsa Israel dikemudian hari yaitu tanah negeri Kana’an. Sebagai berikut :

“Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Ku-berikan negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Ku-berikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka. Lagi firman Allah kepada Abraham : “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun”. (Kitab Kejadian : 17 : 8 – 9)

Dari beberapa bukti ayat diatas, tidak dapat disangkal lagi bahwa keturunan Abraham yang pertama adalah Ismael yang diberkati lebih dahulu dengan perjanjian kedua walaupun sudah terlambat. Dikatakan pemberkatan yang terlambat, karena pada waktu peristiwa dialog ini antara Abraham dengan Allah, ternyata Ismael telah berusia 13 tahun, sedangkan Ishaq baru diberikan tanda kapan kelahirannya saja seperti yang termaktub dalam Kitab Kejadian : 17 : 21 diatas. Berikut ayat yang menyebutkan tentang keadaan Ismael pada waktu perjanjian kedua tersebut berlangsung :

“Setelah itu Abraham memanggil Ismael, anaknya, dan semua orang yang lahir dirumahnya, juga semua orang yang dibelinya dengan uang…..”. (Kitab Kejadian : 17 : 23)

Jika Ismael masih kecil, tentunya Abraham menggendong/ membimbing/ menuntunnya dan tidak sekali-kali memanggilnya seperti layaknya anak yang sudah besar (dewasa). Maka Ismael sudah dewasa seperti berikut :

“Dan Ismael, anaknya, berumur tiga belas tahun ketika dikerat kulit khatannya (disunat)”. 

(Kitab Kejadian : 17 : 25)

Ada bukti yang lain yang harus kami ungkapkan, yaitu tentang peristiwa korban bakaran yang didalam Islam dikenal Qurban yang berarti Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan ternak sebagaimana hukum Syara’ Islam.  Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk mempersembahkan putranya yang paling ia sayangi karena Allah hendak mencobai Ibrahim, sebagaimana termaktub berikut :

“Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya : “Abraham,” lalu sahutnya : “ya, Tuhan.” Firman-Nya : “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq, pergilah ketanah Moria dan persembahkanlah dia disana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Ku-katakan kepadamu”.(Kitab Kejadian : 22 : 1-2)

Nama Ishaq yang kita temukan dalam ayat ini ternyata salah, nama tersebut rubahan dari nama Ismael. Hal ini dilakukan oleh para pengikut ajaran setan dan pihak Gerejani yang bertujuan untuk menghilangkan bukti otentik sejarah dan garis keturunan sang Messias sejati yang telah disebut-sebut oleh seluruh para utusan Allah dan bahkan Yesus itu. Hal ini dapat dijelaskan secara rasional sebagai berikut :

ü Bahwa anak laki-laki yang paling disayangi oleh Abraham (Ibrahim) adalah Ismael dengan bukti do’a Abraham (Ibrahim sewaktu putus asa) untuk mendapatkan keturunan :

Dan Abraham berkata kepada Allah : ”Ah, Sekiranya Ismael diperkenankan hidup dihadapan-Mu”. (Kitab Kejadian : 17 : 18)

ü Kecemburuan Sarai kepada Hagar sehingga ia meminta kepada Abraham untuk segera mengusir Hagar, seperti berikut :

   “Berkatalah Sarai kepada Abraham : “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya….”.

(Kitab Kejadian : 21 : 10)

ü Jika benar nama Ishaq sebagai “anak yang Tunggal”  walau kalimat aslinya adalah “anakmu yang sulung” bagi Abraham, maka ayat ini akan berlawanan (Kontradiksi) dengan ayat-ayat yang lain pada Kitab Kejadian pasal 22 tentang kepercayaan Abraham diuji oleh Allah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ketika peristiwa korban bakaran itu terjadi, Ishaq baru disapih yakni pada umur 7 tahun, sedangkan Abraham telah berumur 107 tahun karena pada usianya yang ke 100 tahun, Sarai melahirkan Ishaq baginya dan adat bagi orang Yahudi ketika menyapih anaknya adalah pada umur 7 tahun seperti berikut :

“Maka bagaimanakah Ishak itu bisa menjadi putera sulung sedang ketika ia dilahirkan Ismail telah berumur tujuh tahun”. (Injil Barnabas : 44 :11)

ü Adapun Ismael telah berumur 21 tahun, karena ia dilahirkan ketika Abraham berusia 86 tahun, sehingga 107 – 86 = 21 tahun.

Maka umur Ishaq pada waktu korban bakaran adalah tahun dan umur Ismael adalah 21 tahun, sedangkan peristiwa korban bakaran ini terjadi ketika Abraham berusia 107 tahun. Maka nama Ishaq adalah nama yang Illegal (Tidak resmi dan tidak sesuai dengan aslinya). Inilah adat dari para penganut ajaran setan yang selalu merubah ayat demi kepentingan  sendiri. Kebenaran yang asli adalah Ismael, karena bersesuaian dengan ayat berikut :

“Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya kebahu Ishaq, anaknya, sedang ditangannya dibawanya api dan pisau”. (Kitab Kejadian : 22 : 6)

Pertanyaannya : mampukah anak yang berusia 7 tahun membawa pisau dan api serta memikul kayu bakar untuk jarak yang jauh dengan berjalan kaki ? Hal inilah yang terjadi pada Ishaq. Maka kebenaran yang rasional adalah Ismael yang telah berusia 21 tahun. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa umur Ismael pada waktu menjadi korban bakaran adalah 14 tahun sesuai dengan Injil Barnabas diatas, yaitu ketika Ishaq disapih baru berusia tahun, maka Ismael pada waktu itu telah berumur 14 tahun karena jarak umur jika dilihat dari jangka kelahiran antara Ismael dengan Ishaq adalah 7 tahun. Hal ini juga diperkuat oleh Al-Qurán yang menceritakan detik-detik sebelum terjadinya korban bakaran :

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Ash-Shofat: 102)

ü Bukti yang lain adalah bahwa perintah untuk korban bakaran itu, sebenarnya diterima Abraham di tanah Birsyeba (tanah padang tandus di wilayah Arab, tempat kediaman Hagar bersama Ismael setelah diusir oleh Abraham). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peristiwa perjanjian antara Abimelekh dengan Abraham disebuah tempat di padang pasir tandus dengan seorang saksi yang bernama Pikhol (Panglima tentara Abimelekh, orang Filistin). Perjanjian yang tejadi antara Abimelekh dan Abraham adalah mengenai penggalian sumur yang dikenal dengan sumur Zam-Zam (sebuah sumber mata air ditengah padang pasir di wilayah tanah Arab, yang dulu pernah digunakan sebagai sumber air minum bagi Hagar dan Ismael ketika awal kedatangannya ditempat tersebut karena diusir oleh Abraham) seperti pada ayat berikut :

“Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum”. (Kitab Kejadian : 21 : 19)

Nah, dari perjanjian ini diperoleh kesepakatan ikrar bahwa Abraham menyerahkan 7 ekor anak domba jantan kepada Abimelekh sebagai tanda bahwa sumur tersebut digali oleh Abraham (Ibrahim), sehingga tempat itu bernama Birsyeba seperti berikut :

“Sebab itu orang menyebutkan tempat itu Birsyeba, karena kedua orang itu telah bersumpah disana”. (Kitab Kejadian : 21 : 31)

ü Nama Moria sebenarnya adalah Marwah yang berarti “Tuhan telah menyediakan” yaitu sebuah pegunungan yang berada di wilayah tanah Arab saja, bukan di wilayah tanah Palestina :

“Dan Abraham menamai tempat itu : “Tuhan menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang : “Diatas gunung Tuhan, akan disediakan”. (Kitab Kejadian : 22 : 14)

ü Setelah peristiwa penyembelihan tersebut, Abraham pulang ke Birsyeba (tanah Arab) bersama anaknya tersebut dan tinggal disana untuk beberapa waktu lamanya :

“Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Birsyeba; dan Abraham tinggal di Birsyeba”. (Kitab Kejadian : 22 : 19)

Seandainya anak yang dijadikan korban bakaran tersebut adalah Ishaq, maka harusnya Ibrahim pulang ke Kiryat Arba (tanah Hebron, Palestina) untuk menemui Sarai (ibunya Ishaq) yang tinggal disana :

“Kemudian matilah Sarai di Kiryat Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan...”. (Kitab Kejadian : 23 : 2)

Hal ini juga berdasarkan pada Al-Kitab yang membahas tentang Hak Kesulungan seseorang sebagaimana yang termaktub berikut, sesuai dengan keadaan Ibrahim (Abram/ Abraham) beserta kedua isterinya yaitu Sarai  istri pertama Abraham dan Hagar yang selalu dicemburui oleh Sarai:

“Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai, maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung. tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan”. (Kitab Ulangan : 21 : 15 - 17)

Masih ada keturunan Abraham (Ibrahim) yang lain dari isteri yang sah bernama Ketura dan dari istri-istrinya yang lain sebagaimana termaktub :

“Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah”. (Kitab Kejadian : 25 : 1-2)

“Tetapi kepada anak-anaknya yang diperolehnya dari gundik-gundiknya , ia memberikan pemberian; kemudian ia menyuruh mereka – masih pada waktu ia hidup – meninggalkan Ishak, anaknya, dan pergi kesebelah  timur, ke Tanah Timur”. (Kitab Kejadian : 25 : 6)

 Adapun Ishak mempunyai keturunan yang sangat besar jumlahnya dari Yakub yang bergelar Israel (Yang Terpilih) dan diantara keturunannya itu terdapat nama Yesus yang disebut sebagai utusan Messias dengan Kitab Suci Injil karena ia dilahirkan menjelang kedatangan Muhammad SAW, kurang lebih 300 tahun sesudah Yesus diangkat ke surga. Berikut ini keturunan Yakub dari 2 orang isteri dan 2 orang budak :

Dari Lea (Isteri Ya’qub) melahirkan Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dina, Zebulon. Dari Rahel (Isteri Ya’qub) melahirkan Yoseph (Nabi Yusuf), Benonie (Benyamin). Dari Bilha (budak Ya’qub) melahirkan Dan, Naftali. Dari Zilpha (budak Ya’qub) melahirkan Gad, Asyer”. 

(Kitab Kejadian : 29 - 30).

Sedangkan silsilah Ya’qub hingga Yesus menurut Injil Matius sebagai berikut :

“Inilah silsilah Kitab Suci, anak Daud, Anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Amindab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed daru Ruth, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan Raja Daud, Raja Daud mamperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafath, Yosafath memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus”.(Injil Matius : 1 : 1-16).

Adapun Silsilah Yesus menurut Injil Lukas :

“…..Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah ”. (Injil Lukas : 3 :23-38)

Silsilah ini sebenarnya tidak sambung kepada Yesus karena Maria tidak pernah berhubungan badan dengan Yusuf yang nantinya melahirkan Yesus. Maria diakui telah mengandung dengan Roh Kudus sebelum dinikahi Yusuf, yaitu. Berikut ayat yang menjelaskan kebenarannya :

“Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan dia Yesus”. (Injil Matius : 1 : 24-25)

Namun menurut ayat yang lain disebutkan bahwa Yesus memang keturunan Ya’qub. Maria (ibunda Yesus) merupakan sanak (saudara, keluarga) Elisabeth (isteri Nabi Zakharia, juga ibunda Yohanes). Elisabeth merupakan keturunan Harun (nabi Harun, kakak kandung nabi Musa), sedangkan Zakhariya sebagai seorang Imam agama merupakan keturunan Abia (Lihat silsilah Yesus diatas).

“Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet”. (Injil Lukas : 1 : 5)

“Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu”. (Injil Lukas : 1 :36)

Perlu diketahui, bahwa Yesus menolak dirinya sebagai Kristus/ Messias. Berikut ayat yang menjelaskan penolakan tersebut :

“Yesus menjawab : ”Sesungguhnya benar aku diutus kepada rumah Israel sebagai Nabi keselamatan.  Akan tetapi Messias itu akan datang sesudah aku, seorang utusan dari Allah untuk seluruh dunia yang karenanya Allah telah menciptakan dunia ini”. (Injil Barnabas : 82 : 17-18)

Dalam Injill Lukas disebutkan bahwa ketika kitab nabi Yesaya dibuka dan dibaca oleh Yesus, ada satu ayat yang tidak bisa disangkal lagi oleh umat manapun, yaitu :

“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus aku, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”.(Injil Lukas : 4 : 18-19)

Kedua ayat diatas merupakan bukti bahwa Messias yang membawa rahmat tuhan itu bukanlah Yesus, melainkan seorang nabi dan rasul Allah yang datang sesudahnya, sehingga kalimat “memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” yang didalam Al-Qur’an disebut dengan Rahmatan Lil ‘Alamin itu berarti bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini merupakan tanda bahwa tahun rahmat Tuhan itu segera dimulai. Maka, mulainya yang tepat adalah pada zaman Muhammad SAW, karena menurut fakta sejarah, hanya beliau saja nabi dan rasul yang datang sesudah Yesus dan dibekali sebuah Kitab Suci yaitu Al-Qur’an sebagaimana Yesus dengan Kitab Suci Injil. Coba renungkan ayat berikut :

“Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka di Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; disebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala”.(Kitab Ulangan : 33 : 2).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa di Gunung Sinai, lalu menurunkan Injil kepada Yesus (Isa) di pegunungan Seir dan terakhir menurunkan wahyu Al-Qur’an di pegunungan paran yaitu pegunungan yang membentang antara Makkah dan Madinah. Sedangkan kalimat “api yang menyala” berarti hukum (Syari’at) Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW sebagai hukum yang akan berlaku atas segala hukum di dunia ini.

Terlepas dari hal diatas, Yesus semasa hidupnya didunia dahulu tidak pernah melakukan peperangan. Ia selalu menghindar dan menjauh dari kalangan yang akan membinasakanya. Jadi mana mungkin ia dapat membebaskan orang-orang tawanan dan kaum tertindas, sedangkan dirinya sendiri juga Buronan yang jelas amat tertindas oleh kaum Yahudi Israel ?

Adapun Tahun Rahmat yang dimaksud disini adalah Tahun Yobel yaitu tahun datangnya Rahmat Tuhan bagi umat Yahudi (semacam Hari Raya) setiap 50 tahun sekali (Lihat Levi : 25 : 11). Adapun Yobel Ke-Paus-an yang datangnya setiap 100 tahun sekali telah diadakan pada 1300 M, kemudian dikurangi setelah itu 50 tahun pada tahun 1350. Memang ada perbedaan tentang awal mula tahun Yobel yang disebabkan “mungkin kealpaan penulis” yang mencampur aduk antara L yang berarti 50 dengan yang berarti 100. Kemungkinan itu bisa saja terjadi disebabkan ketidak-jelasan suatu tulisan tangan yang terdapat didalam manuscript kuno yang menjadi sumber bahan rujukan panulisan Injil.

Adapun Tahun Yobel itu kini telah dijadikan oleh sang Messias sejati  tersebut (Muhammad SAW) menjadi Hari Raya bagi Kaum Muslimin di setiap tahun dan diseluruh dunia.

“Maka pada waktu itu, Allah akan disujudi di seluruh dunia dan akan terdapatlah Rahmat-Nya, sehingga tahun Yobel yang kini jatuh tiap 100 tahun itu akan dijadikan oleh Messias pada tiap tahun di tiap tempat”. (Injil Barnabas : 82 : 19)

2.    Kalimat “dan diam diantara kita” menunjukkan bahwa Pada hakikatnya, seluruh para utusan Allah (Rasul Allah) telah memberitakan tentang siapakah Messias sejati itu. Mereka tidak pernah salah dalam memberikan informasi dari Allah yang telah mengutus mereka. Hal ini lebih disebabkan karena mereka tidak pernah merubah isi dan kandungan serta makna wahyu yang telah mereka terima dari Allah sehingga informasi mereka masih bisa dianggap Valid (Sahih). Maka lain pula dengan Paulus yang dianggap sebagai Nabi dan Rasul. Ia tidak bisa dianggap sebagai nabi dan rasul lagi dengan sebab ia selalu dan akan tetap merubah setiap wahyu yang telah diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk umat manusia. (Ingatlah tentang sejarah Paulus diatas).

Maksud dari kalimat “dan diam diantara kita” disini bukan merujuk kepada Yesus karena walaupun yang dimaksud oleh Yohanes adalah Yesus, namun Yohanes hanya menunjukkan bahwa Messias sejati mempunyai kemiripan dengan Yesus yang berada dihadapan mereka. Diantara kemiripan yang telah ditunjukkan oleh Yohanes yaitu :

ü Berasal dari keturunan Abraham

ü Dibekali Kitab Suci sebagai pedoman dan petunjuk

ü Putra tunggal

ü Mempunyai Mu’ jizat yang luar biasa

ü Mempunyai umat yang menjadi tanggungjawabnya

3.    Kalimat “kita telah melihat kemuliaan-Nya” merupakan bukti yang nyata bagi kita bahwa sang Messias sejati itu bukanlah Yesus putra Maryam akan tetapi Muhammad SAW bin Abdullah. Hal ini disebabkan apabila Yesus dianggap Mulia, lalu kenapa orang-orang Yahudi Israel terus memburu dan (dianggap telah) membunuhnya diatas kayu salib, padahal telah disebutkan bahwa setiap orang yang berada di tiang salib adalah orang yang terkutuk selamanya, sebagaimana ayat berikut :

“Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kau gantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu”.

(Kitab Ulangan : 21 : 22-23 ).

Jadi mana mungkin Messias itu adalah orang yang mati dikayu terkutuk itu? Lalu dimanakah kemuliaan Yesus yang telah mereka lihat itu? Dan mengapa pula para kaum Masehi tetap menyembah orang yang telah mati di kayu salib terkutuk itu dan bahkan salibnya pun masih dipakai simbol ? Ada kemungkinan keyakinan terhadap kayu salib itu diambil dari Petrus I  sebagai berikut :

“Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa ?. Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”. (Petrus I : 19 - 25)

Mungkin ayat-ayat diatas dapat diterima karena menyangkut masalah Contoh Tauladan dari Yesus, namun tidak semuanya benar dan dapat diterima begitu saja. Ayat yang ditolak adalah ayat 24 yaitu ”Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” karena ayat ini menggambarkan bahwa Yesus merupakan korban dari upacara ritual seperti halnya adat kepercayaan masyarakat kuno seperti bangsa Aztec, bangsa Inca dan lain-lain yang menyembah dewa. Yang jelas ayat ini bukan bagian dari ayat Kitab Suci Injil melainkan karya tulis yang disisipkan saja secara sengaja. Ayat 24 ini menggambarkan kesamaan dengan peristiwa dimasa pembuangan Yesaya di Babilonia, yang penduduknya memiliki adat mengorbankan manusia untuk para dewanya, karena diharapkan dari pengorbanan itu para dewa dapat mengampuni dan menjaga mereka dari segala malapetaka yang akan menimpa mereka (Lihat Kitab Yesaya : 53 : 1-12). Ayat-ayat diatas digunakan oleh para pihak Gerejani didikan Paulus sebagai alat untuk menerapkan doktrin TRINITAS kepada seluruh bangsa di dunia ini.

Pada kenyataannya, hingga kini, banyak kaum Masehi (Kristen) yang mengagungkan dan menyembah salib Yesus sebagai tanda bahwa mereka justru telah menyembah kayu terkutuk yang dilaknat oleh Tuhan Allah. Maka hukuman bagi orang atau kaum seperti itu adalah hukuman mati dan perbuatan itu adalah suatu kekejian kepada Allah sebagai Tuhan Esa yang Mutlak. Sedangkan Paulus dan kerajaan ke-Paulus-an yang dianggap suci sebagai Nabi dan rasul Tuhan adalah nabi dan rasul palsu yang mendapat kutukan Allah Yang Maha Mencelakai nabi-nabi dan rasul palsu tersebut. Ingatlah Firman Allah berikut :

“Beginilah firman Tuhan Allah : “Celakalah nabi-nabi yang bebal yang mengikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat suatu penglihatan. Seperti anjing hutan ditengah-tengah reruntuhan, begitulah nabi-nabimu, hai Israel”. (Kitab Nabi Yehezkiel : 13 : 3-4 )

“Penglihatan mereka menipu dan tenungan mereka bohong; mereka berkata : Demikianlah firman Tuhan, padahal Tuhan tidak mengutus mereka, dan mereka menanti firman itu digenapi-Nya. Bukankah penglihatan tipuan yang kamu lihat dan tenungan bohong yang kamu katakan, kalau kamu berkata : Demikianlah firman Tuhan, padahal Aku tidak berbicara?. Sebab itu, beginilah firman Tuhan Allah, oleh karena kamu mengatakan kata-kata dusta dan melihat perkara-perkara bohong, maka Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman Tuhan Allah. Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan nabi-nabi yang melihat perkara-perkara yang menipu dan yang mengucapkan tenungan-tenungan bohong; mereka tidak termasuk perkumpulan umat-Ku dan tidak akan tercatat dalam daftar kaum Israel, dan tidak akan masuk lagi ditanah Israel; dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan Allah. Oleh karena, ya sungguh karena mereka telah menyesatkan umat-Ku dengan mengatakan : Damai Sejahtera ! padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera – mereka itu telah mendirikan tembok dan lihat, mereka mengapurnya”.

(Kitab Nabi Yehezkiel : 13 : 6-10)

Sesungguhnya, Yesus tidak pernah mengakui dirinya sebagai pendiri agama Kristen, Paulus (Saulus) lah orang yang mengakui dan meng-klaim dirinya sebagai pembawa dan penyebar ajaran Yesus yang disebut Kristen. Maka sudah sewajarnya jika ajaran Yesus lambat laun berubah menjadi ajaran Paulus. Ia juga mengajarkan bahwa Yesus adalah Mesias, seperti dalam ayat berikut :

“Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, dimana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias”. (Kisah Para Rasul: 18:5).

Perlu diketahui bahwa Paulus yang berasal dari Tarsus (wilayah Imperium Romawi) bukanlah murid Yesus, dan dia juga bukan keturunan Israel, bahkan ia dimasa mudanya, ia adalah orang yang paling anti Yesus sehingga tangannya penuh dengan lumuran darah para pengikut Yesus seperti yang termaktub berikut :

“Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan”. Ia menghadap Imam Besar. (Kisah Para Rasul: 9:1).

“Jawab Ananias: “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem”.

(Kisah Para Rasul: 9:13).

Maka, terkutuklah Paulus dan para pengikutnya yang telah tersesat jauh sampai selama-lamanya. Ia telah menyendiri dengan ajaran agama barunya, seperti bunyi kesaksian Barnabas (murid Yesus, teman dekat Paulus) berikut :

“Paulus juga telah ikut sesat dikalangan mereka, hal mana yang menyebabkan saya tidak berbicara tentang dia melainkan dengan kesedihan”. (Barnabas : Mukaddimah Injil Barnabas :7)

“Karena sebagian dari pada orang-orang jahat yang mengaku murid-murid itu, yang memberitahukan bahwa Yesus telah mati, tidak bangun lagi dan yang lain memberitakan bahwa ia telah benar-benar mati kemudian ia bangkit kembali, sedang yang benar-benar mati kemudian ia bangkit kembali, sedang yang lain telah dan masih terus memberitakan bahwa Yesus adalah anak Allah di mana Paulus telah tertipu diantara kalangan itu”. (Barnabas : 222:3).

Sebagian besar para sarjana barat mengatakan bahwa Injil Markus dan Johanes adalah hasil karangan Paulus sebagai mana telah tertulis dalam Ensiklopedia Prancis (Mukaddimah dari Sayid Muhammad Rasyid Ridlo “Penyebar Injil Barnabas” dalam Injil Barnabas).

Maka yang benar adalah Muhammad SAW, yang telah disebutkan dalam sejarah bangsa manapun dan abad manapun. Beliau merupakan seorang yang sungguh-sungguh sempurna (fisik dan tabiatnya) sehingga tidak seorang pun yang tidak mengenal kemuliaan beliau. Hal ini dijelaskan oleh Yesus dalam Injil Barnabas :  

“Dari itu kukatakan kepadamu bahwa rasul Allah itu adalah suatu keindahan yang menggembirakan hampir semua yang diciptakan Allah. Karena ia terhias dengan jiwa pengertian dan musyawarah. Jiwa takut kepada Allah dan kecintaan. Jiwa waspada dan keseimbangan. Terhias dengan jiwa kecintaan dan belas kasihan. Jiwa  keadilan dan taqwa. Jiwa kelembutan dan kesabaran yang telah diterimanya dari Allah tiga kali ganda yang dikaruniakan oleh-Nya kepada seluruh makhluk.

(Injil Barnabas : 44 : 19 - 26)

Jadi, ayat-ayat ini menyatakan bahwa Muhammad SAW merupakan sosok seorang Nabi dan Rasul Allah yang Agung dan Sempurna, yang telah dikenal sejak sebelum kedatangannya hingga akhir zaman nanti. Hal ini disebabkan karena beliau memiliki kesempurnaan jiwa yang tidak pernah dimiliki oleh seorang utusan pun.